Gallery

Selasa, 24 November 2015

Masa Depan Islam Indonesia

Realitas Global
Ektrimisme semakin menguat. ISIS semakin menjadi jadi. boko haram semakin membrutal. Menculik perempuan. Merampok dan memperkosa mereka. Nilai humanitas runtuh oleh aliran keras yang mengatasnamakan agama ini. Serangan Bom di tujuh tempat di Prancis menghentak dunia. Di negara eropah yang lebih savety ternyata ulah terorisme juga tak kalah dahsyatnya. Lebih 130 an orang meniggal. Serangan ini adalah menafikan kemanusiaan. Olah raga dan restoran adalah simbol kebahagiaan manusia. ISIS tidak lagi menyerang barat, tetapi memorak poranda nilai- nilai kemanusiaan. Seluruh dunia mengutuk ISIS. 
Dalam konteks keindonesiaan, ada sekitar 700 rakyat Indonesia yang telah terdeteksi ikut ISIS. Sebagiannya sudah kembali ke Indonesia. Pertanyaanya kemudian, apakah mereka telah melakukan pertobatan? Ataulah mereka tetap memegang teguh dan mengembangkan aliran keras ala ISIS? 
Graham Fuller menulis buku The World Without Islam. Apakah tatanan dunia tanpa Islam akan menjadi lebih baik. Dunia akan lebih damai, karena tanpa Islam kita tidak mengenal taliban, madrasah, jihad, mujahidin, mullah, fatwa, syariat Islam, dst. Temuan Fuller menunjukkan betapa Islam telah berjasa dalam mengantar barat melakukan renaisance dan pencerahan. Tanpa Islam, Barat tidak akan maju. Tanpa Islam, tidak akan terjadi Perang Salib. Perang Salib tidak sekedar perang biasa. tetapi karena perang berkepanjangan ini terjadi pertukaran budaya Islam yang luar biasa. Barat sudah mengenal "permandian". Barat sudah mengenal gula. Barat sudah mengenal huruf nol, dst. 
Karen Armstrong dalam buku terbarunya: Fields of Blood religion and the history of Violence, 2014, menulis ...that the true reasons for war and violence in our history had very little to do with religion.....
Human beings have always had a natural propensity for agression. Yet military violence  and social oppression actually emerged when the invention of agricalture created a society based upon the accummulation of wealth
Ternyata, perang atas nama agama pun bukan bersumber dari agama an sich, tetapi lebih pada kekuasaan militer dan hasrat untuk menguasai kekuasaan serta pemilikan tanah. Agama hanya "dibawa-bawa" untuk kepentingan penguasaan harta dan tanah serta untuk melanggengkan kekuasaan. 
Wa Allah a'lam.

Tidak ada komentar: