Gallery

Selasa, 24 November 2015

Average is Over

Tyler Cowen menulis buku inspiratif dengan judul: Average is Over Powering  America beyond the age of the Great Stagnation, 2013. Tyler mengajukan beberapa pandangan, antara lain:

1. Relearning Education.
  One goal of better education is to procure better earnings. Satu tujuan pendidikan yang berkualitas adalah untuk mendapatkan penghasilan yang lebih baik. Pendidikan harus menyiapkan peserta didik untuk pencapaian ini. Para mahasiswa sedari awal sudah bisa melakukan plan of prosperity. Mereka sejak menginjakkan kaki di kampus harus sudah diarahkan untuk bisa merancang rencana hidup yang sejahtera. 
Tugas insan Kampus harus memperbanyak middle class society. Sebab, negara yang maju dan tangguh adalah negara yang memiliki populasi middle class lebih banyak. Semakin banyak jumlah "kelas menengah" sebuah negara, maka semakin maju dan kuatlah negara tersebut. itulah sebabnya, kita sangat sulit menandingi Amerika, Kanada, dan Singapura. Sebab, negara-negara ini memiliki jumlah kelas menengah yang banyak. Jumlah entrepreneur negara Amerika  sekitar 12%. 
Mindset mahasiswa harus berubah menjadi mentalitas pengusaha. Tidak semata- mata menjadi pegawai negeri sipil. Mahasiswa juga harus memiliki skill set. Keterampilan yang memadai harus menjadi prasyarat untuk bisa bersaing dengan angkatan kerja. Walhasil, untuk mencapai semua ini, maka mesin-mesin intelektual harus berfungsi. 
2. New higher education models.  
Kita membutuhkan model pendidikan tinggi yang baru. We have entered revolutionary time. Kita sedang berada pada era revolusi. We live in extraordinary times, kata Bill Gates. Kita sedang hidup dan memasuki masa yang luar biasa.  Perubahan demikian cepatnya terjadi.  Chaotic era. Era yang karut marut. Informasi berseliweran. Untuk sukses dibutuhkan fokus. Sedikit saja menoleh, maka kita kehilangan kesempatan. 
Di kampus kita sedang berhadapan dengan New students. Mahasiswa yang maha terkonek (hyperconnected). MarkZuckerberg dengan facebooknya telah mengubah tatanan dunia global. Koneksitas. Silaturahim sudah berubah menjadi bertemu secara on line. Sehingga lahirlah Facebooker society. Masyarakat facebook. Masyarakat berubah dengan lifestyles yang baru. Manusia baru. Bertemu tetapi tidak bergaul terutama di kereta api, di bus, di pesawat, dst. 
3. The end of average science. 
Era sekarang adalah Spesialisasi. Bahkan Hyperspecialization. Seperti Dokter ahli ayam. Ada dokter Anak ayam. Anak ayam jantan.  Ada dokter anak ayam betina. Dokter saraf. Dokter janttung, sama saja.
 Kita tidak boleh lagi  menjadi Syeikh Sagala. Semua serba tahu. 
Positioning Perguruan Tinggi Keagamaan di Era Digital
Muhammad Zain[1]
“Great vision without great people is irrelevant”.
Jim Collins, penulis buku Good to Great.
When planning for a year, plant corn. When planning for a decade, plant trees.
When planning for life, train and educate people.
(Chinene provers)


Fenomena yang menarik sekarang ini adalah kemunculan Corporate University, seperti Toyota University, McDonald University, Motorola University, GE Campus at Crottonville, Cisco, AT&T, dan Exxon Mobil. Ada sekitar 25 universitas di Amerika Serikat yang didirikan oleh perusahaan besar.  Di Indonesia juga ada Ciputra University, Unversitas Bakri Group, Universitas Sahid, Jakarta, Telkom, Pertamina dan PLN Corporate University, dll. Semuanya telah menerapkan metodologi corporate university.
Selanjutnya, kita dikejutkan lagi oleh Virtual University. VU tidak membutuhkan ruang kelas, gedung yang mewah, tetapi kaya akan content pembelajaran. Contoh menarik adalah fenomena Khan Academy ( a free online education platform and non profit organization). Khan Academy didirikan oleh Salman Khan. Salman Khan lahir pada tanggal 11 oktober 1976. Ia adalah seorang Amerika yang berkebangsaan Bangladesh. Ia seorang pendidik dan entrepreneur. Dimulai dari rumah kecilnya, Khan memproduksi lebih dari 4.000 video pembelajaran mengenai matematika dan sains. Pada mei 2013, Khan Academy lewat channel youtube sudah satu juta video yang ditonton oleh lebih dari 268 juta kesempatan. Oleh majalah Forbes, Salman Khan diposisikan sebagai “ S 1 Trillion Opportunity”. Salman lulusan ilmu komputer dari MIT (Massachussets Institute of Technology), dan MBA dari Harvard Business School.  Dalam buku terbarunya: The One World Schoolhouse, 2013, ia berpendapat bahwa pembelajaran lewat ruang kelas sesungguhnya sudah ketinggalan zaman. Sistem perkuliahan dalam kelas hanyalah untuk proses pembelajaran 100 tahun yang lalu.

Bahwa revolusi informasi berdampak luar biasa terhadap reformasi pembelajaran. Dari pembelajaran yang terpusat pada teacher menjadi pembelajaran yang berbasis IT. Seorang guru dan dosen hanya sebagai fasilitator. Dan kalau mereka kurang tanggap, mahasiswanya dapat meninggalkannya. Mereka membutuhkan perubahan, bukan seorang guru. Pembelajaran juga harus berbasis riset. Seorang guru terutama dosen harus mengajarkan sesuatu berdasarkan hasil riset yang telah dan sedang dikerjakannya. Dosen tidak boleh hanya mengandalkan pengetahuan 'common sense' dan selanjutnya disampaikan kepada mahasiswanya.
Dunia sekarang sudah terkonek dengan dunia lain. World is flat, kata Thomas Friedman. Kita tidak hidup sendirian. Mahasiswa harus dari awal dibekali dengan sejumlah kompetensi dan kesadaran akan global citizenship. Mereka adalah bagian warga dunia. Bahwa kita hidup dan sadar akan komunitas dunia. Bahasa Inggeris merupakan keniscayaan untuk memasuki persaingan global. Penguasaan dan pemanfataan teknologi dalam proses pembelajaran adalah suatu kemestian. Informasi menyebar demikian cepatnya. Di dunia medis demikian pula halnya. Bahkan diprediksi suatu saat, robot akan menggantikan posisi dokter yang sesungguhnya.
Masyarakat juga sudah dan sedang berubah. Facebooker society. Masyarakat pengguna facebook. Semua informasi biasanya sudah ramai dibicarakan di facebook. Demikian pula twitter. Seseorang lebih senang "berkicau" di Twitter. Bahkan ujian mahasiswa sudah bisa lewat internet. Kurikulum berubah dalam dua tahun. E-lab dan e-library sudah hal yang sangat biasa. Sekarang mahasiswanya pun sudah "new students". Mahasiswa di era baru, era digital. Tidak seperti mahasiswa dulu. Datang, duduk, dan siap menerima materi pelajaran atau kuliah dari seorang dosen. Sekarang, dosen tak lebih sebagai "fasilitator". Sebab, informasi sudah tersebar demikian masifnya. Apa yang akan disampaikan oleh seorang dosen di kelas, mungkin sudah diketahui oleh para mahasiswanya. Pendidikan di masa depan, sangat boleh jadi dalam hal pendanaan tidak lagi sepenuhnya bergantung pada kucuran dana pemerintah. Ada banyak donatur yang siap menginvestasikan dana untuk kepentingan pendidikan dan dunia usaha.
Lalu, pertanyaannya kemudian, apakah pendidikan tinggi sudah siap dengan situasi ini? Perkembangan ilmu pengetahuan dan penyebarannya juga sudah demikian cepat dan massif. tercatat sudah 1,5 juta artikel mengenai sain dan teknologi. Dalam pembelajaran, kita membutuhkan new pedagogical approaches. What are our students expectations? Have less "respect" for the teacher, more willing to challenge.
Berkat revolusi IT, informasi sangat cepat beredar. Kejadian di suatu daerah terpencil, dalam waktu yang sangat singkat dapat diketahui di belahan dunia lainnya. Hampir tidak ada infromasi yang dapat ditutup-tutupi sekarang. Dulu, guru, Kyai sangat dihormati karena merekalah satu-satunya sumber informasi. Sekarang, zaman sudah berubah. Google dan media sosial lainnya sudah menyiapkan lebih dari 70% infromasi yang dibutuhkan manusia.
Fenomena kyai google juga menarik. Ustaz-ustaz tertentu membuat rubrik tanya-jawab atau blog, dan secara intensif membuat fatwa-fatwa keagamaan. Kyai google ini sesungguhnya tidak selamanya memiliki pengetahuan keagamaan yang mumpuni. Tetapi memiliki pengikut yang cukup banyak. Dan mereka hadir menyapa dan memberi pandangan-pandangan keagamaan kepada jamaahnya lewat internet. 
Dalam hitungan detik, informasi apa pun yang kita butuhkan, dapat dijelaskan oleh Google. Dengan demikian, para pendidik, guru, Kyai, dosen harus mengerti perubahan ini. Materi, metode pembelajaran harus diubah. Kita seharusnya menekankan pada pentingnya critical analysis. Bagaimana menganalisis "tumpukan" atau bahkan "sampah" informasi itu. Demikian pula dengan orang tua. Perlu perubahan pola komunikasi dalam mendidik putra-puteri kita. Hampir semua anak usia muda sudah memegang hand phone. Itu berarti, aspek finansial dalam keluarga harus diperhatikan. Seorang orang tua tidak bisa lagi mengandalkan konsep "birr al-walidain", berbakti kepada kedua orang tua untuk menakut-nakuti anaknya agar mereka dihormati. Zaman sudah berubah. Seorang anak remaja sudah demikian "gaul". Mereka sudah sangat terkonek dengan seusianya dari selruh belahan dunia. Anak-anak juga semakin cepat dewasa. Bagaimana menanamkan nilai-nilai kebaikan di tengah revolusi teknologi informasi yang demikian ini? jangan-jangan suatu waktu, anak-anak kita hanya menghormati orang tuanya karena kebetulan merekalah yang melahirkannya. Anak-anak hormat kepada orang tua karena "numpang" lewat lahir ke dunia fana ini. Demikian pula dalam hal kepemimpinan. Seorang top manajer yang kurang menguasai informasi mengenai bidangnya pasti kehilangan kontrol dan kekuasaan.The end of leardership, kata Barbara. Kita harus berpikir keras untuk "memenangkan" pertarungan di era digital ini. akankah kehidupan ini akan lebih baik dengan semua ini? Atau sebaliknya. Kita harus optimis. Ini adalah sunnatullah. Daripada menentang arus lebih baik mengalir bersamanya.
What the Next?
Terdapat beberapa hal yang menjadi konsern kita, sebagai berikut:
1.      Penguatan Leadership PTKI
Pimpinan PTAI harus visioner, karena mereka memimpin PT pada kondisi “turbulent times” meminjam istilah Peter Drucker.  Dengan latar belakang budaya kepemimpinan Indonesia yang sedang memasuki masa transisi dari paternalistik ke demokrasi, masih dibutuhkan pemimpin yang kuat dan visioner. Ke depan kepemimpinan rektor dibatasi dan dipisah antara kepemimpinan akademik dan non-akademik. Rektor semestinya mengurusi pembinaan akademik, peningkatan kompetensi dan karier dosen, pengembangan kelembagaan, penelitian dan ilmu pengetahuan. Hal-hal yang terkait dengan keuangan dan administrasi cukup didelegasikan dan diberi kewenangan penuh kepada pejabat yang kompeten dan sejak semula diangkat dari tenaga administrasi. Sehingga, seorang rektor setiap akhir tahun tidak lagi berhadapan dengan auditor BPK, BPKP dan Inspektorat Jenderal.
2.      Penyiapan Sumber Daya Manusia yang tangguh
Dosen sebaiknya dibagi menjadi dosen pendidik/pengajar dan peneliti. Dosen pendidik yang cirinya lebih enjoy dengan mengajar dan mentransfer ilmunya lewat proses pembelajan di kelas, dan menjadi nara sumber pada seminar-seminar ilmiyah sebaiknya diberi ruang gerak lebih leluasa. Demikian pula halnya dengan dosen-peneliti. Tridharma perguruan tinggi, sebaiknya dibalik menjadi: (a) penelitian; (b) pendidikan dan pengajaran, dan (c) pengabdian pada masyarakat. Sehingga, setiap dosen sedari awal sudah menyadari tugas riset yang diembannya. Dampaknya, setiap dosen yang berdiri di kelas akan menyampaikan hasil dan temuan riset yang digelutinya.
3.      Perluasan Akses.
Seperti yang jamak diketahui bahwa globalisasi hanya menguntungkan bagi pekerja terlatih dan terdidik. Sehingga bagi mereka yang tidak mendapatkan kesempatan mengecap pendidikan akan tergusur dan cenderung memiliki pendapatan menurun. Oleh karena itu, pemerintah harus memberikan kesempatan yang sama kepada masyarakatnya untuk sekolah dan mendapatkan pelatihan kerja yang cukup. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Februari 2012, Indonesia memiliki angkatan kerja 120,4 juta orang. Sebanyak 42,1 juta orang bekerja di sektor formal, 70,7 juta orang bekerja di sector informal, dan pengangguran terbuka 6,3 persen. Saat ini, sebanyak 54,2 juta orang dari 109, 7 juta angkatan kerja masih lulusan SD atau tidak lulus SD. Dan diperkirakan sampai tahun 2025 nanti ada sekitar 48 juta pekerja berpendidikan SD. Proses demokrasi yang berjalan sangat cepat juga turut berperan memperlebar kesenjangan. Sebab hanya pemilik modal yang dapat memanfaatkan peluang berdemokrasi dan menduduki posisi penting dalam institusi demokrasi. Singkatnya, angkatan kerja harus terdidik. Dan ini salah satu tugas utama pemerintah untuk mendidik dan memberi peluang seluas-luasnya kepada angkatan kerja.
Yang menarik temuan Prof Anne Booth, guru besar School of Oriental and African Studies, 13 Juni 2014 bahwa Indonesia belum memiliki data akurat tentang  tingkat kemiskinan. Data BPS menyebutkan bahwa kemiskinan berkurang dari 11,6% pada tahun 2012 turun menjadi 11,3% pada tahun 2013. Sedang Bank Dunia menyebut angka 13,3% masyarakat Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan ( Anne Booth, Poverty and inequality in Indonesia, from Soeharto to SBY). Masih data BPS menyebutkan bahwa terdapat 18,1 % rakyat Indonesia yang berpenghasilan 1,25 dollar per hari, jadi kurang 14.750 rupiah dengan asumsi 11.800 rupiah per dollar AS. Penyebab utama kemiskinan adalah mutu pendidikan yang rendah. Pendidikan yang buruk menjadikan seseorang tidak memiliki kemampuan bekerja secara profesional. Sehingga mereka hanya bisa menjadi buruh kasar dengan upah rendah.


4.      Re-desain Kurikulum.
Prof Boediono (wakil Presiden) secara mengejutkan menulis artikel di harian Kompas dengan judul: "Pendidikan Kunci Pembangunan" ( Kompas, 27 Agustus 2012). Tanggal 12 Oktober 2012, Harian Kompas laporan khusus mengenai pendidikan formal di bawah judul: Mengubah Kurikulum: Substansi atau Proses? oleh ST Sularto. Intinya mengulas kembali pointers pemikiran pak Boediono yang menganggap bahwa pendidikan di Indonesia tidak memiliki konsepsi yang jelas. Sehingga mata kuliah yang diajarkan kepada peserta didik over load. Seorang pendidik memasukkan apa saja meskipun tidak dibutuhkan oleh peserta didik. Sesungguhnya kegelisahan yang sama juga sudah pernah ditulis oleh Budi Darma ( sastrawan, mantan rektor IKIP Surabaya). Budi Darma mengkritik dengan sangat tajam bahwa anak-siswa Sekolah Dasar rata-rata membawa beban buku pelajaran sekitar 14 kg setiap harinya. Tentu beban seberat itu sesungguhnya tidak dibutuhkan oleh sang murid. Boediono menegaskan bahwa seharusnya kurikulum itu mengarahkan peserta didik untuk menjadi warga negara yang baik dan pekerja terampil serta profesional. Kemudian, Prof Boediono mengutip pandangan Prof Derek Bok ( presiden Emiritus Harvard University) bahwa setidaknya ada delapan komponen kurikulum, antara lain: 1. Mengajarkan cara berkomunikasi yang efektifkepada peserta didik; 2. Mengajarkan berpikir kritis agar mereka dapat menuliskan dan menyampaikan pikiran-pikiran kritis mereka secara benar; 3. Mereka juga disadarkan sebagai warga dunia yang akan terlibat dalam pergaulan dunia internasional; 4. Mereka juga diajarkan prinsip-prinsip berdemokrasi. Bahwa berbeda itu biasa. Dalam kaitan ini, pluralitas adalah sesuatu keniscayaan. 5. Mereka juga harus diajarkan seni dalam menjalani kehidupan. Sehingga mereka memiliki minat belajar seni, filsafat, olah raga, dll. 6. Hard skill yang terkait dengan bidang pekerjaannya kelak. Dari sekian banyak komponen yang ditawarkan Prof Derek Bok, hanya satu yang terkait dengan keterampilan untuk menjadi bekal di dunia kerja. Semua yang lainnya terkait dengan soft skill. Betapa pentingnya perbaikan dan re-desain kurikulum itu.
Terlebih lagi perbaikan kurikulum PTKI dengan mencermati perkembangan Islam Indonesia dewasa ini, yang ditandai dengan munculnya conservative turn. Yakni pembalikan wajah Islam damai dan santun menjadi Islam radikal, sangar dan menakutkan. Dalam buku the Ten Parallel dilaporkan, seorang wartawan asing sedang meliput kericuhan Front Pembela Islam (FPI) dengan kelompok Islam Liberal dan pemikir bebas agama-agama. Sambil memukul tongkat dan alat pentungan kepada kelompok Islam liberal, mereka mengucapkan Allah Akbar, Allah Akbar, Allah Akbar. Wartawan tersebut bertanya, Allah Akbar, artinya apa? Allah Maha Besar, jawab orang di sampingnya. Si wartawan mengira, Allah Akbar maknanya: Pukul, pukul, pukul!!!. Menyaksikan hal-hal seperti ini dan sejumlah kekerasan lain yang mengatasnamankan Tuhan dan agama, maka perlu mengevaluasi secara menyeluruh kurikulum pendidikan agama Islam yang diajarkan di PTKI dan PTU. Sudah barang tentu yang salah dalam proses pembelajaran PAI tersebut. Atau PAI harus diberi muatan multicultural sehingga peserta didik dapat mengerti arti perbedaan antar agama, bukan truth claim. PTKI harus tampil pada garda terdepan untuk mengeliminir dan memutus mata rantai aliran garis keras.
Walhasil, PTKI harus berbenah untuk memenangkan pertarungan global. PTKI harus melakukan lompatan jauh ke depan untuk menjadi perguruan tinggi yang maju.
 (Tulisan sedang diajukan untuk melengkapi artikel Peringatan Milad ke-50 UIN/IAIN Alauddin Makassar).
Wa Allah a’lam





[1] Alumni dan dosen Fakultas Ushuluddin UIN Alauddin Makassar sampai tahun 2004. Sekarang sebagai Kepala Subdit Pengembangan Akademik, DIKTIS, Ditjen Pendidikan Islam, Kemenag RI. Juga masih tercatat sebagai dosen Ilmu Hadis pada Fakultas Ushuluddin UIN Syarifhidayatullah Jakarta. 

Petuah Kepemimpinan

Saya baru saja membaca buku dengan judul: Leadership Lessons from Cherokee Nation. Buku sangat menarik. Sebab, pada setiap babnya ada kata-kata inspiratif. Buku ini memuat pengalaman leadership penulisnya memimpin perusahaan ternama dan sukses. Untuk berbagi, saya mengutip beberapa kata-kata inspiratif, sebagai berikut:

1. If you want to be successful, it is this simple.
Know what you are doing, 
Love what you are doing
And believe in what you are doing
(Will Rogers)

2. Learn from all I observe

You are already coming out, rising fast, I will follow you all day, I will "learn from all that I observe", in the world. Late in the evening as you disappear, I shall be that much wiser.

(Benny Smith, full blood bilingual Cherokee traditionalist)

3. Leadedhip the ability to go from point A to point B

If you don't  know where you are going, any road will take you there.
(Lewis Carroll, alice in wonderland).

4. Where you want to go

Where there is no vision, the people shall perish.
(Proverbs, 29:18)

A creative man is motivated by the desire to achieve,
Not by the desire to beat others.
(Ayn Rand)

5. Never in our history was we willing to blame someone else for our troubles.
(Will Rogers, 28 april 1935).

6. When planning for a year, plant corn. When planning for a decade, plant trees. When planning for life, train and educate people.
(Chinese provers). (h. 108).

7. Three characterics of a happy, healthy community were summed up in three words: jobs, language, and community. h. 109.

Masa Depan Islam Indonesia

Realitas Global
Ektrimisme semakin menguat. ISIS semakin menjadi jadi. boko haram semakin membrutal. Menculik perempuan. Merampok dan memperkosa mereka. Nilai humanitas runtuh oleh aliran keras yang mengatasnamakan agama ini. Serangan Bom di tujuh tempat di Prancis menghentak dunia. Di negara eropah yang lebih savety ternyata ulah terorisme juga tak kalah dahsyatnya. Lebih 130 an orang meniggal. Serangan ini adalah menafikan kemanusiaan. Olah raga dan restoran adalah simbol kebahagiaan manusia. ISIS tidak lagi menyerang barat, tetapi memorak poranda nilai- nilai kemanusiaan. Seluruh dunia mengutuk ISIS. 
Dalam konteks keindonesiaan, ada sekitar 700 rakyat Indonesia yang telah terdeteksi ikut ISIS. Sebagiannya sudah kembali ke Indonesia. Pertanyaanya kemudian, apakah mereka telah melakukan pertobatan? Ataulah mereka tetap memegang teguh dan mengembangkan aliran keras ala ISIS? 
Graham Fuller menulis buku The World Without Islam. Apakah tatanan dunia tanpa Islam akan menjadi lebih baik. Dunia akan lebih damai, karena tanpa Islam kita tidak mengenal taliban, madrasah, jihad, mujahidin, mullah, fatwa, syariat Islam, dst. Temuan Fuller menunjukkan betapa Islam telah berjasa dalam mengantar barat melakukan renaisance dan pencerahan. Tanpa Islam, Barat tidak akan maju. Tanpa Islam, tidak akan terjadi Perang Salib. Perang Salib tidak sekedar perang biasa. tetapi karena perang berkepanjangan ini terjadi pertukaran budaya Islam yang luar biasa. Barat sudah mengenal "permandian". Barat sudah mengenal gula. Barat sudah mengenal huruf nol, dst. 
Karen Armstrong dalam buku terbarunya: Fields of Blood religion and the history of Violence, 2014, menulis ...that the true reasons for war and violence in our history had very little to do with religion.....
Human beings have always had a natural propensity for agression. Yet military violence  and social oppression actually emerged when the invention of agricalture created a society based upon the accummulation of wealth
Ternyata, perang atas nama agama pun bukan bersumber dari agama an sich, tetapi lebih pada kekuasaan militer dan hasrat untuk menguasai kekuasaan serta pemilikan tanah. Agama hanya "dibawa-bawa" untuk kepentingan penguasaan harta dan tanah serta untuk melanggengkan kekuasaan. 
Wa Allah a'lam.

RPP PTK

Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pendidikan Tinggi Keagamaan sedang dalam pembahasan dan diskusi alot dan panjang. Alot karena ada pasal-pasal tertentu yang tidak disepakati antara dua pihak, Kemenag dan Kemenristek Dikti. Panjang karena sudah hampir tiga tahun setelah Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi lahir, tetapi RPP PTKnya belum juga terbit. Ini harus diselesaikan segera. Setidaknya tahun ini harus sudah ditandatangan pemerintah.  
Identifikasi permasalahan RPP PTK sedang dibahas dan terus didiskusikan. Ada beberapa reasoning, mengapa RPP PTK ini harus lahir. Dan terdapat pula beberapa pasal yang krusial yang harus disepakati. 

  • REASONING
1.      RPP PTK adalah amanah undang undang pendidikan tinggi No 12 /2012 terutama pasal 7, pasal 10, dan pasal 30.
2.      Posisi RPP PTKI sama denga PP no.  4 /2014 tentang penyelenggaran pendidikan tinggi yang harus diterbitkan.
3.      Telah terbitnya Izin prinsip atau izin prakarsa dari presiden yang mengamanahkan agar Kementerian Agama segera membuat dan menyelesaikan PP PTK.
4.      Adanya fakta Perlunya perluasan akses pendidikan tinggi karena angkatan kerja kita menurut data BPS tahun 2015, hanya 10 persen yang lulusan perguruan tinggi. untuk menjadi negara yang besar dan memengangkan pertarungan global, maka kita membutuhkan SDM yang kuat. Oleh karenanya perlu terobosan baru untuk meningkatkan APK tersebut, dengan cara memberikan mandat kepada PTK untuk membuka prodi-prodi yang relevan dengan pengembangan keilmuan keagamaan dan kebutuhan masyarakat, termasuk pembukaan prodi-prodi umum di UIN dan IAIN.
5.      Adanya fakta bahwa ternyata upaya penegerian PTS yang selama ini dilakukan secara masif tidak menjadikan kualitas pembelajaran di perguruan tinggi menjadi lebih baik, dan tidak menambah jumlah APK secra signifikan. Bahkan program ini justru menimbulkan masalah baru dalam pengangkatan dosen swasta menjadi dosen PNS. Ada sekitar 4800 Dosen ex PTS yang sulit diakomodasi menjadi PNS.
6.      Perlunya regulasi yang jelas mengenai ketentuan pembukaan prodi agama di PTU. Sebab selama ini terkesan dibuka secara bebas tanpa melalui persetujuan dan  rekomendasi kementerian agama. sementara undang undang Dikti UU12/2012 secara explisit mengamanahkan bahwa seluruh regulasi, perencanaan, pelaksanan,dan evaluasi prodi studi agama dibawah kewenangan kementerian agama.
7.      Radikalisme agama yang terjadi di PTU juga tidak terlepas dari kompetensi dosen agama yang mengajarkan prodi prodi agama dengan tidak dilatari oleh pendidikan agama yang memadai. Ditambah lagi dengan struktur kurikulum yang tidak didasarkan pada standar akademik yang telah dibuat oleh kementerian agama. Hal ini menjadi persoalan krusial karena terkait dengan isu keselamatan NKRI dan tumbuhnya demokrasi di indonesia. seperti kita ketahui bahwa radikalisme agama adalah merupakan ancaman dunia global yang menjadi tanggungjawab seluruh komponen bangsa terutama civitas akademik. Untuk itu perlu juga pembinaan dan pengawasan prodi agama di PTU oleh kementerian agama.
8.      Regulasi dan standar kualitas akademik prodi- prodi umum yang dikelola oleh PTK tetap menjadi kewenangan kemenristek dikti, sesuai dengan ketentuan SNPT ( BAN PT).  
9.      Bahwa ketentuan pembukaan prodi-prodi umum di PTK berdasarkan kualitas pengelolaan dan akreditasinya, tidak didasarkan pada pembatasan jumlah prodi seperti perbandingan 60 : 40.

PASAL - PASAL KRUSIAL
1.         Ketentuan umum point 3
Pendidikan Tinggi Keagamaan adalah Pendidikan Tinggi yang diselenggarakan untuk mengkaji dan mengembangkan ilmu agama serta ilmu pengetahuan dan teknologi berciri khas keagamaan.
2.      Pasal 3 ayat 2
Tanggung jawab Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk penyelenggaraan Pendidikan Tinggi Keagamaan dalam rumpun ilmu humaniora, sosial, alam, formal, dan terapan yang bertujuan membangun integrasi agama dengan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mengembangkan kultur dengan ciri keagamaan.
3.      Pasal 10 UU Dikti no. 12/2012 tentang rumpun ilmu agama
(1) Rumpun Ilmu Pengetahuan dan Teknologi merupakan kumpulan sejumlah pohon, cabang, dan ranting Ilmu Pengetahuan yang disusun secara sistematis.
(2) Rumpun Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. rumpun ilmu agama;
b. rumpun ilmu humaniora;
c. rumpun ilmu sosial;
d. rumpun ilmu alam;
e. rumpun ilmu formal; dan
f. rumpun ilmu terapan.

(3) Rumpun Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditransformasikan, dikembangkan, dan/atau disebarluaskan oleh Sivitas Akademika melalui Tridharma.

Penjelasan pasal 10 UU 12/2012
Huruf a
Rumpun ilmu agama merupakan rumpun Ilmu Pengetahuan yang mengkaji keyakinan tentang ketuhanan atau ketauhidan serta teks-teks suci agama antara lain ilmu ushuluddin, ilmu syariah, ilmu adab, ilmu dakwah, ilmu tarbiyah, filsafat dan pemikiran Islam, ekonomi Islam, ilmu pendidikan agama Hindu, ilmu penerangan agama Hindu, filsafat agama Hindu, ilmu pendidikan agama Budha, ilmu penerangan agama Budha, filsafat agama Budha, ilmu pendidikan agama Kristen, ilmu pendidikan agama Katholik, teologi, misiologi, konseling pastoral, dan ilmu pendidikan agama Khong Hu Cu.


4.      Perlu penjelasan lebih detail mengenai definisi integrasi
Integrasi dan interkoneksi ilmu ( takamul al ulum wazdiwaj al ma’arif),
Tafaqquh fi al din 

5.      Pasal 6 ayat 1 C, apakah prodi umum yang ada pada UIN ikut PDPT Dikti……apakah pengelolaan prodi umum masih kewenangan Dikti atau Kementerian Agama. Apakah juga PTK menggunakan SNPT tersendiri dalam draft RPP PTK ,sementara SNPT yang ada sudah menjadi rujukan terhadap penyelengaraan perguruan tinggi. 

Pasal 6 ayat 1 c ( RPP PTK)
Dalam melaksanakan tanggung jawab di bidang pengawasan, pemantauan, dan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) huruf c, Menteri memiliki tugas dan wewenang meliputi:
a. menetapkan Standar Nasional Pendidikan Tinggi Keagamaan;
b. menyusun dan menetapkan sistem penjaminan mutu Pendidikan Tinggi Keagamaan, yang terdiri atas:
1. sistem penjaminan mutu internal oleh setiap PTK; dan
2.sistem penjaminan mutu eksternal yang dilakukan melalui akreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi dan/atau lembaga akreditasi mandiri; dan
c. mengelola pangkalan data Pendidikan Tinggi Keagamaan.
            
6.      Mengapa dibuka prodi umum di UIN.
Rujukan :
Peraturan pemerintah no 4 tahun 2014 tentang penyelenggaraan pendidikan tinggi.

Ketentuan umum  no (7,8 dan 9):

(7)Universitas adalah Perguruan Tinggi yang menyelenggarakanpendidikan akademik dan dapat menyelenggarakan pendidikanvokasi dalam berbagai rumpun ilmu pengetahuan dan/atau teknologi dan jika memenuhi syarat, Universitas dapatmenyelenggarakan pendidikan profesi.

(8).Institut adalah Perguruan Tinggi yang menyelenggarakanpendidikan akademik dan dapat menyelenggarakan pendidikanvokasi dalam sejumlah rumpun ilmu pengetahuan dan/atau
teknologi tertentu dan jika memenuhi syarat, Institut dapatmenyelenggarakan pendidikan profesi.

(9)Sekolah Tinggi adalah Perguruan Tinggi yang menyelenggarakanpendidikan akademik dan dapat menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam satu rumpun ilmu pengetahuan dan/atau teknologi tertentu dan jika memenuhi syarat, Sekolah Tinggi dapat menyelenggarakan pendidikan profesi.

7.      Kewenangan penyelenggaraan prodi dan akreditasi.
-          Prodi prodi agama di Perguruan tinggi ( PTK dan PTU menjadi kewenangan kementerian agama

-          Prodi umum di Perguruan tinggi keagaman menjadi kewenangan kemenristek dikti. 

Pembahasan semakin meruncing karena digulirkan wacana "migrasi". Bahwa Universitas Islam Negeri yang telah memiliki prodi umu lebih banyak ketimbang prodi agama lebih baik bergabung dan dalam binaan Kemenristek Dikti secara utuh. Apakah pilihan ini yang paling tepat. Atau Kemenag memilih untuk seperti sekarang ini, bahwa kewenangan pembinaan PTK tetap di Kemenag. Biarlah urusan pengembangan dan evaluasi prodi umum tetap berjalan seperti sekarang ini. Toh, seluruh regulasi prodi umum tetap dipatuhi. Dan standar kita tetap pada SNPT. BAN PT juga tetap melakukan penilaian dan rview menyeluruh terhadap penyelenggaraan prodi umum. Hanya saja, prodi umum yang dibina Kemenag, tetap menampilkan distingsinya. yakni pengembangan integrasi ilmu dan sains. Bahwa seluruh prodi yang dibina Kemenag harus berciri khas keagamaan. Yakni integrasi ilmu, agama dan sains. 
Dalam kaitan ini, kita harus mengajukan best practis integrasi ilmu yang sedang dikembangkan PTKIN terutama UIN-UIN yang sudah ada.    

Semoga RPP PTK segera hadir agar pendidikan tinggi Keagamaan semakin memiliki greget dan semakin maju. 

Kamis, 19 November 2015

Teror ISIS

Tragedi Paris menghentak dunia. Ada tujuh titik teror yang menewaskan sekitar 153 orang. Salah seorang pelakunya ditengarai pernah tinggal di kota Bandung sekitar tiga tahun lamanya. Eropah selama ini, apalagi Paris adalah kota terindah dan tujuan wisata dunia. Kota yang sangat indah. Kota di mana Menara Euffel bertengger kokoh. Kota yang pada salah satu titik kotanya ada mesjid yang berdiri kokoh dan indah. Masjid yang imamnya juga seorang mufti yang berwibawa. Sebab, di Prancis seorang imam digaji oleh pemerintah. Sosok imam masjid di Paris sangat berbeda dengan imam-imam di negara kita yang terkesan ndeso.
Prancis, Paris adalah sebuah negara yang pernah dikunjungi oleh Syeikh Muhammad Abduh. dan beliau berujar: ra'aitu al-Islam bi dun al-muslimin. Di sana, saya melihat Islam tetapi tidak melihat orang Islam. Maksudnya, di Paris saya melihat ajaran Islam banyak dipraktekkan tetapi bukan oleh orang Islam. Ungkapan lainnya yang juga sangat terkenal adalah al-Islam mahjubun bi al-Muslimin. Sesungguhnya ajaran Islam  yang mulia tertutupi "keagungannya" oleh perangai umat Islam sendiri.
Trgedi Paris adalah musibah kemanusiaan. Tragedi itu juga ada yang berpandangan bahwa bukan hanya meruntuhkan peradaban, tetapi lebih dari itu, sebagai tindakan yang merunthkan simbol "kebahagiaan" manusia. Hal mana, restoran dan sepak bola adalah simbol kebahagiaan manusia. Tragedi ini jangan sampai terulang di tempat lain di belahan dunia lain.
Tragedi Paris menunjukkan bahwa betapa tidak ada lagi zona aman dari ancaman terorisme di dunia ini. Kita harus menyatakan "perang" terhadap aksi-aksi terorisme. Setiap jengkal di bumi ini harus waspada terhadap terorisme.

Jumat, 13 November 2015

Tantangan Ekonomi Syariah di Indonesia

Pada sebuah kesempatan, saya mewakili Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Prof Kamaruddin Amin dalam pertemuan Asosiasi Pengembangan Ekonomi Syariah Indonesia. Kegiatan tersebut dilaksanakan di Rektorat Universitas Brawijaya, Malang. Hadir sebagai Key note, Dr. H. Abdul Wahid, staf ahli Kemenristek Dikti, dan nara sumber lain dari perwakilan Direktur bank Syari'ah. 
Kegiatan tersebut ramai, dan dihadiri pimpinan PTKI terutama yang mengelola Fakultas Ekonomi dan Bisnis Syariah. Ada juga rektor IAIN Banten, Prof Fauzul Iman, dan rektor Universitas Muslim Indonesia, Makassar, Prof. Hj. Masrurah. Dan dekan-dekan dan pengelola asosiasi ekonomi syariah dan perbankan syariah. 
Beberapa poin penting yang saya sampaikan pada forun tersebut, sebagai berikut:

1. Tantangan

a. Prof Ali Allawi, dalam the Crisis of Islamic Civilization menulis bahwa tantangan kita sekarang ini adalah pemilikan umat Islam terhadap wealth, kekayaan. Masalah kita adalah kesajahteraan yang rendah. Rata-rata umat Islam, atau negara yang mendeklarasikan diri sebagai negara Islam itu miskin.
Why? Negara-negara muslim dari Maroko sampai ke Merauke memiliki beberapa ciri utama. Terbelakang, tidak terpelajar. Rendah demokrasi. Dan minim penghormatan kepada perempuan. Miskin, tidak sejahtera. Dan biasanya juga diikuti sakit sakitan. Sementara negara maju seperti Eropa, Amerika dan Australia, masyarakatnya terpelajar, civilized. Sejahtera, tidak banyak pengangguran. Dan sehat. Panjang umur. Menghormati hak-hak perempuan. Demokratis. 
Padahal, kita kaya akan value dan nilai-nilai luhur. Tetapi kita tidak memasukkan value tersebut kedalam sebuah sistem kehidupan. Itulah kritik Prof Jasser Auda dalam buku terbarunya, Maqashid al Syariah as  Philosophy of Islamic Law. A system approach. 
b. Apakah kita sepakat memakai nomenklatur Islamic Finace atau Islamic Economy.  Ekonomi Islam atai ekonomi syariah. Sebab, sekarang ini sedang menyeruak Islamic radicalisme. Islam radikal cukup mengganggu. Ini tantangan ke depannya. Saya punya cerita. Di Sydney Air port, terdapat toko buku. Ada banyak koleksi buku yang dijual. Begitu bertanya tentang buku-buku agama, mereka kebingungan. Dan heran. Barangkali mereka tidak terlalu butuh tentang topik ini. Agama formal sudah ditinggalkan karena tidak mencerahkan. Tidak mendamaikan. Beragama malah tambah sulit, tidak toleran. Tidak humanis. Barangkali mereka berpikir, Tuhan terllu jauh untuk digapai. Sekarang ini, di dunia nyata, kita menghadapi kehidupan demikian dinamis. Barangkali di barat masih berkembang para pemikir bebas. Barangkali mereka menggugat agama-agama formal yang menjadi biang pertengkaran kemanusiaan. kalau agama benar, dan Tuhan ada mengapa masih terjadi bencana. Mengapa masih terjadi ketidakadilan sosial. Mengapa masih banyak masyarakat miskin. Terhadap pertanyaan-pertanyaan ini, agama harus hadir menyapa masyarakat yang rasional dan empiris ini.  

2. Isu-isu krusial ekonomi Syariah atau Perbankan syariah, antara lain
a. Dari sisi market share, pangsa pasar masih sangat kecil, masih 4,9 persen per mei 2015 dibanding bank-bank konvensional. Bank-bank Syariah baru mengelola dana sekitar 240 T dari 2.000 T. Konon, nasabah bank konvensional yang tertarik kepada bank-bank syariah hanya menyentuh angka 14%. Sangat sedikit dibanding jumlah populasi umat Islam yang melimpah di Indonesia.
b. Persoalan Sumber Daya Manusia. Di mana SDM di Bank-bank syariah masih mayoritas masih dari latar belakang SDM bank-bank konvensional.
c. Regulasi ekonomi syariah dan turunannya masih sangat sedikit, dan belum maksimalnya sinkronisasi kebijakan antar lembaga pemerintah. Yang sudah ada sekarang adalah Undang-Undang SBSN nomor 19 tahun 2008 dan UU nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah. 
d. Masih kurangnya sosialisasi. Banyak orang yang belum mengetahui sistem ekonomi syariah, termasuk pegawai pegawainya. Mudharabah, takaful, musyarakah mutanaqishah MMQ, dst. 

3. Peluang

a. Indonesia adalah masyarakat muslim terbesar dunia, dan nomor tiga negara demokrasi terbesar di dunia. Tidak terlepas dari kontribusi PTKI dan pondok pesantren serta madrasah.
Perlu kurikulum ekonomi syariah yang menjadi flatform bersama. Sehingga alumni kita bisa berkualitas dan diakui oleh pasar kerja. Kemenag sudah mengeluarkan 101 prodi ek syariah, mualamat, perbankan syariah, dst. Dan tahun 2011 sampai 

b. Kita ini umat Muslim terbesar di dunia. Tetapi market share per Mei 2015 baru menyentuh angka 4,9 persen, sekitar 240 T dari 2.000 T pangsa pasar, yang dikelola lembaga keuangan. Masih sangat jauh dari angka ideal. Apa yang harus kita kerjakan. Kita harus melakukan quantum leap. Lompatan yang jauh agar bisa mendicipi market share tadi. Barangkali dengan paket ekonomi jilid lima, ada angin segar terutama kebijakan deregulasi  parbankan syariah. Bagaiama masyarakat bisa lebih mudah ut akses bank bank syariah.
c. Prof Greg Feely, Expressing Islam. Pada akhir buku tsb ada tiga artikel yang membhs tentang Islamic Economy, atau ekonomi syariah. Termasuk laporan mengenai perkembangnya B mT Baitul Mal wa tamwil. Sebab, Bank bakn konvensional lebih tertarik mengurus kelompok jelita. Sedang Bank Bank syariah, apalagi BMT pastilah mengurus rakyat Jelata. Mengurus jelita dan yang jelita. 

4. Sebulan lagi kita memasuki era baru, MEA. Philip Kotler sudah menulis buku Think New Asean. Dalam buku itu digambarkan bahwa pesaing baru dalam dunia dirgantara adalah Air Asia. Sebab, mereka memiliki pilot yang anergik. Flihgtnya tepat waktu. Lebih ekspansif dibanding garuda. Ternyata Air Asia cemplung. Sehingga runtuhlah trust masyarakat. Akhirnya Air Asia terpuruk. Hal hal yang terkait management resiko harus diantisipasi. Indonesia ini memang sering unpredictable. Indonesia sulit diprediksi. 
5. Karl Kruszelnicki, House of Karls, 2014. Ada bab yang membahas Bank Robbery, perampokan bank. Dan pembahasan Greed is not good. Tamak itu tidak baik. Secara moral, filosof Yunani, Plato dan Aristoteles sudah menegaskan keburukan sifat tamak itu. 
6. Dunia pendidikan Islam, 
PT untuk Quantum Leap, lompatan yang jauh. 

Midle class society sdg bertumbuh. Middle class society inilah yang menyelamatkan Indonesia

Dengan perkembangan ekonomi syariah akan bisa menghidupkan tradisi akademik di dunia Islam yang sudah hampir dilupakan, Fiqih Mawaris. Furudl al muqaddarah. Ilmu Faraidh. Karena harta waris tidak ada lagi yang mau dibagi. 

Kamis, 12 November 2015

House of Karls

Di Sydney Airport, saya harus berkeliling mengitari suasana bandara. Pasalnya Qantas yang saya tumpangi delay selama 35 menit. Saya mencari toko buku yang kira- kira dapat menghilangkan kejenuhan menunggu penerbangan. Persis di samping gate 54 ada toko buku. Koleksinya lumayan. Saya mencari buku di sepanjang rak- rak yang tersedia. Ada koleksi terbaru. Ada juga koleksi buku- buku khusus diskon. Beli satu gratis satu. Ada juga rak khusus koran, majalah, dan informasi khusus lelaki dewasa. Untuk yang terakhir ini, raknya ada tulisan: men interest. Buku atau majalah yang menyiapkan informasi kebutuhan lelaki dewasa. Toko bukunya tertata rapi mirip periplus kalau di bandara cengkareng.
Saya langsung bertanya kepada sejumlah penjaga toko, apakah anda memiliki koleksi buku mengenai tema- tema agama? Mereka kebingungan. Mereka terkaget- kaget dengan pertanyaan saya. Dan memang, di sejumlah koleksinya tidak ditemukan buku khusus mengenai agama. Yang ada hanyalah buku- buku novel. Ada juga buku- buku Yoga, dan sejumlah buku Guide untuk traveling ke sejumlah negara di dunia, seperti Australia sendiri, Prancis, Bali, Kanada, dst. Buku biografi juga cukup banyak. Saya berputar lagi, dan sampai saya memastikan bahwa mereka memang tidak menjual buku- buku yang bertema religion dalam arti agama formal yang kita hayati.
Alhamdulillah, saya menemukan dua buku yang menarik. House of Karls. Buku ini menarik karena ditulis oleh seorang pakar yang mumpuni pada bidangnya. Ada banyak yang diuraikan penulisnya. Ada problem diet bagi masyarakat maju. Ada isu dan fakta perampokan bank di Eropah. Ada persoalan keserakahan. Greed is not good. Serakah itu tidak baik. Sejak zaman filosof Yunani kuna, Palto dan Arsitotels, keserakahan sudah dianggap melanggar moral dan etika. Secara keseluruhan buku ini mengkritik dinamika budaya demokrasi, politik dan ekonomi di barat. Bahwa tidak semua dari barat pastilah baik. Ada sisi-sisi "gelap" barat yang harus dikritik.

Beradab

Suatu pagi saya masuk kantor. Kebetulan dalam lift saya cuma berdua dengan seseorang yang daya duga seorang pegawai di kantor tersebut. Beberapa detik kemudian, saya mencium bau rokok. Saya menoleh ke tangan orang di samping saya itu. Benar saja, di tangannya ada sepuntung rokok yang disembunyikan. Orang ini tidak berpikir bahwa betapa merusaknya perilakunya itu. Bahwa merokok atau mebawa rokok ke dalam lift adalah perbuatan yang tidak terpuji.  Sebab, bau rokoknya akan menetap dalam lift meskipun orangnya sudah keluar. Orang ini sama sekali tidak merasa bersalah. Ia dengan santainya berlenggang keluar. Dan barangkali sebelum menuju meja kerjanya mencari toilet untuk menghabiskan rokoknya. Benar-benar tiak beradab.
Saya berpikir, barangkali para perokok itu memang orang egois. Tidak berpikir bawha tindakannya itu merugikan orang lain. Minimal orang yang tidak merokok pasti pusing dibuatnya.
Saya membayangkan, sejatinya bangsa kita mencontoh Singapura yang ketat dalam hal rokok. Siapa pun tidak boleh sembrangan merokok. Kalau ada orang yang merokok pada sembarang tempat pasti ia dikenai sanksi. Tanpa peduli siapa dia. Meskipun pejabat selevel menteri, kalau melanggar aturan pasti ia dikenai sanksi. Prof Yusril Ihza Mahendra, konon ketika beliau masih menjabat sebagai menteri, juga dikenai sanksi karena merokok pada tempat yang tidak tepat.
Di Singapura juga ada larangan untuk meludah pada sembarang tempat. Siapa yang melanggar pasti didenda. Kapan ya negara kita bisa menikmati ketertiban. Kapan ya bangsa kita sadar akan pentingnya keadaban. Kapan-kapan!

Selasa, 10 November 2015

Milad Emas 50 Tahun UIN Alauddin

Dalam acara milad ini ada Sambutan Gubernur Sulawesi Selatan, Dr Yasin Limpo. Beliau memulai sambutannya dengan menyatakan akan menyumbang 50 juta untuk AC. Sebab, di ruang tempat anggota senat lagi kepanasan. Saya pikir sambutan beliau inspiratif karena tanpa teks. Sambutan lepas. Dan tetap memukau. Saya kutipkan sebagian pokok- pokok sambutan tersebut.
Hari ini kita memperingati milad emas ke 50 UIN Alauddin Makassar. Kita semua adalah bagian dari emas itu.
Konsepsi Islam sangat jelas mengenai pentingnya ilmu pengetahuan. Kalau mau sukses di dunia dan akhirat haruslah dengan ilmu pengetahuan yang tinggi. Dengan kualitas ilmu kita akan dihormati. Kita akan berperadaban tinggi.
Arah angin tidak bisa dilawan. Tetapi layar bisa digeser. Di sinilah peran kita.
Kultur akademik harus dibangun. Skill harus ditambah. Frame akademik dan kultur akademik harus diperkuat. Kampus tidak boleh terlalu terkontaminasi dengan politik. Rektor tidak boleh bertentangan dengan para dosen. Rektor tidak boleh dengan para mahasiswa. Setelah 50 tahun, hari ini kita memiliki Dirjen, Marilah kita mengatur republik ini.
Kalaupun ada demo harus dengan santun. Dinamika demokrasi harus sipakalebbi. Sipakatau. "Jangan mi dibakar kampusmu". "Jangan mi dilempari kampus ini".
Saya memegang 12 koran lokal. Apa pun yang terjadi, 82% orang yang memegang gadget membaca ajaran dan paham- paham. Kita memasuki era yang sangat berubah. Anak- anak semuanya adalah anak- anak digital. Penetrasi budaya terjadi secara masif dan luar biasa. Dan dinamika sosial tanpa batas. Indonesia adalah negara yang berada dengan sepuluh negara Asean lainnya. Kita tidak boleh sendiri. Kita menghadapi kompetisi SDM tidak lagi di negara sendiri.
Kita menjadi pahlawan, tidak lagi hanya dengan mengangkat senjata. Kita adalah pahlawan- pahlawan dari meja kita. Para guru besar adalah pahlawan yang mengajar anak- anak bangsa.
Dengan demikian, negara kita akan menjadi kuat. Sekarang kita memasuki era turbulance. Situasi yang tidak menentu. Ini tidak terjadi 10 tahun yang lalu.
Narkoba, tidak sadar dengan situasi ini.
Apakah sarjana kita bisa mengawinkan rambutan Aceh dan rambutan hutan. Bisakah mereka membuat satu pohon dan sembilan buah.
Saya melihat ada perguruan tinggi yang bekerja sama dengan PT luar negeri. Ada jenis ikan betina menjadi kelamin jantan.
Saya pernah bertemu dengan bosnya Samsung. Mereka akan menjual onderdil manusia. Bisa dikontrak. Yang oenting tidak melebihi umur 130 tahun. Kita harus terus berbenah diri. Dan tidak seperti yang kemarin .
 Ada tiga hal yang harus diperhatikan, yakni:
Frame akademik diperkuat
Manajemen perguruan tinggi.
Perilaku sosial yang harus ditata oleh oemerintah

Rabu, 04 November 2015

Prof Rochaya Machalli, Sydney


Prof Rochaya adalah seorang dosen Asian and Indonesian Studies di Sydney University. Beliau sudah dua puluh tahun mengajar bahasa Indonesia dan cross cultural studies di Sydney University, Australia. 
Prof Rochayah adalah pribdai yang hangat, familiar, suka menolong, religius, dan sederhana. Konon, rumah beliau juga berfungsi sebagai "rumah singgah" di Sydney bagi mahasiswa atau siapa saja orang Indonesia yang kebetulan ke Sydney dan kesulitan mencari tempat. 
Beliau sangat baik kepada siapa pun. Beliau juga memiliki keahlian dalam hal ilmu tarjamah. Ia sudah menerbitkan buku perihal tata cara penerjemahan. Menerjemahkan itu juga terkadang seorang penerjemah memasukkan ideologinya, tanda Prof Rochayah. Ia mencontohkan novel Ahmad Tohari, Renggong, diterjemahkan ala barat, sehingga pesan-pesan Jawanya hilang. Persoalan pernikahan dan nilai-nilai sakralnya sudah hilang. Sama juga ketika beliau menulis buku bahasa Indonesia. Ketika sampai pada pembahasan Timor Leste, ada kata frase yang diterjemahkan ke dalam bahasa menjadi: Indonesia "mencaplok" Timor Timur. Ini terjemahan menurut cara pandang Australia. Menurut orang Indonesia, Timor Timur itu berintegrasi dengan negara Indonesia. Saya mendapat telpon dari KBRI, bahwa apakah ibu masih memiliki paspor hijau? Ya, jawabnya. Mestinya kata mencaplok diganti. Kalau tidak, maka buku anda tidak bisa diterbitkan. 
Beliau juga bercerita tentang Paul White yang menulis jihad di Turkey. Asisten beliau yang sedang berdomisili di Jakarta mengikuti isterinya. Ia seorang yang konservatif. Ia sangat memegang teguh tauhid. Suatu hari, dalam perkuliahan, ia terpaksa berdebat dengan seorang mahasiswi Libanon yang Yahudi. Karena contoh yang dikutipnya adalah bagaimana orang Yahudi mencaplok Palestina. Sampai di sini dulu. Karena masih banyak kisah menarik di balik kehidupan Prof Rochayah ini.
Jam 7.30, prof Rochaya mengantar saya lagi ke Sydney Airport. Sekitar jam 8.30 kami tiba. Check in bagasi karena malamnya kami sudah check in via on line. Alhamdulillah bagasi aman, dan check true sampai ke Jakarta.