Gallery

Senin, 29 April 2019

Mulla Shadra

Sufi-filosof Persia ini sangat masyhur dengan karyanya: al-Asfar al-Arba'ah. Sewaktu saya membaca sebuah buku yang diedit oleh Sayid Hosein Nasr, pada cover buku tersebut terdapat kutipan ucapan sang filosof. ....Wahyu al-Qur'an adalah cahaya yang memungkinkan seseorang dapat melihat. Wahyu ibarat matahari yang memancarkan cahaya yang melimpah. (Sedang) kecerdasan filsafat adalah mata yang dapat melihat cahaya ini, dan tanpa cahaya ini, seseorang tidak dapat melihat sesuatu. Jika seseorang menutup mata, dan berpura-pura mengetahui wahyu lewat penalaran filsafat, cahaya inipun tidak bisa terlihat. Sebab, memang mata tidak dapat melihatnya.

Membaca Buku

Keutamaan Membaca Buku 1. Bahkan firman Tuhan disebut buku ( Prof Kuntowijoyo). 2. Perpustakaan adalah benteng terakhir kemanusiaan ( Hawe Setiawan, 2014). 3. Dengan membaca, aku melepaskan diri dari kenyataan, yaitu kepahitan hidup. Tanpa membaca, aku tenggelam dan sedih. (Ahmad Wahib--9-11-1942-31-3-1973, Pergolakan Pemikiran Islam, h. 331). 4. Ayo, baca, buku, Mataku, 2007. ( Joko Pinurbo). 5. Bukalah setiap sejarah sehalaman demi sehalaman akan tuan dapati si penjajah itu (Belanda) terlukis sebagai pedagang yang rakus. (Cipto Mangunkusumo). 6. Sekolah-sekolah saja tidak dapat memajukan masyarakat, tetapi juga keluarga di rumah harus turut bekerja. Lebih-lebih dari rumahlah kekuatan mendidik itu harus berasal. (R.A Kartini). 7. Setiap tempat adalah sekolah. Setiap orang adalah guru. Setiap buku adalah ilmu. 8. Tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan, dan memperhalus perasaan. (Abdurrahman Wahid). 9. Ketika kita membuka buku ini. Apakah lembar-lembar kertas ini? Bertanya untuk apa? (Sapardi Djoko Damono). 10. Kutu-kutu lebih rajin membaca buku dibanding mahasiswa, juga dosen-dosennya. Perpustakaan bekerja amat santai, bahkan ada hari ketika perpustakaan menganggur sama sekali. Mahasiswa hanya menjadi konsumen komoditas eceran di pusaran ilmu (Emha Ainun Nadjib). 12. Membaca surat kabar, ibarat meminum air laut ( Siti Roehana Kudus). 13. Buku dan perpustakaan harus ditarik segaris dengan dimensi manusia. Berpacaranlah di Perpustakaan. Sepi dan sejuk. Buku adalah guru yang tidak pernah marah. Buku adalah teman setia bersama anda, di mana saja, kapan saja, kecuali ketika menyelam di laut atau bersembunyi di kolong selama gerhana. (Bondan Winarno). 14. Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. (Pramoedya Ananta Toer). 15. ...Rakyatmu harus punya makan yang cukup dulu, punya pakaian, dan yang paling penting bebas buta huruf. Ini yang membedakan manusia dengan binatang. Sebab, kalau cuma makan, binatang juga bisa makan. Lantas, kalau cuma pakaian, binatang juga punya bulu. Buku, bisa membaca, itulah yang membuktikan manusia punya kebanggaan, punya kebudayaan, punya peradaban (Remy Sylado, Ca Bau Kan: Hanya Sebuah Dosa). 16. Tampaknya hanya buku yang paling pantas diceritakan dengan bangga oleh manusia beradab, bukan BMW, Mercedes, ataupun Volvo. Apabila ada manusia di zaman sekarang yang menyebut dirinya modern tetapi tidak mengindahkan buku, memilikinya, dan membacanya, maka dengan demikian manusia tersebut telah mengambil inisiatif menjadikan dirinya sebagai hewan. (Remy Sylado: books, man, modern). 17. Pembaca yang baik tidak ingin memperlakukan seperti orang dungu yang perlu dinasehati. Pengarang yang latah tanpa kepekaan, ibarat memancing atau menjaring di kolam mandul. (Budi Darma, Sejumlah Esei Sastra).

Catatan Goenawan Mohamad

Goenawan Mohamad Quotes 1. Mereka tahu hasil 2+2= 4, tapi tak tahu mengapa 2x2 juga sama dengan 4. 2. Kemampuan membaca itu sebuah rahmat. Kegemaran membaca; sebuah kebahagiaan. 3. Kegagalan kita untuk memaafkan, kesediaan kita untuk mengakui dendam adalah penerimaan tentang batas. Setelah itu adalah do’a. Pada akhirnya kita akan tahu bahwa kita bukan hakim yang terakhir....Di ujung sana, Tuhan lebih tahu. 4. Defenisi kesepian yang sebenarnya adalah hidup tanpa tanggung jawab sosial. 5. Hanya mereka yang mengenal trauma, mereka yang pernah dicakar sejarah, tahu benar bagaimana menerima kedahsyatan dan keterbatasan yang bernama manusia. (Catatan Pinggir 4). 6. Di setiap masa nampaknya selalu ada saat yang tak mudah untuk berbicara, tapi tidak gampang untuk diam. Kita tidak tahu pasti bagaimana persisnya kata-kata akan diberi harga, dan apakah sebuah insyarat akan sampai. Diluar pintu, pada saat seperti ini, hanya ada mendung, atau hujan, atau kebisuan, mungkin ketidakacuhan. Semuanya teka-teki. (Catatan Pinggir 1). 7. Lebih baik agama ibarat garam: meresap, menyebar, dan memberikan manfaat di mana-mana, tanpa kelihatan. (Catatan Pinggir 7, agama). 8. Cinta, sebuah kata yang tak persis pengertiannya, kecuali ketika kita merasakan sakitnya. ( Catatan Pinggir 5). 9. Sekolahpun..... tak berhak menjadi perumus masa depan (anak), Catatan Pinggir 2. 10. Iman bukanlah mempercayai apa yang terang tanpa mempercayai apa yang gelap (Catatan Pinggir 7). 11. Tuhan, kata Bunda Teresa, bersahabat dengan diam. Kembang tumbuh tanpa kata dan bulan bergerak tanpa berisik (Catatan Pinggir 5). 12. ...memang ada orang beragama seperti kaum Marxis, menyombong bahwa:..”segala hal sudah ada jawabnya pada kami”; tapi pernyataan itu menantang makna doa dan mematikan ruh religius itu sendiri. Sebab dalam doa, kta tahu, kita hanya debu. 13. Di dunia yang penuh sesak dan penuh orang lapar, seorang yang kekenyangan berarti merenggutkan nyawa yang lain. (Catatan Pinggir 1). 14. I’m beginning to think that to hope isn’t the same as to expect something. To hope is to believe that life is an acceptable chaos. 15. Manusia memang bukan semuanya wali. Tapi mungkin sejarah juga mengajari kita, bahwa keadaan tak sempurna bukanlah dasar untuk terus- menerus menghalalkan kerakusan. Keadaan tak sempurna itu justru alasan untuk kesediaan ditegur, untuk mengerti rasa malu dan rasa dosa. (Catatan Pinggir 1). 16. Membaca buku memang tak menjamin pencerdasan bangsa. Tapi hanya membaca Twitter dan ikuti instagram menciutkan wawasan.

Minggu, 28 April 2019

Makna Esoterik Ayat-ayat Tuhan

Mengais Makna Ayat-ayat Tuhan Annemarie Schimmel menulis buku yang otoritatif dengan judul: Deciphering the Signs of God A Phenomenological Approach to Islam, 2005. Ada banyak bahan renungan untuk memperkaya keberagamaan kita yang patut dicatat, sebagai berikut: 1. Makna shalat/shalawat bagi kesehatan (h.232-35). 2. Hadis:...Ittaqu al-wawat, Hindarilah banyak waw! Artinya kita sebaiknya menghindari terlalu banyak bersumpah. Sebab orang yang banyak bersumpah akan masuk neraka. 3. Shalat adalah inti agama. Ketika takbir, kita menjauhi dunia. Kami siap menjadi kurban-Mu. (h.237). 4. Allah Swt malu tidak meletakkan sesuatu kepada tangan yang terlanjur menengadah ke langit. (h. 251). 5. Bagaimana dengan do’a yang lama terkabul? Menurut Imam al-Qusyairy, do’a yang lama terkabul ibarat kicauan burung dalam sangkarnya, Allah Swt menunda untuk mengabulkannya (h. 252). 6. Sir Muhammad Iqbal: ....do’a akan mengubah kondisi manusia menjadi “tersatukan” dengan kehendak Ilahiyah. Kehendak ilahiyah itu akan mengalir kedalam jiwa manusia, hingga manusia itu berkesesuaian dengan takdir yang telah ditetapkannya, (h. 253). 7. Pakai tasbih itu untuk berzikir adalah pengaruh India masuk ke pusat-pusat Islam pada abad ke-IX. (h.253). 8. Ada seorang ibu yang stroke sembuh dengan zikir diPakistan, h. 255. 9. Do’a kemurahan, oratio infusa, bagaimana mungkin mawar bisa berkembang dari cela abu? (al-Matsnawi, II, 2, 443). h. 256. Do’a, zikir, diam, meditasi adalah do’a tertinggi seperti seorang hamba di depan sang Raja, ....diam terpesona. Do’a tidak seharusnya terbelenggu dalam kata. Harus belajar: lidah tanpa lidah. Untuk diterimanya do’a harus sedikit makan, sedikit tidur, sedikit cakap. Qillat al-tha’am. Qillat al-manam. Qillat al-kalam. 10. Sufi Zun Nun al-Mishry:.....qulub al-ahrar, qubur al-asrar.....jiwa-jiwa merdeka/ manusia merdeka adalah makam-makam rahasia. h. 258. 11. Husain al-Hallaj:.....dosa besar ifsya’u al-sirri...membuka rahasia. Di sinilah pentingnya diam. Sir Muhammad Iqbal:.....tutup bibirmu, dan jangan katakan rahasia kami, h. 258. Buku Deciphering the Signs of God ini sangat direkomendasikan. Prof Schimmel adalah seorang pakar tasawuf yang simpatik dan karya-karyanya jernih dan otentik. Kedalaman pemahaman akan tasawuf Islam, kitab al-Matsnawi, pandangan dan puisi profetik Iqbal, semua termaktub dengan apik dalam karya Schimmel.

Hidup Penuh Makna

Robin Sharma dalam bukunya: The Greatness Guide mengutip 101 rahasia untuk menuju hidup yang penuh makna. Beberapa hal yang perlu direnungkan sebagai berikut: 1. Tugas yang paling utama bagi seorang leader ialah mengembangkan pegawainya, dan memberinya kesempatan untuk menggapai impiannya. 2. Pandanglah sisi yang baik dalam diri setiap orang. Memang ada beberapa orang yang tidak jujur, teledor dan berbuat nista, tapi hanya sedikit orang yang begitu bangun, langsung berniat untuk merusak kehidupan orang lain ( Jack Welch). 3. Ketika Anda mencari yang baik dalam diri seseorang, maka Anda akan menyaksikan lebih banyak kebaikan di dunia ini ( Robin Sharma). 4. Lebih cepat gagal, lebih cepat sukses. Ambil resiko yang terukur, dan yang telah diperhitungkan. Tidak ada upah, tidak ada upahnya (David Kelley). 5. Jangan pernah menyantap sarapan yang sama selama 20 tahun. Menyusuri jalan yang sama ke tempat kerja selama 20 tahun. Obrolan yang sama selama 20 tahun. Cara berpikir yang sama selama 20 tahun. 6. Kegilaan adalah mengerjakan hal yang sama, tetapi mengharapkan hasil yang berbeda (Albert Einstein). 7. Teruslah membaca buku setiap harinya. Membaca buku karya seseorang yang Anda hormati membuat kecerdasan mereka melekat pada Anda. Ketika saya beranjak dewasa ayah saya berkata:...Kurangi biaya sewa dan kurangi pengeluaran untuk makan, tapi tidak perlu merasa cemas karena menginvestasikan uang untuk sebuah buku. Jangan menyesal karena Anda telah membeli buku yang banyak tetapi belum sempat membacanya. Anggaplah Anda sedang membangun sebuah perpustakaan (Robin Sharma).

Islam di Tanah Mandar

Pada tanggal 24 pebruari sampai dengan 26 Pebruari 2019, saya melakukan penjajakan penulisan Sejarah Masuknya Islam di Tanah Mandar. Perjalanan ini dapat disampaikan beberapa hal mendasar, sebagai berikut: 1. Program ini dimaksudkan agar penulisan sejarah Mandar oleh pakar atau penulis yang berasal dari Mandar. Suasana kebatinan dan konteks Mandar harus “dihadirkan” dalam penulisan sejarah Islam di Mandar. 2. Patut dicatat bahwa corak Islam di Mandar terkenal sebagai Islam fiqih dan mistik. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya wali dan situs-situs ziarah wali di Mandar. Tersebutlah beberapa ulama sebagai berikut: a. Syeikh Muhammad Thahir (w. 1952) yang dikenal sebagai Imam Lapeo yang memiliki 74 karamah. Beliau pernah menjadi Qadhi (hakim agama) di Mamuju. Imam Lapeo adalah pendiri menara masjid yang mirip dengan masjid-masjid di Istanbul, Turki. Menara ini pernah miring karena gempa bumi, tetapi karena karamah beliau, kemiringan menara masjid tersebut dapat tegak kembali sampai sekarang. Imam Lapeo dapat (a) berbicara dengan orang yang sudah meninggal, (b) menangkap ikan di laut tanpa kail, (c) menghardik seorang jenazah, (d) memendekkan kayu, (e) dapat melakukan shalat jum’at pada tiga tempat pada waktu yang bersamaan, (f) naik becak dari Lapeo ke Mamuju (menempuh jarak tiga ratusan kilometer). Sewaktu beliau berguru kepada Syeikh Alwi al-Maliki, Imam Lapeo juga bertugas sebagai penuntun unta sang guru. Dalam sebuah perjalanan dari Mekkah dan Madinah, suatu malam, Imam Lapeo kedinginan dan mengisap rokok. Dalam kegelapan malam, sang guru mengetahui muridnya sedang merokok, Syeikh Alwi spontan menekan rokok tersebut di telapak tangan Imam Lapeo. Keajaiban terjadi. Tangan Imam Lapeo tidak terbakar, dan tidak merasa kesakitan sama sekali. Ternyata karamah beliau sudah terbangun sejak beliau belajar di Mekkah. Ada juga kisah yang menyebutkan bahwa kejadian yang sama juga dialami oleh Kyai Muhammad Shaleh. Bahkan api rokok tidak membakar salah satu mata beliau ketika diuji oleh sang guru, di Mekkah. Tentang biografi beliau sudah terdapat beberapa disertasi dan tesis yang ditulis, seperti Dr Mukhlis Lathif, Imam Lapeo dalam Perspektif Sakral dan Profan (disertasi 2017), Sdr Amal Jadid, Dakwah Tasawuf Imam Lapeo (tesis), dan Saudari Zurriyah juga menulis 74 karamah Imam Lapeo, dst. b. Syeikh K.H. Muhammad Shaleh, pendiri dan penyebar tariqat Qadiriyah khususnya di wilayah Indonesia Timur. Beliau banyak menulis kitab dan tuntunan do’a-do’a. Menuntut ilmu pengetahuan agama di Mekkah kepada Sayyid Alwi al-Maliki al-Hasani. Tareqat Qadiriyah masih berkembang dan memiliki penganut yang sangat banyak di kawasan Indonesia Timur. Adalah Prof. K.H. Sahabuddin (almarhum) salah seorang khalifah/mursyid dan pelanjut Kyai Muhammad Shaleh. Prof Sahabuddin juga menulis disertasi doktornya tentang Konsep Nur Muhammad menurut Syeikh Yusuf ibn Ismail al-Nabhany, tokoh yang sangat dikagumi dalam tarekat Qadiriyah. Al-Nabhany juga penulis kitab Jami’ Karamat al-Auliya’ (Ensiklopedi Keramat para wali Allah). Dan saya pernah bertindak sebagai editor buku: Menyibak Tabir Nur Muhammad (Jakarta, Renaisan, 2004). Buku ini memuat perdebatan konsepsi Nur Muhammad antara Prof K. H. Sahabuddin dengan tokoh-tokoh agama di Makassar. Hal yang menarik dan tak terlupakan adalah penghormatan penganut tarekat Qadiriyah terhadap para habaib (keturunan sayyid). Kalau pun keturunan sayyid ini berbuat dosa, mereka dipandang seperti wanita yang sedang haid. Mereka pada akhir hayatnya akan menjadi baik dan husnul khatimah. c. K.H. Muhammad Arsyad (Kyai Maddeppungan), maha guru/fuqaha di Mandar yang melahirkan banyak ulama penerusnya, seperti Kyai H. Muhammad Zein (seorang qadhi) terkenal dengan kedalaman ilmu fiqih dan nahwunya. Kyai H. Mahmud Ismail, Kyai H. Abd Rahim, Kyai Najmuddin Thahir, Kyai H. Muhsin Thahir (keduanya putera Imam Lapeo), Kyai H Muhammadiyah, dst. d. Syeikh Hasan al-Yamani adalah ayah Prof Ahmad Zaky Yamani—mantan Sekjen OPEC dan pendiri yayasan Al-Furqan di London, Inggeris. Ketika terjadi revolusi di Yaman dan Saudi Arabiyah, keluarga Hasan al-Yamani memilih tanah Mandar sebagai tempat berkhidmat untuk berdakwah dan mengembangkan ilmu pengetahuan agama. Beliau tinggal di Mandar selama 10 tahun. Beliau sering terlibat perdebatan dan hujjah dengan ulama Mandar. Kyai Maddeppungan lebih sering terlibat diskusi agama dan bahkan sering berbeda pendapat. Ketika keduanya berbeda pendapat, dan masing-masing memegang hujjah dan argumentasinya, maka Syeikh Hasan al-Yamani biasa mengirim surat kepada ayahnya di Mekkah. Dan hal yang menarik adalah pendapat Kyai Maddeppungan lebih sering “dimenangkan”. Salah satu cerita yang masyhur adalah kebolehan makan hewan sembelihan karena nazar. Kyai Maddeppungan membolehkannya, sedang Syeikh Hasan al-Yamani memilih pendapat yang mengharamkannya. Dari diskusi ini terlihat, betapa Kyai Maddeppungan lebih akomodatif terhadap kearifan lokal (local wisdom). e. Kyai H. Muhammad As’ad yang dikenal dengan Kyai H. Daeng, leluhur Cici Paramida, artis nasional keturunan Mandar. Beliau lama belajar di Mekkah, dan sebelum meletusnya revolusi Wahabi, beliau menyelamatkan diri dengan naik Kapal Selam Jerman untuk pulang ke nusantara. Setiba di Mandar, beliau diangkat sebagai seorang qadhi, hakim agung di Kerajaan Balanipa, Mandar. 3. Sekarang ini, gerakan literasi sedang digalakkan di Mandar. Sdr Ridwan Alimuddin mendirikan Perpustakaan Nusa Pustaka, Pambusuang. Saudara Ridwan Alimuddin adalah penulis muda Mandar. Sdr Ridwan sudah melahirkan banyak buku dan artikel yang otentik tentang Mandar. Ia yang menulis buku Orang Mandar, Orang Laut. Tesis yang dikembangkan dalam bukunya itu sesuai dengan pandangan Prof Cristian Pelras, sejarawan Prancis yang ahli Bugis. Pelras adalah penulis The Bugis, Manusia Bugis. Dalam wawancara di Harian Kompas, tahun 2002, Pelras menyampaikan pandangan yang mengejutkan. Bahwa selama ini orang Bugis sering dipersepsikan sebagai peluat ulung. Ternyata Orang Mandarlah yang lebih patut disebut sebagai manusia laut, bukan Bugis. Kalau pun orang Bugis dekat dengan kehidupan laut dan pelayaran, hal itu karena lebih untuk kepentingan perdagangan. Karakter orang Bugis adalah bertani dan berdagang. Sdr Ridwan memilki lebih 10.000 buku koleksi pribadi, dan gratis untuk para peneliti dan siapa pun yang berminat untuk mengembangkan literasi anak-anak bangsa. Dan kami bersyukur karena Sdr Ridwan bersedia untuk menjadi tim penulis Sejarah Islam di Mandar. Adalagi Sdr Munir. Dia ini juga penulis muda Mandar yang sering melakukan napak tilas dan ziarah ke makam ulama-ulama Mandar. Mereka melakukan program penguatan literasi agama yang berhaluan Ahlussunnah wal-jama’ah. Mereka melakukan tradisi ziarah ulama terhadap ulama yang belum masyhur sekali pun. Sdr Munir telah menulis Ensiklopedi Ulama Mandar sebanyak 1.700-an halaman. Dia juga telah menulis buku tentang Andi Depu, Raja Balanipa, seorang perempuan, sang penyelamat sang merah putih dari tembakan senapan Belanda. Sdr Munir juga sudah menyatakan kesediaannya untuk bergabung sebagai tim penulis Sejarah Islam Mandar dengan Tim LKKMO. Dari Sdr Munir juga terungkap sejarah Pencak Silat Mandar terus berkembang di Betawi, terutama di Kepulauan Seribu. Konon, mahaguru pencak silat Betawi belajar dari Makkottau (pencak silat)--biasa disebut Silewa’i-- dari Mandar. Penulisan sejarah islam di Mandar dalam bentuk tematik. Ada tema Annangguru di Mandar yang menelisik sejarah Kyai di Mandar. Ada yang menulis Puakkali di Mandar. Yakni sejarah para hakim agama di Kerajaan Balanipa, dan Mandar pada umumnya. To Salama’ di Mandar, menelusuri sejarah wali dan orang-orang suci di Mandar. Seperti Syeikh Ma’ruf, To Salama’ di Pulau, dan masih banyak makam wali sepanjang provinsi Sulawesi Barat. Hal-hal menarik yang sesungguhnya patut dikaji lebih mendalam lagi adalah: (a) benarkah ada jalur lain pengislaman di Mandar selain kerajaan Islam Gowa? Bukti-bukti awal pada artefak dan jenis batu nisan, besar dugaan bahwa sebelum tahun 1543 Anthony de Paepe berkunjung ke Mandar, agama Islam sudah dipeluk dan mentradisi di sana; (b). Terdapat sejumlah batu nisan yang ditengarai dari Persia dan mirip dengan nisan para sultan di kerajaan Samudra Pasai; dan (c) terdapat manuskrip materi Khutbah dengan gambar Muslim Tionghoa, China, serta (d) Tradisi ziarah wali dengan cara mengikatkan tali atau sesuatu pada batu nisan sang wali. Tradisi ini hanya dijumpai di Kabupaten Sinjai (Sul-Sel) dan India. Mungkinkah Islam di Mandar juga memiliki keterhubungan dengan Islam dari Gujarat, India? Saya kira perlu penelitian yang mendalam. Wa Allah a’lam.

Penilaian Buku PAI, 2019

Saya ingin berbagi Beberapa Catatan Penilaian Buku: Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti,Kelas XII, tahun 2019. Setelah penelaahan buku tersebut secara cermat dan komprehensif, maka secara umum buku tersebut telah membahas banyak hal terkait pembentukan akhlak al-karimah dan budi pekerti bagi siswa. Namun terdapat beberapa persoalan substansial dan hal-hal teknis yang perlu direvisi, sebagai berikut: 1. Masih perlu perbaikan bahasa Indonesia yang baik sesuai dengan ketentuan EYD (Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan) dan KBBI(Kamus Besar Bahasa Indonesia). Seperti terdapat penggunaan kata “Kepala Batu”, pada halaman 174. Kata ini kurang tepat dalam konteks pembelajaran. Juga terdapat pengulangan kata yang sama dalam satu kalimat(...contoh sederhana terdapat pada h.iii, kalimat........Pendidikan pada hakikatnya merupakan proses pendewasaan manusia menjadi manusia seutuhnya, yakni manusia yang memiliki kesempurnaan pada seluruh dimensi kehidupan manusia, baik secara fisik, psikis, mental, spiritual dan religius......Kata manusia berulang empat kali dalam satu kalimat. 2. Kutipan dan terjemah ayat suci al-Qur’an sebaiknya menggunakan al-Qur’an dan terjemahnya versi Kementerian Agama yang telah diterbitkan dan di-tashih oleh Lajnah Pentashih Mushaf al-Qur’an (LPMQ) Badan Litbang dan Diklat, Kemenag RI. Terdapat banyak kesalahan pengutipan lafaz ayat seperti pada halaman 93, dan 175. Terjemah ayat Q.S Luqman ayat 13-14, ...wa huwa ya’idzuhu, diterjemahkan:... ketika dia memberi pelajaran kepadanya,...mestinya ketika dia memberi nasehat kepadanya....,dst. 3. Buku ini juga memuat hadis-hadis prediktif atau ramalan, yang dipertanyakan keshahihannnya oleh para ulama hadis seperti hadis kedatangan dajjal pada akhir zaman, dst. Hadis-hadis ramalan tersebut, disamping tidak shahih, juga membuat “kegalauan” di kalangan umat. Umat kita sebaiknya disodori hadis-hadis yang mengajak umat menjalani hidup lebih optimis, dan tidak pesimis. 4. Terdapat kekurangan penyebutan atau pencantuman nama tokoh-tokoh utama sufi dan ilmuwan Islam yang sangat masyhur, seperti tokoh-tokoh sufi: Hasan al-Bashri, Rabi’ah al-Adawiyah,...untuk ilmuwan dan filosof: Ibn Rusyd, al-Biruni, dst.....Tokoh-tokoh ini sangat besar peranannya dalam belantika pemikiran Islam klasik dan abad tengah Islam. Bahkan karya-karya beliau ini menjadi rujukan sampai perkembangan ilmu dan tekonologi di dunia modern (h. 250-251). 5. Perlu up date data sejarah terutama pada penjelasan kemunduran Islam....li madza ta’akhkhara al-muslimun.....Mengapa peradaban Islam mundur....Penyebutan Syeikh Imran Basyuni tidak lengkap. Nama Syeikh Arkib Arselan tidak disebut-sebut, padahal beliaulah yang berjasa membukukan jawaban Syeikh Rasyid Ridha, h. 263. Syeikh Imran Basyuni Sambas mestinya mendapatkan ruang lebih banyak pada uraian bab ini. Beliau dengan kecerdasannya yang futuristik itu, tidak sekedar disebutkan namanya dalam pembahasan. Sebab, surat Syeikh Imran Basyuni demikian mendunia dan karenanya menginspirasi gerakan pembaruan pemikiran Islam dunia. Karya-karya monumental beliau masih juga menjadi kajian akademik hingga dewasa ini. 6. Pada halaman 116 terdapat kesalahan fatal terjemah. Q.S al-Baqarah (2) ayat 213. Terjemah ayat berbeda dengan ayat yang semestinya diterjemahkan. Saya pikir, dalam konteks pembelajaran hal seperti ini tidak boleh terjadi. 7. Peran Walisongo dalam penyebaran Islam di Jawa hanya disebut sepintas. Seperti peran Sunan Kudus dalam moderasi beragama sama sekali tidak mendapat ruang pembahasan yang memadai. Bahwa tradisi tidak menyembelih sapi karena menghargai umat Hindu di sana dan masih berlangsung sampai hari ini, sama sekali tidak ditulis. Peran Sunan Kalijaga dalam dunia pewayangan juga tidak mendapatkan perhatian sama sekali. Padahal beliau berdakwah secara damai dengan budaya setempat melalui media wayang. 8. Pada halaman 131, terdapat kekeliruan pada penyebutan nama kerajaan Balanipa, Mandar, Kota Soppeng, Raja Gowa tahun 1562-1565 yang bergelar Tomapa’risi Kallonna. Barangkali penulisnya kurang berhati-hati dalam menggunakan bahasa daerah dan nama-nama kerajaan serta kesultanan di nusantara. Keakuratan dan ketepatan nama sangat penting sebagai bukti ilmiyah sebuah buku. 9. Pada h. 141-142, peran penting Nahdhatul Ulama dalam perjuangan kemerdekaan ditulis sangat sedikit dan tidak proporsional. Resolusi Jihad, pada tanggal 22 oktober 1945 oleh Kyai Hasyim Asy’ary sama sekali tidak mendapat perhatian sama sekali. Hal yang sama juga terjadi pada pembahasan peran penting Muhammadiyah dalam sejarah perjuangan kemerdekaan. Ada banyak tokoh Muhammadiyah yang terlibat langsung dalam perumusan Pancasila dan UUD 1945, sama sekali tidak dibahas, seperti Ki Bagus Hadikusumo dan Prof Kahar Muzakkir. 10. Daftar Pustaka yang tidak konsisten dan terdapat berulang pada kitab atau referensi yang sama. Literatur untuk pembahasan Asbab al-Nuzul ayat tidak standar. Mestinya menggunakan kitab Asbab al-Nuzul karya al-Wahidy dan atau kitab Lubab al-Nuqul fi Asbab al-Nuzul karya Imam Jalaluddin al-Suyuthy. Demikian beberapa catatan dari pengalaman melakukan penilaian buku Pendidikan Agama. Semoga tahun ini, Kementerian Agama RI lewat Badan Litbang dan Diklat dapat menyelenggarakan penilaian buku ini secara baik dan komprehensif. Menteri Agama RI, H. Lukman Hakim Saifuddin telah menandatangani PMA Nomor 9, tahun 2018 tentang Penilaian Buku Pendidikan Agama. Sebab, buku sangat penting dalam peningkatan literasi suatu bangsa. Dengan buku, kita dapat menjaga kewarasan bangsa tercinta ini.

Tempo: Koran Investigasi

Koran Tempo selalu menyajikan berita-berita aktual dan investigatif. Berita- beritanya akan selalu menarik karena berdasarkan riset. Wartawan Tempo sudah sangat terlatih dan teruji dalam hal kepiawaian mencari dan memburu berita. Tempo telah menerbitkan 2 buku menarik yang meliput berita-berita investigatif tersebut. Buku pertama, Di Balik Investigasi Tempo, 2017. Buku ini memuat liputan: a.budak Indonesia di Kapal Taiwan. Telah terjadi human trafficking di wilayah perbatasan di Tawau dan Sebatik. b. Jejak suap resep obat. Ada "perselingkuhan" antara dokter dengan apoteker untuk meresepkan obat-obat tertentu untuk pasien. Obat-obat tersebut di samping mahal juga belum tentu dibutuhkan oleh sang pasien. Untuk memuluskan rencana-rencana ini, mereka mengangkat medical representative yang bertugas di rumah sakit tertentu. c. Membongkar pusaran mafia barang-barang antik dan purbakala. Wartawan Tempo berhasil dan sukses membongkar mafia di Museum Radya Pustaka, Kasunanan Surakarta. Perdagangan barang antik istana pun terjadi. Bermula dari kunjungan Alexander Gotz, peneliti Oxford University ke museum Radya Pustaka. Sebagian besar koleksi museum tersebut palsu. Tersebutlah nama Heru Suryanto. Herulah yang mula-mula membawa Hugo E. Kreijger, bekas kurator balai lelang Christie, Amsterdam ke museum. Kreijger terkagum-kagum dengan koleksi museum. Dan terjadilah transaksi gelap dengan Mbah Hadi, Kepala Museum Radya Pustaka. Mafia ini terbongkar berkat ketelatenan dan perjuangan arkeolog Lambang Babar Purnomo. Dan berakhir dengan kematian misterius sang arkeolog. Dalam mafia ini nama Hasjim Djoyohadikusumo juga terlibat jual beli illegal barang antik tersebut. Demikian seterusnya. Buku Kedua, Di Balik Investigasi Tempo, 02, terbit tahun 2017. Buku ini memuat dan mengungkap kasus Pondok Bambu Rasa Istana, Penyelundupan Gading dan Kulit Harimau, Tenaga Kerja Indonesia Ilegal, Pelesir Gelap Pesakitan Sukamiskin, dan Jual Beli Orang ke Malaysia. Ya, wartawan Tempo memang harus memiliki ketelatenan dan keberanian. Sebab, mereka sering mengalami dan nyerempet dengan bahaya. Tempo terus berjuang untuk menjadikan Indonesia sebagai rumah yang aman dan berkeadilan bagi semua.

Sabtu, 27 April 2019

Petuah Rumi

Membaca Rumi akan selalu mengasyikkan. Petuah-petuah Rumi selalu menghunjam dalam sanubari. Siapa yang menyembunyikan niatnya, maka akan segera tercapai. Jika benih disembunyikan di bumi, rahasia terpendamnya akan menjelma kehijauan taman. Jika emas dan perak tak disembunyikan di dalam tanah, bagaimana orang bisa memperoleh nafkah di daerah pertambangan? Janji dan kata-kata lembut sang tabib membuat gadis itu tidak merasa takut sedikit pun. Janji yang tulus dapat menentramkan hati, janji palsu membuat hati gelisah. ( Masnawi, terj. Abdul Hadi W.M, h. 49). Nafsu laksana dua telunjuk yang menghalangi penglihatan mata. Bukan berarti dunia tidak maujud. Letakkan telunjuk akan tampak betapa indahnya alam raya ini. Dia (Tuhan) berbicara ke telinga mawar, dan mawar pun tertawa menyembulkan bunganya. Dia berbicara kepada batu, batu pun menjelma mutu manikam berkilauan. Dia memberi isyarat kepada tubuh, tubuh pun memiliki roh. Dia bertutur kepada matahari sehingga sinarnya terang benderang. (h. 191). Bila roti di meja yang tertutup sehelai kain disebut benda mati, dalam tubuh ia menjadi benda hidup dan bergembira. ( h. 193). Bulu burung Merak adalah musuh burung Merak itu. Betapa banyak raja terbunuh oleh kebesarannya sendiri. Cantik itu luka? Dr Haidar Baqir baru saja menulis buku penjelasan atas puisi-puisi Rumi dengan judul: Dari Allah Menuju Allah, Belajar Tasawuf dari Rumi ( 2019). 1. Mutu qabla an tamutu, matilah sebelum mati. Sebaiknya setiap orang beriman mengalami mati ikhtiari. Mati dengan sukarela. Bagaimana caranya? Bersihkan ruhani kita. Sebab ruhani kita menjadi panglima. Hidup kita sudah berpangkalan pada ruhani kita(h.88). 2. Jadilah kosong. Kosongkan dirimu dari egomu. Lebih kosong lebih baik. Jadilah bambu. Dengan berpuasa? ( h. 94). 3. Aku bukan milik tubuh dan jiwaku. Aku milik jiwa Kekasih. 4. Di alam Barzakh kita akan memiliki tubuh barzakhi, dan akan berbeda dengan tubuh kasar di dunia. Seperti ular yang melepas kulitnya untuk berganti kulit baru (h.100). 5. Manusia adalah faqir, tidak punya apa-apa. Manusia hanyalah percikan cahaya-Nya. (h.100). 6. Allah Swt laksana samudera tak bertepi. Manusia adalah riak-riak kecil. Gelombang air. Ombak. Sekecil apa pun riak itu juga adalah air. Air harus kembali kepada asal, samudera. Sadarlah bahwa kamu adalah riak kecil dari satu samudera yang tak terbatas. Kembalilah ke sumbermu, ke asal-usulmu. Samudera. Allah Swt. 7. Tarikan Tuhan. Majdzub. Tuhan itu magnet. Mendekatlah. Bergabunglah dalam "poros" Tuhan. 8. Wahai, Sobat! Yang kau lihat pada diriku hanyalah cangkang. Selebihnya milik cinta. Seolah-olah Rumi ingin mengatakan, fisik itu hanyalah cangkang selebihnya adalah hati. Karena cinta terletak di dalam hati. (h. 185-6). 9. ...Kupergi Ka'bah di Makkah, Dia tak di sana. Lalu kujenguk dalam hatiku sendiri. Di situ kulihat diri-Nya. Di situ, tak di tempat lain. Maksud Rumi adalah di salib Kristen, di Pagoda kuno, Pegunungan Herat, Kandahar, Gunung Kaf, dan di Ka'bah adalah ayat, tanda, dan simbol-simbol-Nya, tetapi belum merupakan makrifat dan hakikat-Nya. Dan Rumi mendapati bahwa hakikat dan makrifat Allah itu hanya ada dalam hati kita. (h. 117-19). Puisi Rumi ini mirip dengan puisi Hamzah Fansuri..... Hamzah Fansuri di dalam Makkah, Mencari Tuhan di Bait al-Ka'bah. Dari Barus ke Qudus terlalu payah. Akhirnya, dijumpa di dalam rumah. Demikianlah pesona Rumi. Kajian Rumi tetaplah menarik sepanjang masa.

Minggu, 21 April 2019

Manusia Bugis

Ingat Bugis, ingat Cristian Pelras. Pelras adalah professor dan ahli Bugis. Sebagai peneliti Bugis, Pelras menghabiskan banyak sekali waktu beliau untuk meneliti Bugis. Beliau diberi gelar La Massarassa Daeng Palippu. Pertama kali beliau datang ke Indonesia pada tahun 1967, masa yang sangat sulit bagi orang asing masuk ke Indonesia. Beliau bertolak dari Malaysia. Beliau bersama isteri (Schmitt) dan puteranya (Frederick) yang baru berusia tiga tahun. Beliau ke Wajo Sengkang. Waktu itu, beliau hidup di tengah masyarakat Bugis, tanpa listrik. Bagaimana mungkin dapat mengerti Bugis tanpa hidup di tengah- tengah mereka. Suatu hari, isteri beliau belanja sayur di pasar. Dan membeli daun sereh dalam jumlah yang banyak. Ia memasaknya semua. Puteranya sedang luka parah. Maka beliau berangkat ke Puskesmas yang hanya memiliki seoranh dokter untuk satu kabupaten. Tinggal satu kain untuk perban. Setelah tiba di rumah, perbannya copot, jatuh entah di mana? Luka kembali menganga. Akhirnya, Pelras memilih untuk menempuh pengobatan tradisional. Pelras telah jatuh cinta dengan Orang Bugis. Saya beruntung pernah bertemu dengan beliau, sekitar tahun 2004 di Hotel Golden, Makassar. Waktu itu, Prof Andi Faisal Bhakti menginisiasi sebuah seminar internasional, The Bugis Diaspora and the Dissemination of the Muslim Authority in the 20 century Malay-Indonesian Archipelago. Ada banyak tokoh dunia yang hadir. Di antara yang hadir adalah Dr Annabel Teh Gallop, ahli stempel raja- raja Nusantara. Prof Andaya dan isterinya, keduanya adalah peneliti, dan beberapa peneliti dan dosen dalam negeri. Ketika rehat, saya sempat berbincang ringan dengan beliau. Beliau bercerita bahwa ketika masih kecil hidup di desa Prancis. Kakeknya sering bercerita tentang keberadaan hantu. Saya terheran- heran, kok seorang Professor ternama percaya sama hantu. Seorang kawan menimpali bahwa barangkali Prof Pelras lahir dari pedalaman di Prancis, dan bukan dari pusat kota. Hasil riset Prof Pelras yang dikerjakannya lebih 20 tahun diterbitkan dengan judul: The Bugis,1996 oleh Blackwell Publisher Oxford, UK. Dan alhamdulillah, buku ini telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan judul: Manusia Bugis, 2006 dengan terjemahan Abdul Rahman Abu, Hasriadi, dan Nurhady Sirimorok. Kata pengantar oleh Nirwan Ahmad Arsuka. Buku ini terbit atas prakarsa Dr Nurhayati Rahman, dkk dan kerja sama dengan Forum Jakarta-Paris, Ecole francaise d' Extreme- Orient. Beberapa pandangan Pelras tentang Manusia Bugis, sebagai berikut: 1. Aset paling berharga orang Bugis adalah kepandaian mereka dalam banyak hal dan daya adaptasi yang memungkinkan mereka bertahan berabad-abad, selalu berubah tetapi tetap selalu sama. Bahkan tradisi modernitas telah tumbuh dan melampaui masyarakat Eropa sekalipun. 2. Individualitas dan penghargaan kepada hak serta kewajiban sebagai individu sangat dijunjung tinggi. Itulah sebabnya, pencapaian dan prestasi individu sebagai orang berani ( to-warani), orang kaya ( to- sugi), orang pintar atau bijaksana (to- acca), dan orang religius (to-panrita). Individualitas ini tetap dipadu dengan nilai-nilai solidaritas yang tinggi sebagai sesama orang Bugis. Hal ini tampak ketika mereka sedang hidup di rantau, selalu ada KKSS, Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan, dan semacamnya. 3. Orang Bugis melek huruf, sejak abad 14 sudah memiliki lontara' yang berjilid-jilid yang dimiliko masyarakat dan disimpan di desa-desa. Jadi orang Bugis tidak saja mengandalkan tradisi lisan tetapi juga tradisi tulis. Dan dari leboh 750 suku bangsa di republik hanya sekitar 10 suku yang memiliki aksara, salah satunya adalah aksara Bugis, Pallawa. Orang Jawa, Sunda, Suki Rejang, Bengkulu, Batak, Kerinci di antara sedikit suku yang memiliki aksara tersendiri. Peranan Lontara' adalah untuk mencatat a'turiolong menyangkut hukum, kebiasaan, ritual dan pengetahuan tentang pertanian, perbintangan ( astronomi), navigasi, pembuatan perahu, dan rumah. Bahkan Lontara' menurut Pelras juga mencatat dan menyebarkan inovasi kepada masyarakat luas. Seperti pada abad ke 17 sudah ditulis ajaran ulama di Sulawesi Selatan, atau pengetahuan Portugis tentang senjata api, atau pemikiran Barat tentang perhitungan waktu. 4. Sudah mempraktekkan sistem barter dalam perdagangan, ekonomi yang berorientasi pertukaran. Itulah sebabnya, dari abad ke 11, sudah ditemukan keramik-keramik Cina di sejumlah situs penting arkeologi di Sulawesi Selatan. 5. Tetapi hal yang mengejutkan Pelras di kemudian hari mengubah tesisnya. Bahwa orang Bugis yang sering direpresentasikan sebagai pelaut ulung yang kuat, dan biasa terlibat dalam perdagangan budak dan perompakan, penganut agama Islam yang taat serta pedagang yang sukses. Ternyata hanya sedikit dari mereka yang terlibat dalam aktifitas maritim dan hampir tidak ada yang jadi perompak, bajak laut.( Pelras, "Budaya Bugis: Sebuah Tradisi Modernitas", dalam Tapak-Tapak Waktu, Sejarah, Kebudayaan, dan Kehidupan Sosial di Sulawesi Selatan, ININNAWA, 2005, h. 37-51). Orang Mandarlah sebagai pelaut ulung. Hal ini dapat dilihat pada jejak-jejak Lopi Sande'. Demikian pengakuan beliau dalam sebuah wawancara di Harian Kompas, Selasa, 10 Desember 2002. Pernyataan asli beliau.....Sebenarnya orang Bugis bukanlah pelaut ulung seperti banyak dikatakan orang selama ini. Orang Bugis sebenarnya adalah pedagang. Laut dan kapal hanyalah media dan sarana yang digunakan untuk memperlancar aktivitas perdagangan mereka. Kalau mau menyebut pelaut ulung, maka yang paling tepat adalah orang Mandar. 6. Nilai-nilai utama orang Bugis adalah Siri' dan Pesse'. Siri' sebagai harga diri dan rasa malu. Siri' ini menjadi nilai yang dijunjung tinggi oleh orang Bugis di mana pun mereka berada. Adalagi filosofi Mallekaq Dalureng, semangay hijrah. Ilao Sompe, pergi merantau, dan berkelana. Rata- rata orang Bugis yang merantau sukses. Dan orang Bugis disenangi oleh penduduk setempat karena memiliki filosofi hidup:....di mana kaki berpijak di sana langit dijunjung. Artinya orang Bugis sangat cepat dan mudah beradaptasi dengan lingkungan setempat. Bahwa orang Bugis yang bermukim pada sebuah wilayah, pasti akan membangun daerah tersebut, bukan hanya meraup kekayaan dan membangun istana di kampung halamannya. 7. Ada banyak tokoh Bugis di luar Sulawesi. Dalam sejarah kita mengenal Raja Ali Haji, sang penyair Gurindam dua belas. Beliau sangat masyhur dengan petuah-petuahnya kepada raja. Beliau ternyata keturunan Bugis. Laksamana Raja di Laut yang sangat terkenal lewat syair Melayu itu, juga orang Bugis ( Mandar?). Orang Bugis adalah dinamis dan berkepribadian yang kuat. Memegang teguh Siri', Pesse', memiliki rasa tanggungjawab individu yang kuat, rasa solidaritas yang tinggi. Orang Bugis di mana pun berada bisa survive dan membangun. Pelras juga menyanjung pak Jusuf Kalla sebagai orang Bugis yang sekaligus to- acca, to-panrita dan to-sugi. Ewako! Maradeka To Wajo-e. Demikian.

Rabu, 10 April 2019

Falsafah Hidup

1. Orang hidup melalui hati nurani orang lain. 2. Dalam menjaga marwah dan harga diri, butuh keberanian. Jika hari ini kita berlutut ( menyerah), apakah besok kita bisa bangkit? 3. Kita semua akan mati, tapi jangan mati sia-sia. 4. jika engkau tidak berjalan,tidak akan sampai. jika engkau tidak bertanya, maka selamanya tidak mengerti. jika tidak berjalan ke depan, anda tetap pada tempat yang sama. 5. Don't think, Too much, just challenge (Livi Zheng, artis Hollywood). Jangan terlalu banyak berpikir, lakukan perubahan. 6. Change: turning the crisis into opportunity (Tanri Abeng). Perubahan: Membelokkan sebuah krisis menjadi peluang. 7. Don't seek, don't search, don't ask, don't knock, don't demand,--relax. if you relax, it is there. if you relax, you start vibrating with it ( OSHO).

Sabtu, 06 April 2019

Peter Drucker

Peter Drucker adalah filosof manajemen kelas wahid di dunia. Pikiran dan pandangan-pandangannya yang tajam dan futuristik menjadi referensi dunia. Tanri Abeng juga pernah berguru kepada Peter Drucker. Berikut beberapa pandangan sang filosof: 1. Kepemimpinan adalah pekerjaan yang penuh duri. Ada krisis dalam sebuah organisasi layaknya sebuah Rumah Sakit yang selalu disiapkan Unit Gawat Darurat. 2. Kita harus terus mengantisipasi badai, meredakannya, dan bahkan berada di depannya. 3. Berkembanglah dengan pasar, jika tidak ingin terpinggirkan. 4. Inovasi adalah pembaruan yang terus menerus. 5. Kantor harus menjadi tempat orang-orang saling percaya. Dalam militer, aturan pertama adalah menanamkan kepada prajurit rasa percaya kepada perwira. Karena tanpa kepercayaan itu, mereka tidak akan mau berjuang. 6. Krisis datang, itulah saatnya bergantung pada pemimpin. 7. Kompetensi pemimpin, antara lain: a. disiplin diri untuk mendengarkan. Tutup mulut Anda. Selanjutnya dengarkanlah. b. Kemampuan berkomunikasi. Gagasan-gagasan besar harus terus dikomunikasikan dan didialogkan. The Wisdom of Crowd. Kebijaksaan orang banyak harus didengarkan sebagai bahan pertimbangan sebuah keputusan besar. 10 kepala pastilah lebih baik daripada satu kepala sejenius apa pun seseorang itu. c. Jangan beralibi. Kerjakan dengan sempurna atau tidak sama sekali. d. Berkepala dingin. Tugas lebih tinggi dari diri kita sendiri (h. 169-70). Kalau ada pihak yang ingin menjatuhkan kita, dan bersifat personal, itu biasa dalam sebuah organisasi apalagi dalam dunia birokrasi yang penuh intrik. Tetapi kalau ada orang yang ingin merusak apalagi menghancurkan organisasi, harus dilawan. Organisasi dan lembaga di atas segala-galanya.

Api Islam

Syed Ameer Ali. Beliau penulis buku terlaris, The Spirit of Islam, A History of the Evolution and Ideals of Islam. Buku ini telah diterjemahkan oleh H.B Jassin dengan judul: Api Islam. Buku ini sangat berpengaruh di dunia terutama terhadap perkembangan pemikiran Islam Indonesia. Buku ini ditulis untuk menunjukkan betapa Islam adalah agama paripurna dengan ajaran-ajaran yang mengedepankan moral, etika dan menjunjung tinggi nilai-nilai universal kemanusiaan. Pembebasan perbudakan salah satu contohnya. Pada masa Nabi shalla Allah alaih wa sallama, beliau dan para sahabatnya telah mencontohkan pembebasan budak yang dalam kekuasaan mereka. Pembebasan budak ini memang ditentang oleh kafir Quraisy. Sebab dengan budak mereka terus melanggengkan kekuasaan dan penguasaan kapital. Jadi penolakan Islam pada awal perkembangannya di Mekkah, sesungguhnya juga berkaitkelindan dengan penguasaan harta-harta. Tidak melulu karena mereka menolak ajaran tauhid. Syed Ameer Ali menulis bukunya ini juga mendasarkan pada kitab-kitab sejarah yang muktabarah, seperti karya Ibn Hisyam (w.213 H/829 M), Sirat al- Rasul. Karya-karya sejarah seperti Kitab al-Tarikh al-Kabir oleh Ibn al-Athir, dan kitab Ibn Jarir al- Thabari juga menjadi rujukan utamanya. Kitab al-Insan al-'Uyun karangan al-Hallaby atau lebih populer dengan Sirat al-Halabiyah juga menjadi referensi Syed Ameer Ali. Karya Syed Ameer Ali ini istimewa karena juga telah dikritik oleh dua pakar, yakni Prof E.G. Browne (Cambridge University) dan Muhammad Iqbal. Kutipan Hakim Sana'i pada sampul dalam adalah hal yang sangat menarik......Tidaklah penting apakah kata-kata yang kau ucapkan dalam sembahyang bahasa Ibrani atau Syiria atau apakah tempat kau mencari Tuhan Jabalka atau Jabalsa....

Selasa, 02 April 2019

Berbincang dengan Prof Usman Pelly

Berbincang dengan Prof Usman Pelly Kesan saya, Prof Usman sebagai seorang pembelajar. Di usianya yang sudah 85 tahun, beliau masih tegar dan berjalan tegak. Gaya bicaranya yang santun dan lancar. Teori- teori antropology yang dikembangkannnya juga up to date. Beliau adalah antropolog, jebolan Cornel University, Amerika. Suatu hari kami mengundang beliau sebagai nara sumber untuk sebuah acara Dialog Budaya di Medan. Dialog budaya merupakan acara spesifik dari Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan dan Manajemen Organisasi, Kemenag RI. Dialog budaya perlu terus disuarakan. Sebab, akhir- akhir ini ada segelintir orang yang membentur- benturkan antara agama dan budaya. Padahal budaya itu, lebih banyak sebagai tafsir agama juga. Sebelum beliau naik panggung, saya ajak berbincang ringan. Hasil diskusi kecil itulah, saya sarikan sebagai berikut: 1. Sejatinya umat Islam sebagai pekerja keras. Siti Hajar adalah pekerja keras. Kita sebagai umat harus meningkatkan etos kerja. Coba lihat, kalau kita menunaikan ibadah haji. Di sana kita melaksanakan ritual sa'i. Sa'i sebagai simbol ketaqwaan. Bahwa Ketaqwaan itu kerja keras. 2. Saya tidak senang melihat orang yang setelah shalat zuhur berbaring dan tergeletak. Dan mereka pun tidur-tiduran. Padahal di bumi Tuhan, kita diperintahkan untuk mencari rezeki. Sesudah jam 2 siang, saya usir orang-orang itu. Kita kurang menggerakkan orang-orang itu untuk bekerja keras. Seakan-akan kerja keras hanya untuk orang China. Kita hanya ngopi. Nongkrong. Lalu, bagaimana menggerakkan etos kerja? 2. Cerita pak Timur Djailani Beliau adalah Senior saya, kenang Prof Usman Pelly. Suatu saat, saya berjumpa di pesawat terbang. Saya sekarang sedang di Amrik. Beliau bertanya, apa yang engkau perlukan. Apa perlu mesin Tik. Itu terjadi pada tahun 1978. Beliau sedang bersama pak Menteri Agama, H. Alamsyah Ratuprawiranegara. Pak Menteri Agama yang satu ini hebat. Ada teman kita Bang Imad--Dr.Ir. Imaduddin-- di ITB. Dia dipersonanongratakan. Ketika beliau sudah selesai kuliah, dia tidak bisa pulang ke Indonesia. Kita kan senasib. Kau kan orang Melayu, kau digusur Batak. Sama dengan Aku yang digusur Jawa. Hal yang menarik lainnya dari sosok Prof Usman Pelly. Beliau seorang yang ahli perahu Bugis. Dia bersahabat dengan A.M. Fatwa dan Prof Mattulada Prof Usman pernah tinggal satun lamanya di Tanjung Bira, Bulukumba. Beliau pernah menulis artikel tentang Perahu Phinisi dari dekat. Ketika Phinisi sampai ke Vancouver, maka pesawat Induk Amerika menyambutnya dengan dentuman meriam. Demikian penghormatan orang barat terhadap karya luhur anak bangsa. Prof Usman Pelly betul- betul seorang professor yang mumpuni. Beliau terus berkhidmat untuk pengembangan keilmuan. Di usianya yang sudah senja, bekiau masih terus menulis dan rajin mengikuti seminar ilmiyah.