Gallery

Kamis, 12 November 2015

House of Karls

Di Sydney Airport, saya harus berkeliling mengitari suasana bandara. Pasalnya Qantas yang saya tumpangi delay selama 35 menit. Saya mencari toko buku yang kira- kira dapat menghilangkan kejenuhan menunggu penerbangan. Persis di samping gate 54 ada toko buku. Koleksinya lumayan. Saya mencari buku di sepanjang rak- rak yang tersedia. Ada koleksi terbaru. Ada juga koleksi buku- buku khusus diskon. Beli satu gratis satu. Ada juga rak khusus koran, majalah, dan informasi khusus lelaki dewasa. Untuk yang terakhir ini, raknya ada tulisan: men interest. Buku atau majalah yang menyiapkan informasi kebutuhan lelaki dewasa. Toko bukunya tertata rapi mirip periplus kalau di bandara cengkareng.
Saya langsung bertanya kepada sejumlah penjaga toko, apakah anda memiliki koleksi buku mengenai tema- tema agama? Mereka kebingungan. Mereka terkaget- kaget dengan pertanyaan saya. Dan memang, di sejumlah koleksinya tidak ditemukan buku khusus mengenai agama. Yang ada hanyalah buku- buku novel. Ada juga buku- buku Yoga, dan sejumlah buku Guide untuk traveling ke sejumlah negara di dunia, seperti Australia sendiri, Prancis, Bali, Kanada, dst. Buku biografi juga cukup banyak. Saya berputar lagi, dan sampai saya memastikan bahwa mereka memang tidak menjual buku- buku yang bertema religion dalam arti agama formal yang kita hayati.
Alhamdulillah, saya menemukan dua buku yang menarik. House of Karls. Buku ini menarik karena ditulis oleh seorang pakar yang mumpuni pada bidangnya. Ada banyak yang diuraikan penulisnya. Ada problem diet bagi masyarakat maju. Ada isu dan fakta perampokan bank di Eropah. Ada persoalan keserakahan. Greed is not good. Serakah itu tidak baik. Sejak zaman filosof Yunani kuna, Palto dan Arsitotels, keserakahan sudah dianggap melanggar moral dan etika. Secara keseluruhan buku ini mengkritik dinamika budaya demokrasi, politik dan ekonomi di barat. Bahwa tidak semua dari barat pastilah baik. Ada sisi-sisi "gelap" barat yang harus dikritik.

Tidak ada komentar: