Gallery

Minggu, 30 Juni 2013

Janji

Janji adalah utang. al-wa'du dain-un. Demikian sabda Nabi shalla Allah 'alaih wa sallama. Menepati janji adalah ciri orang yang berintegritas tinggi. Seorang yang memiliki kepemimpinan kuat, kalau terlanjur menjanji seseorang, maka dia pasti akan menepatinya. Meskipun dengan biaya yang sangat mahal. Kisah-kisah seperti ini sudah banyak kita baca dari biografi tokoh-tokoh besar dunia. Sebaliknya,ingkar janji adalah ciri orang yang memiliki komitmen rendah. Dan pasti orang yang seperti ini akan kehilangan banyak kesempatan dan kawan sejati. Berhati-hatilah dalam memberi janji. Janji itu pasti akan dijadikan ukuran untuk komitmen dan integritas seseorang. Dalam al-Qur'an ada banyak ayat yang ditutup dengan kalimat: Inna Allah la yukhlif al-mi'ad: Sesungguhnya Allah tidak akan menyalahi janjinya. Dan pada ayat lainnya disebutkan kemuliaan orang-orang yang memegang teguh janji dan kesepakatan. Awfu bi al-'uqud. Pegang teguhlah komitmen dan kontrak yang telah disepakati. Semoga kita termasuk orang-orang yang memiliki komitmen tinggi untuk memenuhi janji. Bukan menebar janji-janji kosong terutama dalam pemilukada. Karena rakyat sudah cerdas dan akan menagih janji-janji yang tlah diucapkan para calon. Nabi shalla Allah 'alaih wa sallama selalu menggigit bibirnya kalau mau mengucapkan sesuatu. Betapa beliau sangat berhati-hati dalam berucap. Beliau menghindari "keterplesetan" dalam berkata-kata. Semoga kita dapat meneladani beliau. Amin.

Menyambut Ramadhan

Puasa Ramadhan sebentar lagi tiba. Kegiatan menyambut Ramadhan sudah menggema. Yang paling banyak kirim-kiriman sms kepada sanak family dan handai taulan sudah dilakukan. Ada banyak pesan yang disampaikannya. Tapi biasanya seputar permohonan maaf atas segala keasalahan selama setahun lampau. Ada juga yang memuat do'a, harapan agar mudah rezeki dan dipanjangkan umurnya. Ada juga yang memuat do'a agar kiranya senantiasa diberi kesehatan yang paripurna. Demikian seterusnya. Dalam rangka menyambut ramadhan biasnaya pula kita memaknai ramadhan, atau ibadah puasa dengan bulan "pertobatan". Bulan di mana semua kita "mengekang" dan mengendalikan hawa nafsu. Mulai dari nafsu makan sampai nafsu birahi. Ada lagi satu nafsu yang terkadang kita lalai. Yakni mengendalikan nafsu "belanja". Menurut pengakuan CEO Lotte Group bahwa latar belakang perusahaannya didirikan di Korea Selatan, dan sekarang sudah menduduki peringkat ke-empat dunia adalah untuk menyalurkan nafsu belanja terutama bangsa Indonesia. Nafsu belanja orang Indonesia menurut pengakuan CEO ini sangat tinggi dan sulit untuk dikendalikan. Ketika ke Hong Kong University, saya juga mendapat cerita dari kawan-kawan Indonesia di sana bahwa para isteri pejabat di Jakarta--Indonesia-- sangat senang berbelanja di Hong Kong. Padahal, saya lihat harga di sana disamping mahal, juga tidak bebas pajak. Berbeda dengan Lotte Group yang memiliki barang berkualitas tinggi dan bebas pajak. Saya heran, mengapa para pejabat atau isteri pejabat itu gemar belanja? Semestinyalah kita mengendalikan nafsu belanja itu. Semoga dengan bulan suci Ramadhan kita dapat mengekang nafsu kita dan nafsu belanja kita. Lebih baik kita bersedekah daripada membiarkan diri kita terjebak dalam kehidupan yang konsumeristik-hedonistik. Semoga kita mendapatkan keberkahan hidup berkat bulan suci Ramadhan. Amin. Wa Allah a'lam.

Jumat, 28 Juni 2013

Beres!

Era sekarang adalah masa teknologi dan revolusi infromasi. Di belahan dunia mana pun kita berada pasti bisa terkoneksi dengan siapa pun . Sehingga pekerjaan apa pun yang kita tekuni dapat kita eksekusi tanpa memandang jarak, lokus dan tempus di mana kita berada. Dengan revolusi infromasi, semua orang bisa "tersambungkan" dengan siapa pun. Dengan kemajuan teknologi informasi, berita apapun melesat dengan sangat cepat dan dapat menembus "bilik-bilik" istana. Sesungguhnya, siapa pun dapat bekerja di mana pun dengan cepat. Tidak ada lagi alasan karena yang bersangkutan sedang tidak berada di tempat. Atau yang bersangkutan lagi berada di luar negeri. Semua pekerjaan dapat diselesaikan dengan cepat dan tepat. Lokus dan tempus bukan lagi halangan. Semua bisa beres, beres, dan beres.

Selasa, 25 Juni 2013

Tepat Waktu

Selama mengikuti Summer Institut di Hong Kong University, tepat waktu adalah hal yang menonjol.Semua pihak sangat konsern terhadap waktu yang telah dijadwalkan. Bahkan terkesan kaku. Tidak ada fleksibilitas dalam pemnafaatan waktu. Sangat rigid. Waktu istirahat juga demikian. Waktu penjemputan juga demikian. Panitia, nara sumber, sopir bus juga sama ketatnya dalam pemanfaatan waktu. Hampir setiap waktu tidak ada yang sia-sia. Semua termanfaatkan sesuai dengan rencana. Orang Hong Kong di sepanjang jalan kelihatan semuanya serius dan fokus pada tujuan masing-masing. Kita tidak menemukan orang yang santai dan kongkow-kongkow. Semua berjalan cepat dan fokus. Pemandangan yang mirip-mirip di eropa dan barat. Masyarakat Hong Kong meskipun ramah tapi terkesan cuek. Untuk mencari alamat lebih baik kita mengandalkan peta atau GPS. Atau naik taksi saja kalau kebetulan tempat tujuan kebetulan jaraknya jauh. Budaya tepat waktu rupanya salah satu kunci kemajuan suatu bangsa. Waktu sangatlah berharga.Time is money. Waktu yang telah berlalu pastilah tidak akan berulang lagi. AL.Quran sudah mengingatkan kita dengan surah wa al.ashri. Allah Swt telah bersumpah dengan waktu ini. Waktu pagi (dengan surah wal-Dhuha'), waktu ashar (dengan surah al-'Ashr), waktu malam (dengan surah wa al-lail), dst. Ada juga sumpah "Demi matahari" (dengan surah wa al-syamsi), sumpah dengan "demi bulan"( demi bulan), dll. Demikian.

Catatan dari Summit

Ada banyak hal yang menarik selama kami mengikuti Summer Institut, antara lain: 1. Revolusi informasi berdampak luar biasa terhadap reformasi pembelajaran. Dari pembelajaran yang terpusat pada teacher menjadi pembelajaran yang berbasis IT. Seorang guru dan dosen hanya sebagai fasilitator. Dan kalau mereka kurang tanggap, mahasiswanya dapat meninggalkannya. Mereka membutuhkan perubahan, bukan seorang guru. Pembelajaran juga harus berbasis riset. Seorang guru terutama dosen harus mengajarkan sesuatu berdasarkan hasil riset yang dilakukannya. Dosen tidak boleh hanya mengandalkan pengetahuan 'common sense' kepada mahasiswanya. 2. Dunia sekarang sudah terkonek dengan dunia lain. World is flat, kata Thomas Friedman. Kita tidak hidup sendirian. Mahasiswa harus dari awal dibekali dengan sejumlah kompetensi dan kesadaran akan global citizenship. Bahwa kita hidup dan sadar akan komunitas dunia. Bahasa Inggeris merupakan keniscayaan untuk memamsuki persaingan global. Orang China termasuk sangat ekspansif dalam hal ini. Mereka membuat perkampungan China di mana-mana. China Town.Cirinya, mereka menyediakan berbagai makanan yang bercita rasa Asia, menjual sovenir dengan harga murah, dan kebutuhan lainnya yang lebih murah dari harga rata-rata. Dengan fenomena ini sesungguhnya bangsa China sedang menaklukan dunia. 3. Pentingnya rekruitmen global student. HKU science dan technology menargetkan 20% global studentnya dari total jumlah mahasiswa. Untuk mencapai ini mereka sangat serius dalam promosi untuk merekrut global student. Media komunikasi sosial seperti face book, para alumni, dan tesmoni para mahasiswanya yang telah mengalami nikmatnya kuliah di Hong Kong, semua dimanfaatkannya. Keuntungan global student ini yakni dengan sendirinya program ini mendukung internasionalisasi HKU. Para mahasiswa sjdah terbiasa dengan kehidupan multikultural. Mereka dengan sendirinya terbuka wawasannya dengan dunia lain. 4. Pengolaan keuangan kampus secara transparan.Mereka memiliki audit yang sangat ketat. Dipastikan tidak ada kebocoran anggaran atau korupsi di HKU. Kalau ada penarikan dana dari masyarakat,maka setiap dolarnya dipertanggungjawabkan kepada pihak donator. Hong Kong terkenalsebagai negara low crime rate termasuk korupsinya.

Berburu Buku di Hong Kong

Saya kesulitan mencari buku di Hong Kong. hal seperti ini berbeda dengan negara Canada, dll.Toko buku gampang ditemukan. Kita cukup mencari Mall atau pusat-pusat pertokoan, di sana ditemukan toko buku yang representatif. Tampaknya di Hong Kong berbeda. Saya tidak tahu, apakah karena mereka sudah memiliki Perpustakaan Nasional yang letaknya di Victoria Park, tengah kota yang sangat representatif itu. Atau karena universitas sudah menyiapkan buku-buku yang dibutuhkan masyarakatnya. Atau karena mereka mengandalkan digital library. Mereka secara pelan-pelan memulai paperless culture. Selama saya di Hong Kong, saya hanya sempat menemukan 4 toko buku. Yaitu, (a) Dymocks, (b) toko buku di HKU (Hong Kong University),(C) Toko buku didekat Traders Hotel tempat kami menginap, dan (d) satu lagi di stasiun kereta, namanya Relay. Di toko buku Relay ini saya membeli buku Islam in Hong Kong dan The Sacred Places. PADA Buku kedua ini menjelaskan sekitar 30 tempat di dunia ini yang dikategorikan sebagai tempat yang sakral. Ka'bah di Masjidil Haram,Mekkah dan Batu ratapan di Mesjid Aqsha termasuk di dalamnya. Saya hanya terus mengunjungi toko buku kecil tapi murah yang di dekat Traders. Saya puas belanja buku karena dengan harga miring sekitar 20 sampai 35 atau 45 dolar Hong Kong. hanya saja koleksinya terbatas. Koleksi yang banyak adalah buku-buku terjemahan bahasa China. Saya sama sekali tidak bisa membacanya. Dari koleksi buku yang dijual itu, saya melihat sangat sedikit yang menyentuh persoalan agama. Kalau pun ada hanya terkait pentingnya meditasi atau Yoga. Teknik Yoga diajarkan juga kepada anak-anak. Saya hanya mendapatkan satu buku tentang Islam, yang ditulis oleh Paul O'Connor, Islam in Hong Kong (2009). yang lainnya tentang bisnis, manajemen, leadership, filsafat, dll. Satu hal yang menarik, untuk kebutuhan internet, sangat memuaskan. Selama kegiatan di kampus HKU dan HKUST, begitu juga ketika kami sedang di hotel Traders, internet free. jadi, komunikasi dengan dunia luar dan kawan-kawan berjalan lancar. Semoga di Jakarta dan Indonesia segera dapat mencontoh Hong Kong. Agar kebutuhan informasi masyarakat dapat diwujudkan. Masyarakat cerdas, bangsa akan maju. Perekonomian akan maju. Pendidikan akan maju. Bangsa kita akan dihormati dan bermartabat. Buku memang menjadi penting. Kebutuhan akan informasi sangatlah mendesak. Demikian. Wa Allah a'lam.

Senin, 24 Juni 2013

Revolusi Pembelajaran

Dr Jamil Salmi memang seroang speaker yang memukau. Kata kawan-kawan yang telah mengikuti presentasi beliau, memang ceramahnya meskipun ada yang berulang tapi tetap menarik untuk disimak. Mulai dari isu yang dikembangkannya sampai pilihan joke dan gambar-gambar pada slide makalahnya. Selalu ada kebaruan dan tetap memukau. Dr Jamil membahas masa depan pendidikan tinggi. Pokok bahasannya dihubungkan dengan perubahan teknologi informasi yang demikian cepatnya. Penguasaan dan pemanfataan teknologi dalam proses pembelajaran adalah suatu kemestian. Informasi menyebar demikian cepatnya. Di dunia medis demikian pula halnya. Bahkan robot akan menggantikan posisi dokter yang sesungguhnya. Sekarang sudah era paper less culture. Penggunaan kertas sudah berkurang atau tidak sama sekali. Face booker society. Masyarakat pengguna face book. Semua informasi biasanya sudah ramai dibicarakan di face book. Demikian pula twitter. Seseorang lebih senang "berkicau" di Twitter. Bahkan ujian mahasiswa sudah bisa lewat internet. Kurikulum berubah dalam dua tahun. E-lab dan e-library sudah hal yang sangat biasa. Sekarang mahasiswanya pun sudah "new student". Mahasiswa di era baru. Tidak seperti mahasiswa dulu. Datang duduk, dan siap menerima materi pelajaran atau kuliah dari seorang dosen. Sekarang, dosen tak lebih sebagai "fasilitator". Sebab, informasi sudah demikian masifnya. Apa yang akan disampaikan oleh seorang dosen di kelas, mungkin sudah diketahui oleh para mahasiswanya. pendidikan di masa depan, sangat boleh jadi dalam hal pendanaan tidak lagi sepenuhnya bergantung pada kucuran dana pemerintah. Ada banyak donatur yang siap menginvestasikan dana untuk kepentingan pendidikan dan dunia usaha. lalu, pertanyaannya kemudian, apakah pendidikan tinggi sudah siap dengan situasi ini? Perkembangan ilmu pengetahuan dan penyebarannya juga sudah demikian cepat dan massif. tercatat sudah 1,5 juta artikel mengenai sain dan teknologi. How can we update our knowledge? Learning for life. Knowledge for safety, tandas Dr Jamil. Dalam pembelajaran,kita membutuhkan new pedagogical approaches. Demikian. Wa Allah a'lam.

Minggu, 23 Juni 2013

Sisi Lain Hong Kong

Kemarin kami berkunjung ke Victoria Park. Ada pemandangan yang sangat menyolok. Saya merasa seperti di Indonesia. Di sepanjang jalan, ada ratusan dan mungkin mendekati seribuan orang lesehan. Dan dari facenya dan bahasa yang digunakan, mereka adalah orang Indonesia. Stylenya sudah sangat Hong Kong. Mereka berkelompok sekitar 4 sampai lima orang. Mereka menjajakan makanan, dan sejumlah barang-barang souvenir. Gayanya sangat mencolok. Ada yang berambut pirang. Bercelana pendek. Mereka rata-rata sangat modis. Semuanya memegang hand phone. Kelihatannya mahal-mahal pula. Makanan yang dijajakan juga bermacam-macam. Ada nasi goreng. Ada bakso. Ada kerupuk. Pokoknya, Victoria Park layaknya pasar kaget kalau di Indonesia. Ada informasi, bahwa mereka juga sudah sangat "terbaratkan". Kehidupan keseharian mereka sudah seperti orang barat. Ada yang menjalani kehidupannya sebagai lesbi atau guy. Mereka sedang mengalami the culture shock, meminjam istilah alvin Toffler. Kekagetan budaya. Sebab, ketika di kampung, mereka tidak mempunyai pekerjaan tetap. Gaji juga tidak punya. Tiba-tiba di HOng Kong mereka mendapatkan pekerjaan dengan gaji rata-rata lima jutaan per-bulan. uang yang mereka dapatkan dipakai untuk tujuan yang tidak seharusnya. Tentu ada banyak juga yang sadar bahwa mereka ke Hong Kong untuk mencari nafkah. Karena itu, mereka memahami bahwa mereka lagi beribadah.Mencari nafkah adalah sesuatu yang sangat dianjurkan dan sangat mulia. Ada juga tenaga kerja Indonesia yang membentuk organisasi keagamaan dan sering mengundang dan mengongkosi ustaz dari Indonesia. Mereka ini biasanya memanfaatkan hari liburnya untuk berkunjung ke Islamic center Hong Kong. Organisasi mereka dijadikannya sebagai media untuk saling bertukar pikiran dan "berbagi" informasi. Menurut data tahun 2009, oleh Paul O'Connor, Islam in Hong Kong, Muslims and Everyday Life in China's World City, 2012, ada sekitar 148 ribu orang Indonesia di Hong Kong. Kalau ditambah dengan komunitas muslim lainnya dari Pakistan, dan orang China sendiri, populasi muslim di Hong Kong sekitar 220 ribu. Ada 3% dari total penduduk Hong Kong yang tujuh juta jiwa itu. Saya kira sudah harus dipikirkan untuk melakukan pembinaan rohani dan mental spiritual bagi komunitas muslim di Hong Kong. Jumlah 220 ribu jiwa itu bukanlah jumlah yang sedikit. Sebab, mendengar Hong Kong, orang tidak akan berpikir bahwa di sana ada komunitas muslim yang aktif mewarnai Hong Kong. Hong Kong selama ini hanyalah dipersepsi sebagai kota bisnis. Ditambah lagi dengan Macau yang hanya dikenal sebagai pulau kasino. Bahkan ada cerita bahwa ada beberapa kasus di mana TKW dari Indonesia berhasil "memengaruhi" majikannya untuk menganut Islam. Anak-anak yang mereka "asuh" setiap harinya, konon juga diajari shalawat nabi. meskipun si anak balita tersebut tidak paham akan maksud dan tujuannya. Saya kira para TKW itu perlu mendapatkan pembinaan secara intens, dan pemahaman keagamaan yang benar. Demikian. Wa Allah a'lam.

Sabtu, 22 Juni 2013

Ceramah di Wanchai, Hong Kong

Seorang kawan di Hong Kong mengajak saya untuk menyampaikan ceramah agama bagi buruh imigran. Saya sedikit kebingunan mengenai tema yang pas bagi mereka. Sebab, kultur dan budaya Hong Kong sangat berbeda dengan kita. Di sini, kelihatannya orang individualistik. Sewaktu di Macau, untuk minta tolong memotret saja kita kesulitan. Orang pada memikirkan diri sendiri. jarang orang mau memikirkan orang lain. lagi pula, di Hong Kong ada ungkapan bahwa "uang" itu yang sangat "didewakan". Bahkan ada majalah yang saya baca, hubungan orang tua dan anak juga sangat ditentukan berapa uang yang dapat dipersiapkan orang tua untuk biaya pendidikan anak-anak mereka. Suskes orang tua sepertinya sangat ditentukan oleh uang. Hal seperti ini sangat berbeda dengan budaya kita. seorang anak tetap saja sangat hormat kepada orang tua meskipun sang orang tua hidup pas-pasan atau miskin. Ada doktrin bisa kualat sama orang tua. Memang ada plus-minusnya. Orang Hong Kong hampir semuanya pekerja keras. Kita jarang melihat orang nongkrong, dan tidak bekerja. Sehingga dapat memacu produktifitas kerja dan tentu akan menghasilkan uang. Sebaliknya, pada bangsa kita, seseorang bisa saja kurang bertanggung jawab secara finansial kepada anak-anak mereka. Sehingga karena kemiskinan, seseorang menyekolahkan putra-putrinya di sekolah ala kadarnya. Hal ini tentu tidak akan memutus rantai kemiskinan keluarga tersebut. apalagi baru 2 tahun belakangan ini pemerintah menyiapkan beasiswa miskin berprestasi. Ada juga beasiswa bidikmisi yang masih tersendat-sendat pencairannya. Betapa negara belum bisa memberikan pelayanan pendidikan kepada rakyatnya. karena kesulitan mencari tema ceramah yang pas untuk orang Hong Kong, maka saya memutuskan untuk membahas Islam rahmatan li al-'alamin. Sambil saya mempelajari situasi di Masjid Wanchai. Islam harus dipahami secara luas. Tidak kaku agar dapat bersentuhan dengan budaya setempat. Seperti pandangan Imam Syafi'i,r.a. Ketika beliau pindah ke Mesir beliau menulis kitab al-Umm yang memuat pandangan dan ijtihad baru beliau. Biasa juga dikenal dengan istilah: qawl al-jadid, pendapat baru. Sementara pandangan-pandangan beliau yang lama sewaktu masih berdomisili di Baghdad, beliau merevisinya. Dikenal dengan istilah: qawl qadim, pendapat yang lama. Sebagai contoh, batalnya wudhu' orang yang sudah lanjut usia. Sewaktu Imam syafi'i di Baghdad beliau berpendapat bahwa tidak batal wudhu' apabila bersentuhan dengan orang tua yang sudah uzur. Ternyata, ketika beliau di Mesir, beliau menemukan orang tua yang masih "berpelukan" dengan pasangannya yang juga sudah tua. Maka Imam syafi'i belantunkan sya'ir yang kira-kira maknanya: ...ternyata botol tua masih juga bisa "dipungut" kembali. Dari sini Imam Syafi'i merevisi pandangannya bahwa orang tua yang sudah uzur pun dan masih memiliki "keinginan" kepada lawan jenisnya juga membatalkan wudhu. Demikian seterusnya. Di Hong Kong, karena perbedaan budaya, jika tidak berhati-hati dan memahami Islam secara kaffah tentu akan "berbenturan". Padahal, Islam itu shalih li kull zaman wa makan. Islam itu cocok dengan semua tempat dan waktu. Ada fleksibilitas dalam ajaran Islam. Ada kemashlahatan dalam ajaran Islam. Ada fiqih aqalliyat, fiqih bagi kaum minoritas. Bagaimana ber-Tuhan di negara yang belum "menempatkan" Tuhan pada posisi yang benar. Di Hong Kong, dalam memilih makanan harus berhati-hati. Dalam melaksanakan shalat di tempat-tempat umum tentu jangan sampai terlalu menyolok. Karena rata-rata tempat keramaian tidak menyiapkan "pray room", kecuali seperti bandaranya. Dalam memilih kawan juga tidak gampang. Dalam mencari pekerjaan, juga tidak mudah. Tentu harus memiliki kiat-kiat khusus agar hidup ini menjadi enak dan nyaman. Jangan sampai kita melihat dunia serba gelap. karena perbedaan budaya dan agama yang dianut. Kalau paham keagamaan yang tidak rahmatan li al-'alamin diterapkan di sini, tentu seseorang akan kesulitan. Dan sangat boleh jadi seseorang bisa kesulitan bergerak. Terkungkung. Karena begitu mata memandang, di mana-mana terlihat kebanyakan orang memakai pakaian yang serba minim. Apalagi pada musim summer seperti sekarang ini. masih beruntung di Hong Kong, masih berbeda dengan eropa. Kalau eropa sudah sangat menyolok. Seseorang bisa saja berpelukan dan seterusnya dengan pasangannya tanpa mempedulikan orang-orang di sekitarnya. Seakan-akan hanya mereka berdualah di bumi ini. Kalau di Hong Kong, mungkin budaya Asianya masih kental. Tidak terlalu eropalah. Orang masih nengok-nengok dan masih "malu-malulah". lalu, bagaimana seharusnya kita "ber-Islam" di negara yang bukan mayoritas muslim? di sinilah tantangannya. Harus memahami fleksibilitas Islam tanpa menghilangkan substansinya. Selalu melihat manfaat dan mashlahatnya. Selalu meminta perlindungan dan bimbingan dari Tuhan Yang Maha Kuasa agar diberi petunjuk dan dihindarkan dari kemudharatan. Demikian. Wa Allah a'lam.

Macau City

Macau adalah pulau di China yang terkenal eksotik dan pusat kasino terbesar. Para turis berjubel setiap harinya untuk berkunjung ke sana. kami dari Hong Kong juga berminat ke sana. kami naik ferry membayar tiket one way seharga 172 dolar Hong Kong. kami sengaja tidak mengambil tiket return agar waktunya fleksibel dan tidak tergesa-gesa. kami penasaran saja dengan kota Macau itu, seperti apa bangunannya, penataan kotanya, masyarakatnya, makanannya, dst. Kami berangkat jam 11:15. Di pelabuhan Hong Kong, kami tidak lama menunggu. langsung naik ferry. Sebelumnya ada loket pemeriksaan passport. Tidak terlalu "menegangkan". Biasa saja. Tidak seperti suasana pemeriksaan passport kalau kita kebetulan berkunjung ke eropa. Pemeriksaan passportnya terkesan menyeramkan. Petugas imigrasi gede-gede, dan berwajah sangar. Mereka jarang tersenyum. Padahal, para turis datang berkunjung pasti mereka sudah mengeluarkan uang dan tenaga untuk mendapatkan passport dan sampai ke negara tujuan. terlebih lagi kalau mereka sudah sampai di sana, pastilah mereka belanja, menyewa kamar di hotel atau penginapan. Tapi mengapa ya mereka sangat rasial. seakan-akan ras merekalah yang paling utama, yang lainnya dianggap "setengah" manusia. Kembali ke Macau tadi. Kami naik ferry dalam suasana tenang. Naik tertib dan tidak berebutan tempat. sebab, sebelum naik, kami sudah mendapatkan kode kursi masing-masing. Begitu naik ferry kami tinggal mencari dan mencocokkan nomor kursi sesuai dengan yang tertera pada tiket masing-masing. Satu jam kemudian kami pun tiba di Macau. Ketika tiba di macau, kami bertujuh naik taksi. karena taksinya tidak muat, maka kami menyewa dua taksi. Karena rombongan kami hanya satu orang yang mengerti tentang Macau, maka kami berharap agar sopir taksinya mengikuti taksi di depannya. Lucunya, begitu kami naik taksi, kami bercakap dengan sopir taksi agar membawa kami ke Sintra Hotel. Ternyata sopir taksinya tidak tahu berbahasa Inggeris. Tidak tahu membaca tulisan latin. Rupanya rata-rata sopir taksi Macau hanya paham bahasa lokal dan tulisan China. Karena khawatir kebablasan,kami memutuskan untuk minta berhenti di hotel yang dilewati taksi tersebut. kami turun dan bertanya kepada petugas hotel. kami foto-foto dulu karena kebetulan di tempat itu ada banyak obyek yang menarik untuk diabadikan. Tidak lama kemudian, kami sudah sampai ke tujuan. kami turun, dan mencari makan siang. Alhamdulillah, kami naik ke lantai 8. Kami pun bertemu dengan rombongan. Kami mencari tempat dan memesan menu yang disukai. Saya memesan ikan dan nasi untuk meyakinkan diri kami sendiri bahwa makanan yang dipesan adalah "halal food". Setelah menikmati santap siang, kami jalan kaki untuk mencari tempat bersejarah dan eksotik, seperti gereja St Paul. Sebelumnya kami singgah belanja untuk "ole-ole" ke Indonesia. suasana sangat ramai. Para turis mancanegara dan lokal sibuk bergaya dan berpose. Sebagai catatan, karena di Macau lagi summer, rata-rata pengunjung berpakaian sangat minim. Sekedar menutupi bagian tubuh yang "terlarang". Kalau tidak kuat, iman bisa goyang. Setelah kami puas mengelilingi dan berfoto secukupnya, kami pun beranjak ke tempat lainnya. Pusat kasino. Kami mencarter taksi untuk tujuh orang, dengan sewa 300 dolar Hong Kong. di Pusat Kasino, bangunannya sangat elok. Ada ribuan orang sedang bermain judi dengan meja bundar yang juga ratusan jumlahnya. Mereka memang menikmati hidup. bangunan yang dibuatnya pun seakan-akan melambangkan bahwa kehidupan di dunia ini adalah abadi. Atap bangunannya pun menyerupai "langit biru". Jadi, kita seakan-akan berada di alam bebas, padahal itu atap bangunan. Demikian seterusnya. Menjelang maghrib kami menyeruput teh, sebagian yang lainnya minum Ice cream. Sekitar satu jam kemudian kami bergegas pulang ke Hong Kong. alhamdulilah, kami tiba di Hong Kong dengan selamat. Sebelum berangkat, pada pagi harinya, kami sempat berdiskusi mengenai ramalan cuaca. Sebagian kawan memutuskan untuk tidak berangkat karena khawatir ombak dan cuaca yang tidak bersahabat. Namanya juga ramalan, ternyata tidak terjadi sebagaimana ramalan cuaca di TV dan koran South China Mornig Post. Kami turun dari ferry, dan tetap melewati loket pemeriksaan. Setelah itu, kami langsung mencari taksi menuju hotel Traders tempat kami menginap. Di tengah jalan, sopir kami diberhentikan oleh pak polisi. Rupanya sedang ada pemeriksaan. Jendela tempat saya duduk--saya duduk di depan-- diketuk-ketuk sang polisi karena saya tidak memakai sabuk pengaman. Polisi yang satunya menyodorkan alat kepada sopir agar meniupnya dengan kencang. Mungkin alat tersebut untuk mendeteksi apakah ada kandungan alkohol di mulut sang sopir. Biasanya kalau malam-malam begini, mereka biasa minum alkohol. Memang sopir di Hong Kong rata-rata senang balapan di jalan. Cara membawa mobilnyapun kurang halus. Kalau tidak terbiasa, penumpang bisa mabuk. Tidak lama kemudian, kami sampai di hotel. Kami bayar 26 dolar Hong Kong. Asyik ya!

Jumat, 21 Juni 2013

Budaya Kerja

Perbedaan antara negara kaya dengan negara miskin adalah budaya kerja. Semua negara maju pastilah rakyatnya memiliki budaya kerja keras. Dari kerja keras mereka itu yang menghasilkan produktifitas tinggi. Mulai dari cara jalannya, manajemen waktunya, dan jenis pekerjaannya. Semua sudah tertata dan terjadwal rapi. apa yang mau dikerjakan tahun ini dan tahun depan. Semua telah direncanakan dengan baik. Saya melihat di Hong Kong penduduknya rata-rata memiliki budaya kerja keras. Mereka juga ramah terhadap tamu. Menghargai orang lain, tapi tetap sangat percaya diri dengan budaya mereka sendiri. Hong Kong memiliki teknologi dari barat, tapi dalam hal budaya, mereka tetap seorang China. China telah memiliki sejarah dan legacy yang sudah ribuan tahun. Barat dan China seakan sudah menyatu di Hong Kong. Mereka maju karena dapat menghargai budaya dan teknologi barat (eropa), dan pada saat yang sama mereka juga tetap berpijak dan berdiri pada kekayaan budaya China. Dalam hal hubungan kemanusiaan, sosial, dan pengobatan masih juga "menghargai" pengobatan ala China. Untuk sukses, kerja keras, dan produktifitas adalah kuncinya. Demikian seterusnya.

Revolusi IT

What are our students expectations? Have less "respect" for the teacher, more willing to challenge. Demikian sepenggalan kalimat dari Prof. Nicholls, HKU. Berkat revolusi IT, informasi sangat cepat beredar. Kejadian di suatu daerah terpencil, dalam waktu yang sangat singkat dapat diketahui di belahan dunia lainnya. Globalisasi. Hampir tidak ada infromasi yang dapat ditutup-tutupi sekarang. Dulu, guru, Kyai sangat dihormati karena merekalah satu-satunya sumber informasi. Sekarang, zaman sudah berubah. Google dan media sosial lainnya sudah menyiapkan lebih dari 70% infromasi yang dibutuhkan manusia. Dalam hitungan detik, informasi apa pun yang kita butuhkan, dapat dijelaskan oleh Google. Dengan demikian, para pendidik, guru, Kyai, dosen harus mengerti perubahan ini. Materi, metode pembelajaran harus diubah. Kita seharusnya menekakan pada penttingnya critical analysis. Bagaimana menganalisis "tumpukan" atau bahkan "sampah" informasi itu. Demikian pula dengan orang tua. Perlu perubahan pola komunikasi dalam mendidik putra-puteri kita. Hampir semua anak usia muda sudah memegang hand phone. Itu berarti, aspek finansial dalam keluarga harus diperhatikan. Seorang orang tua tidak bisa lagi mengandalkan konsep "birr al-walidain", berbakti kepada kedua orang tua untuk menakut-nakuti anaknya agar mereka dihormati. Zaman sudah berubah. Seorang anak remaja sudah demikian "gaul". Mereka sudah sangat terkonek dengan seusianya dari selruh belahan dunia. Anak-anak juga semakin cepat dewasa. Bagaimana menanamkan nilai-nilai kebaikan di tengah revolusi teknologi informasi yang demikian ini? jangan-jangan suatu waktu, anak-anak kita hanya menghormati orang tuanya karena kebetulan merekalah yang melahirkannya. Anak-anak hormat kepada orang tua karena "numpang" lewat lahir ke dunia fana ini. Gawat! Demikian pula dalam hal kepemimpinan. Seorang top manajer yang kurang menguasai informasi mengenai bidangnya pasti kehilangan kontrol dan kekuasaan.The end of leardership,kata Barbara. Kita harus berpikir keras untuk "memenangkan" pertarungan di era digital ini. akankah kehidupan ini akan lebih baik dengan semua ini? Atau sebaliknya. Kita harus optimis. Ini adalah sunnatullah. Daripada menentang arus, lebih baik mengalir bersamanya.Wa Allah a'lam.

A Legacy of Excellence

There is no higher duty that a society can perform for future generations than to ensure a heritage of achievement in the pursuit of knowledge. it is fitting that those who excel in that pursuit are honoured for their contributions. Each gift comes with a story And a dream This confluence of academic ambition and selfless generosity Will build a better tomorrow. Catatan dari The Sixth Inauguration of endowed Professorship, April 20, 2012. Hong Kong University. Di dalamnya ditampilkan pretasi spektakuler para dosen HKU, baik kiprah mereka di tingkat regional maupun kontribusi pemikiran mereka di tingkat dunia. Majalah ini diterbitkan terbatas, dan memuat catatan singkat para professor HKU. Juga di dalamnya dicatat buku-buku terbaru yang telah diterbitkan masing-masing professor sesuai dengan bidang keahlian yang ditekuninya. Suatu contoh yang sangat baik bagi perkembangan keilmuan di Indonesia. Kebangaan seorang dosen atau professor adalah ketika mereka mengukir prestasi akademik. Bukan ketika mereka menduduki jabatan strategis dan politis. Tradisi di HKU tentu berbeda dengan sebagian kecil di perguruan tinggi kita. Di mana seseorang dieluk-elukkan sebagai akademisi yang sukses ketika mereka meraih jabatan dalam satu instansi. Bukan ketika seorang dosen atau professor menemukan temuan-temuan baru. Pendidikan kita sudah dis-orientasi? Seorang professor harus meninggalkan "warisan" ilmu. A Legacy of Excellence. Demikian. Wa Allah a'lam.

Kamis, 20 Juni 2013

Hong Kong University ST

kami berkesempatan untuk mengunjungi Hong Kong University of Science and Technology. kami diterima oleh salah seorang wakil rektornya. HKUST ini cukup fenomenal. Sebab, sebagai universitas yang masih muda sudah meraih prestasi nomor wahid di dunia. Letaknya sangat eksotik, di pinggir laut dan diapit oleh pemandnagan gunung juga. Di Indonesia, saya teringat lokasi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri al-Fattah Jayapura yang juga dibangun di atas gunung persis berhadapan dengan Danau Sentani. Viewnya sangat bagus. Saya ingin berbagi mengenai filosopi HKUST sesuai dengan pengakuan berbagai pakar, entrepreneur dan politisi sukses. 1. To make HKUST a world-class university, we must continuosly push forward to deliver excellence in education for our students, exellence in research and innovation, and exellence in our contribution to society ( Dr The Hon Marvin Cheung, Chairman of the Council, HKUST). 2. HKUST's vision and enthuasm have made a great impression on me (Prof Stephen Hawking, University of Cambridge). 3. What I treasure most is the learning-to-learn mindset which helped me develop the critical thinking skills that are invaluable as a legislative Councilor ( The Hon Starry Lee, Alumna, Hong Kong Legislative Councilor). 4. The University is young, energetic and growing fast. I cannot be more impressed by HKUST's overall accomplishments given its relatively short history (Liu Sing-cheong, Hong Kong, MBA). 5. This young university continues its contribution to the development of Hong Kong and the region, and to building a gateway to China and the world ( Dr Vincent Lo, Chairman, Shui on Holdings Limited). Ada banyak pujian untuk prestasi HKUST. Bagi mereka yang memiliki kemampuan dan visi ke depan, sebaiknya kuliah di sini. Tentu dengan dukungan finansial ayng memadai. Sebab, dilihat dari fasilitas HKUST, sudah terbayang kuliah di sini tidak murah. Mungkinkah pemerintah Indonesia dapat mengalokasikan budget untuk beasiswa mahasiswa Indonesia? Semoga saja. Demikiian. Wa Allah a'lam.

Hong Kong Lagi!

Hong Kong adalah kota yang penuh pesona. Hong Kong terkenal kota yang tertata rapi, sangat rendah kriminal, sorga bagi para tenaga kerja rumah tangga terutama dari Indonesia. Saya kaget mendapat informasi dari seorang professor HKU ( Hong Kong University) bahwa kota Hong Kong dihuni paling banyak adalah etnis China. Nomor dua dari Indonesia, dan nomor tiga Philipina. Oleh seorang teman, lokal staff KBRI Hong Kong menyebutkan angka 150 ribu jumlah orang Indonesia yang bekerja di Hong Kong. Hong Kong layaknya Jakarta saja.Kalau kebetulan kita nyasar, dengan sangat gampang mencari orang Indonesia tempat bertanya alamat yang dicari. Ada banyak kisah tenaga kerja Indonesia. Antara lain: seseorang mengalami kesulitan di tempat kerja dalam melaksanakan ibadah shalat. Toko tempat bekerja kebetulan tidak luas. Ada banyak pembeli yang lalu-lalang. Pemilik toko keberatan dengan si pekerja karena yang bersangkutan menghabiskan atau membuang-buang waktu lima kali sehari semalam untuk shalat. Bayangkan, katanya berapa waktu yang anda habiskan percuma dalam sehari.Kan, saya yang rugi. Memang orang Hong Kong sangat disiplin, dan sangat "mendewakan" uang. uang adalah segalanya. Uang di atas segalanya. Kalau lagi makan, juga sangat "perhitungan'. Makan secukupnya saja. Tidak berlebihan. Ada lagi tenaga kerja Indonesia yang kesulitan karena harus mencuci atau membersihkan dan mengiris-iris (ma'af) daging babi tempat ia bekerja. Dalam ajaran agama yang dipahaminya, setiap ia selesai mengerjakan tugasnya, ia harus menyiapkan waktu tersendiri untuk mensucikan diri. Dengan cara membasuh tujuh kali bagian yang terkena daging babi, lalu salah satunya harus dengan tanah. tanah digantinya dengan pasir. Sehingga saluran air si majikan "mampet". Ada lagi yang agak cerdas, tanah diganti dengan bebatuan kecil. Jadi setiap kali selesai melaksanakan tugas yang kebetulan memasak daging babi, maka ia menggosok tangannya dengan bebatuan tadi. Ada juga yang melaksanakan shalat di kamar mandi agar tidak terlihat oleh sang majikan. Belum lagi tenaga kerja yang kebetulan bertugas untuk memelihara anjing. Terkadang, tempat tidur dan makanan anjing lebih baik ketimbang di tenaga kerja. Tentu pemandangan seperti ini sangat tidak mengenakkan. Semua cerita ini sesungguhnya masih perlu diklarifikasi. Ada juga yang kesulitan beribadah karena sang majikan menganggap sangat mengganggu mukena yang berwarna putih. Disangkanya "pocong". Seseorang yang sedang berdo'a, dianggapnya sedang membaca mantera. Tenaga kerja harus memahami budaya orang Hong Kong yang beretnis China itu. Ada warna-warna tertentu yang dianggap warna untuk berkabung, seperti warna biru. Demikian seterusnya. Apakah cerita-cerita ini betul sebagai fakta atau hanya cerita dari mulut ke mulut. Masih diperlukan penelitian yang mendalam dan mereka sesungguhnya membutuhkan "Fiqih Buruh". Agar mereka nyaman dan selamat di tempat kerja dan tetap aman dalam beribadah. Apakah boleh seorang tenaga kerja "menjamak" shalatnya? Apakah benar, untuk mensucikan anggota badan yang terkena najis "mughallazah" cukup dengan bebatuan? Atau ada sabun cuci "thaharah" yang memiliki kandungan pembersih sama dengan tanah? Apakah para tenaga kerja ini sudah bisa masuk pada kategori "darurat"?. Dalam kaidah ushul fiqhi: al-Dharurat tubih al-mahdhurat. Karena dalam keadaan darurat, maka hal-hal yang terlarang dapat dikerjakan. Karena Hong Kong terkenal sebagai negara "low crime rate", negara yang sangat rendah tingkat kriminalitasnya, maka Hong Kong tetap menjadi pilihan tempat bekerja. Kalau kebetulan seseorang terserempet masalah hukum, menurut informasi kawan yang sudah 20 tahun berdomisili di Hong Kong, pemerintah Hong Kong tetap memperlakukan sama di hadapan hukum. Hal ini sangat kontras dengan Arab Saudi, hal mana hukum mereka "merendahkan" posisi ajnabiyah, penduduk luar dengan pribumi. Sehingga, kalau ada tenaga kerja yang bermasalah secara hukum, maka pengadilan Arab Saudi akan "mati-matian" membela dan memenangkan warganya. Demikian. Wa Allah a'lam.

Selasa, 18 Juni 2013

Daya Tarik Hong Kong

Semalam, kami mengunjungi Madame Thussaud..... Museum Lilin. Saya tidak sempat masuk karena saya menduga dan berdasarkan cerita kawan-kawan sama saja di tempat-tempat lain di eropah. Saya hanya melihat dan melewati ruang Madame tersebut. Di bagian luar ada patung Michael jackson, si raja rock. Ada banyak pengunjung yang berfoto dan meniru gaya Jacko. Pengunjungnya sangat ramai. Rupanya tempat ini sudah ada sejak tahun 1888. Kita naik train. Sekitar 95 sampai 100 orang setiap sekali angkut. Orang berdesak-desakan. Kebanyakan orang Hong Kong. Orang Bule juga banyak. Sesekali ketemu dengan orang Malaysia. Mereka biasanya membawa rombongan keluarganya. kami naik taksi ke sana. Sekitar 15 sampai 20 menit kami tiba di lokasi. Pengunjungnya berjubel. Antrian membeli tiket. suasana tetap tenang. Semua pengunjung mematuhi rambu-rambu pembatas yang ada. Tidak ada yang melanggar. Semua tenang saja. Sesekali ada jeritan suara balita. Setelah sampai di bangunan yang dituju, di atas gunung, tampaklah pemandangan kota Hong Kong dan kelap-kelip lampunya. Sesekali orang yang duduk di samping berdeck kagum. Bangunan di Hong Kong tinggi menjulang dengan pantainya. Diapit oleh pegunungan. Sinar matahari senja masih menyinari kota Hong Kong. Betapa indahnya. Saya lalu berpikir, hebatnya si pembuat branding tempat ini. Daya tariknya luar biasa dahsyat. Orang rele antri berjam-jam hanya untuk menikmati matahari senja. Suasana kota Hong Kong di sore hari. Padahal, sekilas biasa-biasa saja. Mungkin bagi orang Hong Kong yang sangat padat, dan penduduknya tinggal di apartemen yang serba minimalis, suasana yang demikian itu dapat melepaskan kepenatan dan kelelahan dalam bekerja. Di puncak bangunan, juga ada Peark Love. Di sana muda-mudi meletakkan tulisan "Love". Ada juga yang berpose sambil "mendekatkan" kedua bibirnya. Ada yang berpfoto sendirian saja, tapi sambil menirukan gambar "love". setelah itu, ia menyimpan kalimat-kalimat kenangan di tempat itu. Sekitar jam 8.30 kami balik ke hotel Traders di Queen's Road West. Sekitar 15 menit kami tiba di hotel, langsung ke KFC. kami memesan makanan. Dibungkus dan dibawa ke hotel.

Senin, 17 Juni 2013

Hong Kong 1

Payah. capek. itulah kesan pertama mengikuti summer institute di Hong Kong University. Hal mana, peserta duduku mulai pagi jam 9 sampai pukul 21. malam. Rehat hanya untuk lunch dan coffee break. Lunchnya di tempat yang jauh sehingga banyak peserta yang tersesat di jallan termasuk saya. Model bangunan HKU yang berbukit bukit karena mereka membangun mengikuti kontur tanah. Bangunan kampusnya artistik. Kita bertanya ke sana kemari. Naik turun. Lapar dan sangat lelah. Ada peserta yang sudah senior ngos ngosan mendaki. Ada lagi peserta wanita yang kebetulan memakai sepatu hak tinggi dan pasti menambah kepayahannya. Peserta yang kebetulan mengingap di kampus tentu tidak mengalami ini. Hanya saja mereka terkurung di kampus tanpa akses keluar kecuali kalau mereka naik taksi. Itupun harus naik turun bukit dulu baru mereka dapat menemukan taksi di luar. Saya tidak pernah berpikir, bagaimana program bertaraf internasional memilikifasilitas yang sangat minim. Saya membayangkan kalau Diktis lagi hajatan ACis, annual conference of Islamic Studies. Halmana panitia sangat memperhatikan hospitality. Panitia biasanya sangat disibukkan untuk penjemputan tamu. Panitia justeru luput dari substansi dan perdebatan akademik di forum. Panitia ditugasi untuk menjemput pejabat A dan B. Nara sumber A dan B. panitia bahkan terkadang kena marah hanya karena terlambat beberapa menit jadwal penjemlutan. TERLALU. Untuk Acis perlu reformulasi. Yang terpenting adalah jauh jauh hari sebelum acara dimulai, para peserta, tamu,undangan. dan nara sumber diberi tahu hak hak dan kewajibannya.Demikian juga dengan para pejabat. Pejabat eselon mana yang harus dan disiapkan jemputan. Jadwal jemputan. Jenis kendaraan yang akan menjemput. Nomor hand phone sopirnya. Jenis makanan dan menu selama kegiatan berlangsung. Kembali ke HKU tadi. Sewaktu break pada sore hari kita hanya berkumpul di suatu ruang sempit dan seorang atau dua orang pelayan. Karena keterbatasan ruang, peserta summer pada bercakap cakap. Ruangan terasa sangat ramai. Ada juga dua, tiga orang yang memilih keluar ruangan untuk menikmati matahari sore dan udara yang terasa hangat juga. Saya membayangkan betapa kayanya Indonesia. Di sini, kita hanya disuguhi keripik kentan. Diletakan di mangkuk kecil. Para peserta mungkin karena kelaparan mencicipinya sambil menyeruput kopi secangkir teh susu. Biasanya kita kalau ada acara nasional apalagi berskala interrnasional pasti panitia menyiapkan aneka kuliner dan berbagai macam kue khas. Kita patut bersyukur dengan kekayaan hayati Indonesia. Indonesia sangat kaya.

Minggu, 16 Juni 2013

Hong Kong University

Hari pertama kami menerima materi peranan perguruan tinggi dalam mengubah dunia. Ada dua professor yang menyampaikan pandangannya. Prof Philib Altbach, Boston University, USA. Beliau alumni Chicago university. Dan Prof. Cheng King, dari Hong Kong University. Banyak hal menarik. antara lain: sekarang ini telah terjadi revolusi dalam dunia pendidikan. Kita harus memahami trend trend global. Perguruan tinggi harus berfungsi mengubah masyarkt. Jika demikian halnya, maka masyarakat dan pemerintah akan berani menanamkan investasi untuk perguruan tinggi. Hal ini terutama sangat penting untuk perguruan tinggi yang dikelola masyarakat. Jika publik percaya, maka perguruan tinggi akan mudah mendapatkan dana.

Hong Kong

Hari ini.saya berkesempatan berkunjung ke Hong Kong untuk mengikuti program SIHE.Ada 15 orang peserta. Hong Kong menarik karena masyarakatnya yang terkenal hidup disiplin. Taat hukum. Dan pemerintahnya menjauhkan diri dari korupsi. Ada banyak hal yang menarik,antara lain masyarakat Hong Kong jarang sekali terjadi mriminal. Setiap sudut kota rasanya aman untuk bepergian. Di samping itu, mereka juga ramah dan sopan. Mereka sangat memelihara keasrian gunungnya. Berbeda dengan hobby kita di tanah air yang senang mengguduli hutan. Hong Kong sangat teratur. Bersih. Dan tertata. Masyarakatnya tidak seenaknya membangun rumah mewah. Rumah di sini sepertinya hanya untuk istirahat saja. Berbeda dengan Jakarta, rumah tempat istirahat dan banyak orang yang membangun istana. Wi fi di kampus dandi hotel juga free. Ini menunjukkan betapa pemerintah memberikan akses informasi yang luar biasa kepada masyarakatnya. Tentu ini menjadi daya tarik tersendiri. Kebutuhan akan informasi sudah menjadi prioritas pemerintah.Sudah dapat dibayangkan bahwa masyarakat Hong Kong pada cerdas.

Senin, 10 Juni 2013

Nikah

Nikah adalah semacam kontrak sosial. Karena kontrak sosial, maka sewaktu waktu kalau antara suami isteri sudah tidak memiliki kecocokan, maka kontrak sosial dapat ditinjau kembali. Hal ini saya terkejut, ketika Prof. Ugud menyampaikan pendapatnya dalam diskusi ringan padasuatu waktu di Jakarta. Saya menyela, bahwa darimana Prof Ugud mendapatkan landasan argumen yangseperti itu. Beliau menjelaskan bahwa sewaktu kuliah di Harvard University, AS, tempat kuliahnya ini menyiapkan informasi yang melimpah terkait Islam. Di sana ada banyak literatur yang menyatakan bahwa nikah itu semacam kontrak sosial. al.nikah huwa al.'aqdu. Nikah itu adalah aqad. Meskipun demikian, dalam ayat al.Quran yang menyebutkan bahwa nikah itu adalah mithaqan ghalizhan. Nikah adalah ikatan suci yang sangat erat. Penggunaan phrase mithaqan ghalizhan, biasanya al.Quran menggunakannya untuk wahyu yang diturunkan kepada Nabi Musa a.s. Pemahaman bahwa nikah itu adalah aqad,kontrak sosial dapat berdampak pada memudarnya sakralitas sebuah pernikahan. Padahal, nikah itu juga mengandung sakralitas yang harus dijunjung tingggi. Tapi dampak positifnya

Minggu, 02 Juni 2013

Madura

Identitas Madura yang unik. Madura dikenal dengan humornya, keteguhannya dalam beragama. Kepatuhannya kepada seorang Kyai atau tokoh panutannya. Madura dikenal dengan tukang cukurnya. Madura juga dikenal celuritnya. Carok adalah perjuangan membela harga diri. Bahkan ada yang memaknai bahwa carok adalah peristiwa balas dendam. Ada juga kesan bahwa Madura memiliki ramuan-ramuan keperkasaan. Ada jamu Madura, dan tongkat Madura. Semuanya dimaksudkan untuk memelihara dan melanggengkan keharmonisan dalam keluarga. Madura bukanlah Jawa. Madura adalah suku tersendiri. Madura identik dengan keluguN dan keterusterangan yang berbeda dengan Jawa yang bisa menyembunyikan isi hatinya. Mencari Madura, karya Prof Wiyata. Orang Madura menulis tentang Madura. Ia guru besar antropologi. Beliau sering menulis Madura sebagai orang dalam. Kritis. Dan meluruskan. pandangan streoretip tentang Madura selama ini. Seperti Carok. Sesungguhnya Carok tidak semu orang Madura menyetujuinya. Ada juga yang sudah berpikir bahwa carok bertentangan dengN hak hak asasi manusia. Buku Prof Wiyata ini menarik untuk dikaji.