Gallery

Jumat, 13 November 2015

Tantangan Ekonomi Syariah di Indonesia

Pada sebuah kesempatan, saya mewakili Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Prof Kamaruddin Amin dalam pertemuan Asosiasi Pengembangan Ekonomi Syariah Indonesia. Kegiatan tersebut dilaksanakan di Rektorat Universitas Brawijaya, Malang. Hadir sebagai Key note, Dr. H. Abdul Wahid, staf ahli Kemenristek Dikti, dan nara sumber lain dari perwakilan Direktur bank Syari'ah. 
Kegiatan tersebut ramai, dan dihadiri pimpinan PTKI terutama yang mengelola Fakultas Ekonomi dan Bisnis Syariah. Ada juga rektor IAIN Banten, Prof Fauzul Iman, dan rektor Universitas Muslim Indonesia, Makassar, Prof. Hj. Masrurah. Dan dekan-dekan dan pengelola asosiasi ekonomi syariah dan perbankan syariah. 
Beberapa poin penting yang saya sampaikan pada forun tersebut, sebagai berikut:

1. Tantangan

a. Prof Ali Allawi, dalam the Crisis of Islamic Civilization menulis bahwa tantangan kita sekarang ini adalah pemilikan umat Islam terhadap wealth, kekayaan. Masalah kita adalah kesajahteraan yang rendah. Rata-rata umat Islam, atau negara yang mendeklarasikan diri sebagai negara Islam itu miskin.
Why? Negara-negara muslim dari Maroko sampai ke Merauke memiliki beberapa ciri utama. Terbelakang, tidak terpelajar. Rendah demokrasi. Dan minim penghormatan kepada perempuan. Miskin, tidak sejahtera. Dan biasanya juga diikuti sakit sakitan. Sementara negara maju seperti Eropa, Amerika dan Australia, masyarakatnya terpelajar, civilized. Sejahtera, tidak banyak pengangguran. Dan sehat. Panjang umur. Menghormati hak-hak perempuan. Demokratis. 
Padahal, kita kaya akan value dan nilai-nilai luhur. Tetapi kita tidak memasukkan value tersebut kedalam sebuah sistem kehidupan. Itulah kritik Prof Jasser Auda dalam buku terbarunya, Maqashid al Syariah as  Philosophy of Islamic Law. A system approach. 
b. Apakah kita sepakat memakai nomenklatur Islamic Finace atau Islamic Economy.  Ekonomi Islam atai ekonomi syariah. Sebab, sekarang ini sedang menyeruak Islamic radicalisme. Islam radikal cukup mengganggu. Ini tantangan ke depannya. Saya punya cerita. Di Sydney Air port, terdapat toko buku. Ada banyak koleksi buku yang dijual. Begitu bertanya tentang buku-buku agama, mereka kebingungan. Dan heran. Barangkali mereka tidak terlalu butuh tentang topik ini. Agama formal sudah ditinggalkan karena tidak mencerahkan. Tidak mendamaikan. Beragama malah tambah sulit, tidak toleran. Tidak humanis. Barangkali mereka berpikir, Tuhan terllu jauh untuk digapai. Sekarang ini, di dunia nyata, kita menghadapi kehidupan demikian dinamis. Barangkali di barat masih berkembang para pemikir bebas. Barangkali mereka menggugat agama-agama formal yang menjadi biang pertengkaran kemanusiaan. kalau agama benar, dan Tuhan ada mengapa masih terjadi bencana. Mengapa masih terjadi ketidakadilan sosial. Mengapa masih banyak masyarakat miskin. Terhadap pertanyaan-pertanyaan ini, agama harus hadir menyapa masyarakat yang rasional dan empiris ini.  

2. Isu-isu krusial ekonomi Syariah atau Perbankan syariah, antara lain
a. Dari sisi market share, pangsa pasar masih sangat kecil, masih 4,9 persen per mei 2015 dibanding bank-bank konvensional. Bank-bank Syariah baru mengelola dana sekitar 240 T dari 2.000 T. Konon, nasabah bank konvensional yang tertarik kepada bank-bank syariah hanya menyentuh angka 14%. Sangat sedikit dibanding jumlah populasi umat Islam yang melimpah di Indonesia.
b. Persoalan Sumber Daya Manusia. Di mana SDM di Bank-bank syariah masih mayoritas masih dari latar belakang SDM bank-bank konvensional.
c. Regulasi ekonomi syariah dan turunannya masih sangat sedikit, dan belum maksimalnya sinkronisasi kebijakan antar lembaga pemerintah. Yang sudah ada sekarang adalah Undang-Undang SBSN nomor 19 tahun 2008 dan UU nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah. 
d. Masih kurangnya sosialisasi. Banyak orang yang belum mengetahui sistem ekonomi syariah, termasuk pegawai pegawainya. Mudharabah, takaful, musyarakah mutanaqishah MMQ, dst. 

3. Peluang

a. Indonesia adalah masyarakat muslim terbesar dunia, dan nomor tiga negara demokrasi terbesar di dunia. Tidak terlepas dari kontribusi PTKI dan pondok pesantren serta madrasah.
Perlu kurikulum ekonomi syariah yang menjadi flatform bersama. Sehingga alumni kita bisa berkualitas dan diakui oleh pasar kerja. Kemenag sudah mengeluarkan 101 prodi ek syariah, mualamat, perbankan syariah, dst. Dan tahun 2011 sampai 

b. Kita ini umat Muslim terbesar di dunia. Tetapi market share per Mei 2015 baru menyentuh angka 4,9 persen, sekitar 240 T dari 2.000 T pangsa pasar, yang dikelola lembaga keuangan. Masih sangat jauh dari angka ideal. Apa yang harus kita kerjakan. Kita harus melakukan quantum leap. Lompatan yang jauh agar bisa mendicipi market share tadi. Barangkali dengan paket ekonomi jilid lima, ada angin segar terutama kebijakan deregulasi  parbankan syariah. Bagaiama masyarakat bisa lebih mudah ut akses bank bank syariah.
c. Prof Greg Feely, Expressing Islam. Pada akhir buku tsb ada tiga artikel yang membhs tentang Islamic Economy, atau ekonomi syariah. Termasuk laporan mengenai perkembangnya B mT Baitul Mal wa tamwil. Sebab, Bank bakn konvensional lebih tertarik mengurus kelompok jelita. Sedang Bank Bank syariah, apalagi BMT pastilah mengurus rakyat Jelata. Mengurus jelita dan yang jelita. 

4. Sebulan lagi kita memasuki era baru, MEA. Philip Kotler sudah menulis buku Think New Asean. Dalam buku itu digambarkan bahwa pesaing baru dalam dunia dirgantara adalah Air Asia. Sebab, mereka memiliki pilot yang anergik. Flihgtnya tepat waktu. Lebih ekspansif dibanding garuda. Ternyata Air Asia cemplung. Sehingga runtuhlah trust masyarakat. Akhirnya Air Asia terpuruk. Hal hal yang terkait management resiko harus diantisipasi. Indonesia ini memang sering unpredictable. Indonesia sulit diprediksi. 
5. Karl Kruszelnicki, House of Karls, 2014. Ada bab yang membahas Bank Robbery, perampokan bank. Dan pembahasan Greed is not good. Tamak itu tidak baik. Secara moral, filosof Yunani, Plato dan Aristoteles sudah menegaskan keburukan sifat tamak itu. 
6. Dunia pendidikan Islam, 
PT untuk Quantum Leap, lompatan yang jauh. 

Midle class society sdg bertumbuh. Middle class society inilah yang menyelamatkan Indonesia

Dengan perkembangan ekonomi syariah akan bisa menghidupkan tradisi akademik di dunia Islam yang sudah hampir dilupakan, Fiqih Mawaris. Furudl al muqaddarah. Ilmu Faraidh. Karena harta waris tidak ada lagi yang mau dibagi. 

Tidak ada komentar: