Guruku
Sayang, Prof A. Qodri Azizy
Perkenalan
Awal
Untuk pertama kali,
saya mengenal Prof. Qodri pada tahun 1997. Ketika itu, beliau sebagai pengampu
mata kuliah Quranic Studies pada
program pasca sarjana UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta. Sebagai alumni pesantren dan juga alumni
Cichago University, U.S.A, beliau selalu mengemukakan pentingnya critical analysis bagi mahasiswa pasca sarjana. Dalam membuat paper beliau
mengharuskan setiap mahasiswanya untuk menulis “kritik” pada akhir papernya.
Saya termasuk lama dan
merasa sangat dekat dengan Prof. Qodri. Pada
waktu kuliah saya sudah masuk semester akhir program S2, Prof. Qodri sudah
mengikutkan saya sebagai participant (mustami’) pada mata kualiah Quranic Studies yang beliau ampu pada Program
Doktor. Beliau memperlakukan saya sebagaimana layaknya mahasiswa S-3. Saya diberi kesempatan untuk merespon,
menanggapi, dan sesekali mengkritik paper yang dipresentasikan mahasiswa kelas
doktor tersebut.
Saya merasa mendapat
perhatian khusus Pak Qodri. Beliau
sangat boleh jadi sedang mendidik, menempa, dan mungkin juga mengkader saya.
Pada program doktor tersebut, saya mengikuti lagi kuliah-kuliah beliau.
Suatu ketika pada saat
penerimaan CPNS dosen, beliau mengajak saya untuk bergabung di IAIN Walisongo
Semarang. Sebagai murid saya dengan halus mengatakan bahwa saya akan memilih untuk
kembali kampung, yakni ke UIN Alauddin Makassar.
Setelah itu, saya lama tidak
ketemu beliau. Suatu ketika Prof. Qodri mendampingi Pak Menteri Agama RI yang
waktu itu dijabat oleh Prof. Dr. Aqil Husin Al Munawwar untuk pelantikan Prof.
Dr. Azhar Arsyad, MA sebagai rektor UIN Alauddin Makassar.
Pada acara
pelantikan Rektor selesai di Aula Gubernur Sulawesi Selatan seluruh undangan dan civitas
akademika UIN Alauddin Makassar dipersilakan untuk berjabat tangan dengan
rombongan Menteri Agama RI. Pada saat itulah, Prof. Qodri mengajak saya untuk
berbincang ringan di sudut ruangan VIP Aula Gubernuran. Beliau bercerita
mengenai dua bukunya yang baru saja diterbitkan. Yakni: (a) Melawan Globalisasi, Reinterpretasi Ajaran
Islam, Pustaka Pelajar, 2004; dan (b) Hukum
Nasional: Eklektisisme Hukum Islam dan Hukum Umum, 2004.[1]
Sambil
menikmati makanan khas Makassar seperti Barongko, Kue Lapisi', Prof. Qodri melanjutkan
bincang-bincang ringannya, seperti menanyakan aktifitas dan kegiatan akademik
saya. Saya menjawab bahwa saya hanya melaksanakan tugas rutin sebagai
dosen biasa di UIN Alauddin Makassar. Rutinitas lain adalah sedang mengajukan
usul pendirian Alauddin Press.
Selanjutnya,
karena banyak pejabat lain yang menunggu giliran untuk bertemu pak Qodri, maka
saya menarik diri dan mempersilakan para pejabat untuk menghadap beliau. Yang
saya ingat waktu itu adalah Prof. Dr. Hj. Andi Rosdiana (mantan Dirjen
Kelembagaan Agama Islam dan juga mantan Rektor UIN Alauddin Makassar), Prof. Dr.
K.H Sahabuddin sebagai wakil Kopertais Wil. VIII. Sebelum berpisah, saya diberi kartu nama
berikut nomor hand phone Prof Qodri sambil berucap: "kalau ada apa-apa, bisa kontak saya
ke nomor ini". Saya juga memberi tahu nomor
hand phone jadul (nokia 330) saya kepada beliau.
Dari
situlah komunikasi saya dengan beliau kembali terajut. Sekali waktu saya ke
Jakarta untuk mengurus sesuatu dan saya menyempatkan ketemu dengan beliau di
kantor Departemen Agama RI, Jl Lapangan Banteng Barat, no. 3-4, lantai 7. Umpamanya pada tahun 2004 saya mengajukan usul
agar diikutkan pada Sandwich Program
ke Timur Tengah. Saya meminta beliau agar saya diberi kesempatan melakukan
riset perpustakaan di Mesir dan Iskandaria untuk menyempurnakan atau pengayaan
disertasi yang sedang saya tulis, yakni Antropologi
Sahabat. Waktu itu beliau meminta saya untuk melengkapi proposal atau syarat-syaratnya
dan menemui Pak Affandi Mukhtar ( waktu itu sebagai Kasubdit Kelembagaan dan Kerjasama), setelah
itu saya balik ke Makassar.
Tidak
lama kemudian saya ditelpon oleh ibu Rahmawati salah seorang staff Subdit
Kelembagaan dan Kerjasama agar segera membuat passport hijau untuk melengkapi berkas keberangkatan ke Mesir.
Saya
segera melengkapi persyaratan berkas yang dimaksud dan menfax ulang lagi ke
nomor fax Ditpertais berdasarkan telpon ibu Rahmawati.
Singkat
cerita berangkatlah saya ke Mesir bersama Prof. Dr. Imron Abdullah, (almarhum) Ketua STAIN
Cirebon (waktu itu) dan KH. Malik Madani, Dekan Fak. Syariah UIN Suka Jogjakarta ( waktu itu). Setelah
selesai dari Mesir, kami bertiga menghadap ke pak Qodri.
Berselang
beberapa waktu kemudian, sekitar pukul 20.00 malam, (WIT) Hp saya berdering, dan
ternyata Prof Qodri yang menelpon. Dalam pembicaraannya, beliau mengajak saya bergabung
ke Jakarta. Saya gembira mendengarkan kabar tersebut.
Pemikir Reformis
Pada
akhir juli 2003, saya mendapatkan kesempatan untuk bertindak sebagai editor
buku Prof Qodri dengan judul: Reformasi Bermazhab. Pada akhir pengantar editor,
saya memberi catatan sebagai berikut:
Buku
ini dari segi jumlah halamannya bukanlah buku tebal. Tapi semoga saja buku
kecil ini berdampak besar. Dalam sejarahnya, banyak ditemukan buku-buku kecil
tapi sangat berpengaruh di dunia Islam. Kitab al-Munqidz min al-Dalal (penyelamat dari kesesatan) karya Imam
al-Gazali (w. 505/1111), masih
berpengaruh di dunia Islam hingga sekarang. Demikian halnya dengan kitab Fashl al-maqal bain al-hikmah wa al-syari’ah
min al-ittishal, karya Ibnu Rusyd. Kitab hadis al-arba’in dan al-taqrib. Keduanya karya Imam al-Nawawi juga masih
dikaji sampai sekarang. Kita berharap semoga karya Bapak A. Qodri Azizy ini
dapat memiliki “gaung” meskipun ukurannya bukanlah buku tebal.
Penulis
buku ini juga merekomendasikan bahwa
ijmak ulama sekalipun dapat saja “ditolak” jika telah ditemukan ijmak yang
sesuai dengan kehidupan kemoderenan kita. Patut dicatat bahwa ketika fatwa dan
ijmak ulama telah “mengideologi”, maka buahnya hanyalah kejumudan.
Sekali
lagi, meskipun bermazhab tidak identik dengan taqlid buta, tapi perlu reformasi
dalam bermazhab dan berijtihad. Bukankah baginda Nabi Saw adalah mujtahid par excellence?.
Pribadi Berkarakter
Untuk
menyebut beberapa kepribadian Prof Qodri, sebagai berikut:
1. Perhatian sepenuh hati
Sebelum
saya bergabung ke Departemen Agama RI, saya bekerja serabutan di Penerbit Teraju—cabang
Penerbit Mizan Bandung--. Saya mengedit naskah-naskah yang sesuai dengan
kapasitas saya. Adalah Drs Muhammad Shaleh Mude yang melempangkan jalan ke Teraju.
Saya kos-kosan di Jl. Murtadho, Matraman, Jakarta. Sambil menekuni dunia penerbit, saya
bolak-balik ke Makassar. Profesi sebagai dosen UIN Alauddin Makassar tetap saya
jalankan.
Suatu
hari, saya dipanggil Prof Qodri untuk bergabung ke Imposdev, Jl. Imam Bonjol, Jakarta. Saya menekuni lagi
dunia editing. Beberapa buku yang
sudah diterbitkan. Setiap hari saya ke jalan Imam Bonjol. Suatu malam, saya
diajak makan malam di rumah dinas Direktur Jenderal Kelembagaan Islam, jalan
Indramayu, nomor 14, Jakarta. Makan malam bertiga dengan Dr. H. Firdaus Nurul
Huda. Setelah selesai makan malam, saya diajak diskusi serius dengan beliau. Di
antara petuah beliau yang saya ingat antara lain:
a) Kalau
sudah hijrah ke Jakarta harus bermental Jakarta. Kita tidak boleh lagi
bermental kampung. Kita harus bertarung di Ibu Kota.
b) Jaga
integritas. Kejujuran itu modal utama.
c) Jaga
dan pelihara silaturahim dengan kawan-kawan lama.
d) Tegas
dalam bersikap. Kalau cocok, katakan ya!. Kalau tidak sesuai dengan kemampuan, katakan
tidak!.
Setelah mendapat nasehat demikian, saya
berpikir apakah saya tetap bergabung di Jakarta,ataukah saya lebih baik “balik
kanan” hengkang dari Jakarta, pulang ke Makassar. Tapi tidak lama kemudian,
Prof Qodri mengajak saya bergabung ke Departemen Agama RI.
Saya lebih awal
mengajukan mutasi ke UIN Jakarta. Kemudian mengajar pada Fakultas Agama dan
Filsafat. Setelah itu, saya dilantik sebagai Kepala Seksi
Pengembangan Akademik Dosen pada Subdit Ketenagaan Ditpertais. Prof Arief
Furqon sebagai direkturnya.
2. Sangat teliti
Berdasarkan
penuturan Ibu Hj St Hajar, isteri Prof Qodri, bahwa salah satu tipe Prof Qodri
adalah sangat teliti dalam meletakkan alat-tulis menulisnya di meja belajar beliau.
Pensil, pulpen, karet penghapus diletakkan pada tempat yang pas, sehingga kalau
benda-benda tersebut dibutuhkan, maka dengan mudah dapat mengambilnya tanpa
perlu waktu lama. Bahkan untuk menjangkaunya tidak butuh konsentrasi khusus.
3.
Suka humor. Beliau terkadang melemparkan
joke-joke ringan ketika sedang menghadapi persoalan-persoalan pelik ( ketika
ada surat Dirjen Pendis ke Irjen Depag, apa Anda menyuruh saya untuk melihat
cewek cantik?).
4. Menjaga Integritas. Beliau menulis buku:
Membangun Integritas, 2004.
5. Menepati janji. Ketika saya sudah
mendapatkan amanah sebagai Kepala Subdit Ketenagaan, beliau suatu hari berkata:
Mas Zain, saya sudah menepati janji saya kan? Beliau berusaha untuk mewujudkan
semua apa yang telah diucapkannya kepada seseorang. Kalau lagi sulit, bisanya
beliau tetap berusaha untuk menepati janjinya meskipun waktunya yang agak
mundur.
6.
Sosok cerdas, brilian. Menulis cepat
tanpa konsep. Suatu hari saya diajak untuk masuk ke kamar pribadi beliau.
Beliau lagi menulis daftar isi sebuah buku yang sedang dirancangnya. Saya
bertanya: berapa lama Bapak bisa menyelesaikan tulisan ini? Beliau berkelakar,
sekiranya saya punya waktu dua minggu saja, maka saya dapat menyelesaikannya.
Sudah banyak yang terpikirkan, tapi masih sulit waktu untuk menuliskannya.
7. Sangat hormat sama guru.
Dari
penuturan Ibu St Hajar, beliau kalau kebetulan pulang ke Semarang, Prof Qodri
tetap menyempatkan waktu untuk mencari guru-guru SD-nya. Mereka kebanyakan
sudah pensiun. Lalu isterinya diberi kesempatan untuk memberi apa yang layak
bagi guru-gurunya. Beliau sangat hormat pada guru-gurunya. Beliau terkadang
berucap, kalau bukan karena jasa mereka, saya tidak mungkin seperti ini
sekarang. Sudah barang tentu, guru-gurunya tersebut sangat bahagia kedatangan
murid istimewa ini. Ada cerita, dulu waktu beliau di Pesantren Futuhiyah
Mranggen, termasuk murid yang suka tidur. Tapi sangat tekun dalam mempelajari
pelajaran yang didapatkannya di kelas.
8.
Awal pada Sebuah “akhir”.
Ketika
beliau sudah masuk rumah sakit. Saya dengan kawan-kawan lainnya sering
berkunjung ke beliau, baik ke rumah beliau di Pasar Minggu, ataupun ketika
beliau sedang control di rumah sakit di Petamburan. Rumah sakitnya sederhana,
tidak mencerminkan kemewahan seorang mantan dirjen, irjen dan sekretaris Kemensos. Ada juga murid beliau dari Semarang yang setia menunggu pak Qodri
pada malam hari. Saya diskusi ringan dengan beliau. Sesekali beliau menanyakan
kabar karier kami, keluarga dan kawan-kawan lainnya. Biasanya beliau bertanya
mengenai kabar pak Dr Affandi Mochtar.
9.
Prof Qodri dalam kenangan.
Sewaktu
beliau dilantik sebagai sekretaris Kemensos, beliau di ruang tamu berseloroh:
apa Anda mau ikut saya ke sini? Tapi apa kata dunia kalau ada seorang doktor
cum laude yang menjabat sebagai
kepala seksi? Saya ikut dalam mobil beliau sewaktu dilantik sebagai sekretaris
kemensos.
Untuk
mengenang Prof Qodri—tentu dengan seizin beliau--, putera saya yang kedua diberi
nama Athique Qodri Fauzy. Semoga putera kecilku dapat belajar dan meneladani
beliau. Amin.
Wa Allah a’lam bi al-shawab
[1] Pada malam hari
setelah pertemuan tersebut, saya langsung ke Gramedia untuk mencari buku yang
dimaksud. Dan saya menemukannya. Saya membacanya, kemudian mengirimkan
catatan-catatan singkat lewat sms kepada beliau.
4 komentar:
terimakasih untuk tulisan ini..
saya sangat tertarik dengan sosok beliau..
bisakah saya mendapat tulisan-tulisan beliau?
Terima kasih atas komentarnya. Insya Allah, tgl 6 nopember 2012, bertempat di Surabaya buku Prof Qodri akan dilaunching dengan judul: Meneladani Jejak Intelektual-Birokrat yg ditulis oleh Mas Rauf dan Mas Doni. Saya membutuhkan alamat Anda untuk kepentingan pengiriman buku-buku Prof Qodri. Semoga manfaat. Salam
sebagai mahasiswa perbandingan madzhab dan hukum saya tertarik dengan buku beliau "reformasi bermazhab",
terimakasih pak atas ilmu yang diberikan lewat buku itu.
kalo boleh saya minta daftar buku beliau yang berkaitan dengan studi saya di perbandingan madzhab dan hukum ini.. terimakasih
Asslamualaikum,,,mohon maaf saya numpang nanya
Prof Qadry dikenal pencetus teori interdependensi hukum
saya lagi mencari buku beliau yang didalamnya mengenai teori2 itu tapi belum ketemu apakah bisa mendapatkan jalan untuk menemukan penjelasan teori tersebut ? terimakasih
Posting Komentar