Gallery

Rabu, 30 Agustus 2017

Daya Tarik Thailand

Wisata Thailand termasuk maju di kawan Asia Tenggara. Ada beberapa faktor mengapa Thailand menjadi destinasi wisata dunia. 1. Paket wisatanya murah-murah. 2. Ada banyak festival. 3. warganya terkenal ramah. 4. Ada subsidi yang signifikan dari pemerintah. 5. Bebas pajak, sehingga harga-harga murah. Duty free termasuk belanja di Mall-mall dan bandara sekali pun. 6. Akses seks juga muda dan murah. Meskipun faktor yang satu ini tidak selamanya menjadi daya tarik utama bagi Thailand. 7. Dalam penjara ada banyak remisi. Setiap hari ulang tahun raja dan keluarganya ada remisi. Dan mereka cenderung mendeportasi warga asing yang dipenjara. Sehingga negaranya berkurang. Orang Indonesia, konon hanya tinggal 3 orang yang dipenjara di Thailand. Mereka ini pernah merampok. Bahasa Thai sangat sulit dipelajari. HA o bisa bermakna sembilan, ayam, nasi, dan banci. makna-makna tersebut tergantung intonasi ketika mengucapkannya.

Mr. Lee Myung-bak

Lee Myung- bak: Tukang Sampah menjadi Presiden Sekilas latar belakang Lee Myung-bak. Lee Myung-bak lahir di Osaka, Jepang, 19 Desember 1946. Lee terlahir sebagai orang miskin. Lee lahir pada masa perang Korea berkecamuk. Lee terlahir dari kehidupan yang sangat miskin. But through intellegende and self- determination, he excelled in school, putting himself through college hauling garbage six times a day to pay for tuition. Lee adalah presiden Korea Selatan sejak 25 Februari 2008 hingga 25 Februari 2013. Sebelum menjadi presiden, ia pernah menjabat CEO Hyundai Engineering and Construction dan wali kota Seoul. Dari istri bernama Kim Yoon-ok, Lee memperoleh tiga anak perempuan dan satu anak laki-laki. Kakak tertuanya bernama Lee Sang-deuk, seorang politikus Korea Selatan. Lee adalah seorang penganut Gereja Presbiterian Somang. Ia lulus dari Universitas Korea dan mendapat gelar kehormatan dari Universitas Paris Diderot pada 31 Mei 2011. Lee dikenang sebagai presiden yang berhasil mengubah pendekatan pemerintah Korea Selatan terhadap Korea Utara, memilih strategi garis keras untuk menghadapi provokasi dari Utara, sambil menyokong dialog regional dengan Rusia, RRC, dan Jepang. Di bawah pemerintahan Lee, Korea Selatan meningkatkan visibilitas dan pengaruhnya di arena global, dan terpilih sebagai tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi G-20 Seoul 2010. Ia adalah anggota Partai Besar Nasional (Grand National Party). Sebagai walikota Seoul, ia dikenal dengan kebijakan-kebijakan kontroversialnya seperti restorasi Cheonggyecheon. Ia mengakhiri masa jabatan lima tahunnya sebagai presiden pada 25 Februari 2013 untuk kemudian digantikan oleh Park Geun-hye.( kutipan utuh dari Wikipedia). Kunci sukses Lee, baik sebagai direktur utama CEO Hyundai pada umur 35 tahun maupun sebagai presiden Korea Selatan adalah six strategies, a. Efficiency b. Brand name c. Sustainable growth, kesinambungan. d. Marketing, pemasaran e. Balance development, pembangunan yang seimbang. f. Coordination. Pada diri Lee terjadi kombinasi yang sangat apik dan utuh seorang entrepreneur dengan seorang birokrat sejati. Hidup bersih dan bermartabat. Lee bisa mengubah masyarakat Korea Selatan dari miskin menjadi makmur. Lee memiliki nyali dan berani meninggalkan komunisme dan menggantikannya dengan kapitalisme. Kebangkrutan Korea Utara karena tetap mengikuti nasehat Michael Gorbachev. Bahwa komunisme adalah jalan keluar terbaik menuju negara makmur. Dan tesis Gorbachev ternyata keliru. Sampai hari ini Korea Utara tetap saja negara miskin sementara Korsel tetangganya sudah sangat maju. Ada dua buku biograpi Lee Myung-bak yang sangat menarik untuk dibaca, sebagai berikut: 1. The Uncharted Path: The Autobiography of Lee Myung-Bak, 2012. 2. Making Hyundai, Remaking Seoul: From CEO to South Korea's President, 2010. Ada hal menarik yang ditulis pada cover dalam bukunya yakni penghormatan yang demikian tinggi kepada jasa seorang ibu. Dan pernyataan cinta suci kepada sang isteri. Untuk ibuku, yang mengajariku untuk gigih, Melayani, mencintai dan berharap. Untuk isteriku, Yoon-ok, Ratuku yang tercantik Untuk semua yang tak terlupakan. Selanjutnya, dalam buku tersebut, Lee memaparkan secara jujur kiat- kiat dan nasehat suksesnya, antara lain: 1. Kalau menerima telpon dengan suara lantang dan bersemangat. Selaiknya seorang eksekutif harus mengangkat telpon kapan pun. Bahkan pada larut malam pun, Lee akan mengangkat telpon dengan bersemangat. Setelah itu, bekiau menutup dan mematikan hand phone. Sehingga orang terkadang mengira beliau tidak pernah tidur. Lee terkenal dengan pekerja keras dan handal. 2. Kunci sukses dalam manajemen adalah mempekerjakan pakar, inovasi dan memiliki visi yang futuristik. 3. Banyak menulis memo agar tidak lupa. 4. Siapa pun bisa menjadi pekerja keras, tapi yang lebih penting menjadi pekerja cerdas. 5. Dalam bisnis dan diplomasi, kita harus mengejar peluang sekecil apa pun. Enam strategi Lee yang membawanya sukses dalam memimpin Hyundai menjadi perusahaan raksasa yang berkembang pesat dalam bidang pertambangan minyak bumi, gas, batubara, dan tentu industri mobil. Lee juga mengubah haluan Kota Seoul menjadi lebih maju. Lee membawa Korea Selatan ke kancah dunia internasional sebagai negara maju dan berdemokrasi. Bekerja keras Bekerja cerdas Dan selalu bersyukur Motto hidupnya. Dan semua kunci suksesnya diramu dari kegetiran hidup

Senin, 28 Agustus 2017

Selamat Datang: Mahasiswa Baru

Setiap saya berhadapan dengan mahasiwa, saya selalu teringat puisi Taufik Ismail. Puisi tersebut ditulis pada era reformasi Indonesia,tahun 1998. Puisi tersebut berjudul: Takut. Mahasiwa takut kepada dosen Dosen takut kepada Ketua Jurusan Ketua Jurusan Takut kepada Dekan Dekan takut kepada Rektor Rektor takut kepada Dirjen Dirjen takut kepada Menteri Menteri takut kepada Presiden Dan Presiden takut kepada mahasiwa. Masa-masa indah di sekolah menengah atas adalah masa-masa penuh kenangan. Masa kuliah adalah masa perjuangan. Setiap lulusan SMA mendambakan menjadi seorang mahasiswa. Mahasiswa biasa diidentikkan dengan sosok yang memiliki idealisme tinggi. Merekalah pendobrak kemapanan. Mahasiswa aktifis. Mahasiswa yang peduli dengan gerakan keadilan sosial. K. Bertens menulis panduan kecil agar mahasiswa sukses dalam menjalani kuliah. Mulai perkenalan kampus. Kiat-kiat dan strategi menempuh perkuliahan. Manajemen waktu. Makna dan hakikat mahasiswa, yang asal katanya dari bahasa Yunani bermakna kerja keras, tekun, dan ulet. Seorang mahasiswa harus memahami dan mengerti makna student. Dalam menjalani perkuliahan, mahasiswa harus belajar mandiri, dan tidak sekedar mengandalkan dosennya. Dosen memberi kuliah tentu tidak utuh. Kuliah itu ibarat memukulkan paku pada sebatang kayu. Kuliah itu seperti tukang kayu. Pukulan selanjutnya, kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya dilakukan mahasiswa sendiri. Itulah sebabnya, sehingga mahasiswa dianjurkan untuk memanfaatkan sumber-sumber belajar seperti perpustakaan, digital library, wifi di kampus, informasi senior, dan sebagainya. Mahasiswa yang tekun, ulet, menjaga kesehatan, mengikuti kuliah dengan baik, bersosialisasi dengan lingkungan kampusnya, memanfaatkan perpustakaan, pastilah akan meraih sukses dalam menempuh perkuliahan. Andre Wongso dalam sebuah Koran menulis dalam bentuk kisah. Syahdan, seorang tua kaya bertemu dengan anak muda berbadan tegap. Kekar. Kuat. Perkasa. Sayang seribu sayang, meskipun berbadan kekar, ia hidup miskin. Pak Tua menyapanya, hei anak muda tampan dan kaya. Anak muda itu, tersinggung. Sebab, pada faktanya, ia adalah pemuda miskin. Mengapa pak tua menyapa diriku sebagai anak muda kaya. Padahal saya ini orang miskin, protesnya. Pak Tua, maukan kamu menjual kupingmu seratus keping emas? Tidak, jawabnya tegas. Maukah kamu menjual tanganmu seratus keping emas? Tidak. Maukah kamu menjual kakimu seharga seratus keping emas? Tidak, jawabnya lagi. Demikian seterusnya. Pak Tua berkata, ternyata Anda ini anak muda kaya. Hernando De Soto dalam risetnya menemukan bahwa ternyata negara- negara miskin itu merasa miskin karena tidak pernah secara tepat menghitung aset- aset yang dimilikinya. Aset yang dimaksud adalah rumah, tanah meskipun tanah kosong, dirinya sendiri, dst. Kita ini, orang Indonesia, sesungguhnya sangat kaya dengan sumber daya alam yang melimpah. Tetapi mengapa hidup kita tidak makmur? Tidak sejahtera? Karena tidak memiliki skill yang cukup mengelola alam raya ini. Hamparan savana, pantai yang indah, gunung- gunung, aneka flora dan fauna, dst adalah kekayan alam yang tiada duanya di dunia ini. Kita harus belajar dari negara tetangga Singapura. Negara kecil mungil yang hanya memiliki daratan yang sempit, pasir pun dari Kepri. Singapura juga tidak memiliki sumber air bersih yang cukup. Dulu, Singapura pada masa Thomas Raffles hanyalah daerah rawa- rawa yang rawan sarang nyamuk Malaria. Tetapi karena Lee Kwan Yew sebagai perdana menteri yang kuat, futuristik, kini Singapura yang kecil itu sangat menentukan perekonomian dunia. Why? Karena orang- orang Singapura memiliki skillfull. Sumber daya manusianya handal. Mereka menegakkan aturan secara ketat. Masyarakatnya tertata. Meskipun biaya hidup mahal. Anehnya, para pejabat lebih senang berobat ke Singapura meskipun rumah sakit di Indonesia sudah demikian canggihnya. Konon, untuk menjaga gengsi dan prestise sosial. Isteri-isteri pejabat juga sering dan doyan belanja dan membuang uang ke Singapura. Kita juga sejatinya belajar dengan kebijakan Raja Salman di Saudi Arabiyah. Saudi sangat terkenal dengan raja minyak. Tetapi, sumber daya mineral minyak pastilah terbatas. Sekarang ini, Raja Salman mewajibkan anak- anak muda arab untuk bekerja pada sektor- sektor riil termasuk menjadi pramusaji di restoran. Mereka tidak boleh hanya mengandalkan bantuan dari negara. Kita tidak bisa membayangkan, kalau wisata spiritual haji dan umrah berhenti beberapa tahun, Arab Saudi pastilah menjadi negara gagal secara ekonomi. Devisa negara Saudi Arabiyah triliyunan rupiah itu adalah akumulasi dari biaya haji umat Islam dari seluruh dunia. Indonesia pada setiap tahunnya mengirim jamaah haji sekitar 200 an ribu jamaah. Kalau dihitung dengan jumlah jamaah umrah mendekati angka satu juta jamaah setiap tahunnya. Angka yang pantastik. Orang Indonesia juga gemar membuang uang ke Mekkah Medinah dengan alasan penyucian spiritual. Belum lagi paket umrah pada bulan suci ramadhan. Bagi orang kaya baru, harga mahal unuk biaya umrah ini tidaklah menjadi soal. 1. Untuk menyongsong MEA, kita harus secara sungguh-sungguh menerapkan kurikulum berbasis entrepreneur apun prodinya. Berdasarkan penelitian Robert Kiyosaki, yang dituangkan dalam bukunya dengan judul: Why A students work for C Student. And B students work for the governance. Anak-anak pintar bekerja kepada anak-anak yang biasa-biasa saja. Anak-anak yang memilki IQ middle pada akhirnya bekerja sebagai PNS, di kantor-kantor pemerintah. Karena mereka tidak mempelajari uang. 2. Sekarang, kita sedang menggagas SKPI (Surat Keterangan Pendamping Ijazah). SKPI biasa juga disebut sebagai Diploma Supplement. Dalam SKPI akan tergambar profil lulusan PTKI. Kemampaun dan skill yang mereka miliki harus terdeskripsi dengan baik. Kompetensi lulusan, distingsi dan spesifikasinya harus dipastikan dari sekarang. Seorang pimpinan perguruan tinggi tidak lagi sekedar mewisuda dan memberikan selembar ijazah dan transkripsi nilai. Tetapi, perguruan tinggi terutama bagian akademik harus melampirkan SKPI tadi yang memuat track-record akademik mahasiswa. Dengan demikian, lulusan kita dapat berkompetisi dan bersaing. Kalau perlu, mereka dipersiapkan untuk menjadi petarung. 3. Pimpinan Perguruan Tinggi harus membentuk Student Career Centre. Pusat pengembangan karier mahasiswa dan dosen. Mahasiswa yang mudah mengeluh, dan frustasi perlu mengalami bimbingan, konseling, motivasi agar mereka kuat menghadapi tantangan. Ada bibliotherapy, yaitu memberi therapy kepada seseorang dengan film motivator, cerita, testimoni tokoh-tokoh inspiratif. Film-film Nick, yang tanpa tangan dan kaki. Tetapi ia terus berjuang untuk hidup dan menaklukkannya. Dan ia sukses dan bahkan memiliki isteri yang sangat cantik. Life is choice. Hidup adalah pilihan. Kaya adalah pilihan. Miskin adalah pilihan. Sakit pun adalah pilihan. Arahnya pada pengembangan external control psikology menjadi internal control psikology. Agar setiap mahasiswa responsibility. Tanggung jawab. Mahasiswa tidak mudah menyalahkan orang lain. Ada sebuah tamsil. Pada zaman dahulu, tersebutlah seorang kaya di kota Baghdad. Si kaya mau mengadakan traveling keluar kota yang jauh. Si kaya memaggil tiga pembantunya. Saudara-saudara besok pagi saya mau mengadakan perjalanan jauh selama satu tahun. Bahwa ke mana saya pergi, itu cukuplah saya yang tahu. Saya ingin membekali kalian seratus dinar. Seratus dinar kepada si A, B, dan C. Singkat cerita, satu tahun kemudian, si kaya kembali ke istananya. Dikumpulkannya ketiga pembantunya itu. Pembantu A, kau apakan uang seratus dinar itu. Karena uang itu harus dihemat, maka uang itu saya tanam. Uang itu masih utuh. Kalau tuan mau melihatnya, saya bisa menggali tanah tempat saya menanam uang tersebut. Pembantu B, uang itu you apakan. Uang itu bagi saya hanyalah untuk bersenang- senang. Jadi saya pakai uang tersebut untuk berfoya- foya. Barangkali juga sudah untuk main perempuan. Pembantu C, uang itu saya investasikan. Uang itu untuk investasi dunia dan akhirat. Uang itu sudah berkembang. Saya investasikan kepada masyarakat banyak. Demikian pula ilmu. Ilmu jangan dipendam sendiri. Ilmu bukan untuk prestise sosial. Tetapi untuk investasi dunia dan akhirat. Agar ilmu itu berkah. Agar masyarakat merasakan kemaslahatan dan keberkahannya. Jalaluddin Rumi pernah berkata: Ketika Anda wafat, jangan cari pusaramu di bumi. Tetapi carilah pusaramu di hati umat manusia. Bruce Nussbaum dalam buku: Creative Intelligence menyebutkab bahwa: To be successfull, one can't just be good, one must also be a creator, a maker, and doer. Untuk menjadi sukses, seseorang tidak cukup mengandalkan menjadi orang baik saja. Seseorang harus menjadi pencipta (kreatif), pembuat (inovasi), dan sebagai pelaku (pelaksana). Tanamlah pohon. Pupuklah. Kelak di kemudian hari menjadi pohon yang rindan. Tempat orang banyak berteduh. Buahnya banyak. Dan mashlahat bagi orang banyak.

Kamis, 24 Agustus 2017

Catatan Umrah-1

Saya beruntung manunaikan ibadah umrah memakai Garuda Airlines yang berpenumpang hanya 20 orang. Sebuah perjalanan yang menarik. Sebab lebih banyak pramugarinya daripada penumpangnya. Menu makanan yang disajikan juga lumayan enak. Dan terkadang disodori menu yang berlebih. Penumpang terasa sangat dimanjakan. Sebuah perjalanan yang mengasyikkan. Check true Jakarta langsung ke Jeddah. Hanya menempuh 9.25 menit. Lebih cepat dari jadwal semula. Barangkali karena cuaca lagi bersahabat. Sepanjang perjalanan, hampir kita tidak merasakan goncangan yang mengguncang. Setiba di bandara Jeddah, masalah mulai muncul. Paspor mas Fikri tidak cocok dengan data sidik jarinya sekarang. Mungkin karena Fikri sewaktu mengurus paspor pertama kalinya masih umur sekolah dasar. Sehingga muka dan sidik jarinya berbeda. Atau mengalami perkembangan. Saya berulang kali berpindah tempat pemeriksaan imigrasi. Tiga kali bolak-balik. Masalah kedua muncul lagi, karena bagasi ternyata di terminal haji. Sedang kami didrop di terminal satu. Kami terpaksa mondar - mandir menanyai petugas bagasi. Ada banyak orang yang kami temui. Akhirnya, diberi surat untuk mencari bagasi kami yang dua potong itu. Dua koper besar. Akhirnya ada informasi dari sebelah bahwa koper betul di terminal haji dan umrah. Saya diberi hand phone petugas untuk meyakinkan saya bahwa bagasi telah diambil teman dari KBRI. Pak Badrus namanya. Alhamdulillah, kami disuruh menunggu di luar bandara, pas di pintu keluar terminal satu, Jeddah. Kami diantar pak Badrus ke wisma al- Andalus, Jeddah. Perjalanan sekitar 30 menit dari bandara Jeddah. Kami diberi kamar untuk istirahat sejenak. Wisma tersebut kebetulan tidak berpenghuni. Mereka pada sibuk mengantar rombongan pak Menteri Agama ke Mekkah dan Medinah. kami istirahat, dan shalat Ashar dan dzuhur sekaligus. Kami menikmati super Mie yang semula sudah dipersiapkan di Jakarta. Kami baring sejenak. Kemudian, kawan di Wisma menyarankan agar kami langsung mengambil Umrah dari Jeddah saja. kami pun mengikuti saran mereka. Kami mandi sebagai tanda bersuci untuk menunaikan umrah. Shalat sunnah, dst. Kami pun meluncur ke kota suci Mekkah. Perjalanan lancar sambil menikmati kisah-kisah sang sopir yang sudah lama muqim di Saudi Arabiyah. Ada kisah pemerintahan Raja Salman yang memiliki kebijakan agar warganya ulet bekerja. Merka tidak boleh lagi mengandalkan sumber daya minyak yang terbatas itu. Mereka harus memiliki keterampilan kerja. Itulah sebabnya, sekarang ini di restoran dan pramusaji kita sudah sering menemukan anak muda Arab yang giat bekerja. Pemandangan seperti ini tidak ditemukan pada tahun-tahun sebelumnya. Kami menempuh perjalanan sekitar 2 jam-an. Kami diceritakan sejumlah tempat yang dipasangi CCTV. Kalau ada mobil yang ngebut pasti terekam kamera CCTV. Dan tentu akan berdampak pada mahalnya pajak mobil mereka. Persis waktu maghrib, kami tiba di Mekkah al-Mukarramah. Hati berdebar, dan air mata tak terasa membasahi pipi. Rindu kepada Baitullah berkecamuk. Kelap-kelip lampu di pelataran Masjidil Haram menambah syahdu dan rindu Mekkah. Kami mencari seorang kawan yang mengurus kamar di Hotel Zam-Zam Tower. Dia seorang Madura yang polos dan jujur. Saya terpaksa menderek koper besar di tengah jamaah maghrib. Saya berjalan saja tanpa peduli jamaah sepanjang jalan. Ah tidak ada juga yang mengenal saya, bisikku dalam hati. Tidak lama kemudian, terdengar suara dering handphone, Bapak Zain posisi di mana? Saya di dekat Kantor Bank,.....jawabku. Soalnya, orang Madura ini sama sekali tidak saya kenal. Demikian pula sebaliknya. Berselang beberapa menit kami bertemu. Koper besar langsung diambilnya, dan kami berjalan cepat menuju hotel Zam-zam Tower yang hanya beberapa meter dari pelataran Masjidil Haram, mekkah. Subhanallah, Maha Suci Dikau Tuhan. Alangkah bahagianya hati ini bisa menginap di hotel mewah dan terdekat dengan Rumah-Mu, ka'bah. Saya teringat pada tahun 2010,ketika melaksanakan umrah dengan isteri saya, Asriaty. kami berdoa di pelataran Masjidil haram, bahwa suatu waktu kami akan menginap di Zam-zam Tower. Enam tahun kemudian, Allah Swt mengabulkan doá kami. Alhamdulillah!

Nonton Film

Apa beda film- film produksi Hollywood dengan film sinetron kita? Ternyata bedanya cukup menyolok. Biasanya film- film barat itu lebih faktual dan filosofis. Film- filmnya lebih aktual dan memotret tema- tema krusial kemanusiaan. Filmnya seakan- akan nyata dalam kehidupan. Tentu hal ini, berbeda dengan sinetron yang kita tonton setiap harinya. Film kita biasanya berkait kelindan dengan persoalan pedukunan. Mungkin karena orang Indonesia masih memercayai takhayul dan hal-hal ghaib. Saya termasuk orang yang gemar menonton film-film terutama Hollywood. Sebab, sambil belajar bahasa Inggeris juga senang mengutip filosofi hidup yang biasa terselip dalam percakapan dalam film tersebut. Ada beberapa kata-kata bijak yang bisa saya kutipkan kata Film King & Maxwell, sebagai berikut: a. Perubahan itu pasti bagus, karena kita dapat menemukan sesuatu yang tersembunyi. b. Terkadang untuk menemukan kebenaran, kita harus berbohong sedikit saja. c. Untuk menemukan kebenaran, kita harus mundur ke belakang. Sebagai refleksi, saya sarankan agar menonton beberapa film yang cukup inspiratifberikut ini: 1. In the Heart of the Sea Pada musim dingin tahun 1820, kapal penangkap ikan paus asal New England diserang seekor hiu raksasa. Hiu tersebut mendendam layaknya manusia. Hiu tersebut ditemukan di Samudra Pasifik yang dalam. Sampai akhirnya awak kapal tersebut terdampar di sebuah pulau bebatuan yang gersang. Hidup mereka terlunta-lunta dan sangat mengenaskan. Mereka tidak memiliki makanan dan air bersih untuk diminum. Mereka hanya menunggu kapal lewat. 2. the Sea of Trees. Lautan hutan (Fuji), Jepang. a. Hidupmu hanya satu. Jagalah! b. Selalu ada jawaban dalam ilmu. c. Hutan Fuji, Jepang dikenal sebagai perpect places to die. Hutan ini adalah tempat penyucian jiwa. d. Bunga tumbuh( di bebatuan) sebagai tanda arwah sudah menyeberang. 3. The Light between the Oceans Sepasang suami isteri hidup di sekitar pantai Janus, Australia. Isterinya mengalami keguguran. Belakangan, keduanya menemukan bayi di atas perahu dengan ayah yang sudah meninggal. Bayi perempuan tersebut (Lucy Grace) dipeliharanya, sampai usia Sekolah Dasar. Tetapi isterinya tidak melaporkannya kepada polisi. Belakangan ketahuan bahwa anak tersebut bukanlah puterinya. Akhirnya, dalam sebuah acara di gereja, mereka bertemua dengan ibu kandung Lucy Grace. Akhirnya secara hukum Lucy Grace jatuh ke pangkuan ibu kandungnya. Sang suami mengaku sebagai penginisiatif memungut bayi tanpa melaporkannya kepada pihak kepolisian. Akhirnya, ia masuk penjara. Sang isteri hidup kesepian dan merana di rumahnya. Berselang kemudian, setelah sang suami keluar penjara, sang isteri jatuh sakit. Dan tidak lama kemudian, ia meninggal. Sang suami hidup sebagai duda sampai masa senjanya. Suatu waktu, Lucy Grace datang bertamu dan membawa puetra si mata wayangnya untuk menghibur ayah angkatnya itu. Inilah kisah pilu sepasang suami-isteri yang sangat merindukan momongan.

Sekilas Marshall Hodgson

Hodgson saya kenal ketika membaca karya-karya Prof Nurcholish Madjid dan belakangan Prof Mulyadi Kartanagara. Karya The Venture of Islam dan Rethinking World History lebih saya kenal, ketika saya belajar Sejarah Dunia dibawa bimbingan Prof Joko Suryo, professor Sejarah Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Marshall Goodwin Simms Hodgson (lahir 11 April 1922 – wafat 10 June 1968)adalah seorang jenius dalam bidang kajian Sejarah Islam dan dunia pada the University of Chicago. Dia adalah Ketua the interdisciplinary Committee on Social Thought di Chicago. Dia juga praktisi Quaker, Kristen yang anti perang. Karya monumentalnya dalam jiga jilid The Venture of Islam: Conscience and History in a World Civilization, belum terbit semasa beliau hidup. Edmund Burke III bertindak sebagai editor dalam penerbitan karya Hodgson tersebut. Dalam The Venture of Islam, Hodgson memosisikan Islam sebagai sumber spiritual dan visi moral sama dengan agama-agama besar dunia lainnya. Hodgson juga memperkenalkan terminology baru Islamdom (sama dengan Christendom), Islamic dan Islamicate. Islamic adalah yang terkait dengan religiusitas, sedang fenomena Islamicate adalah sesuatu yang dominan dipengaruhi oleh kultur di mana umat muslim berkembang. Contoh yang disebut Hodgson adalah puisi anggur. Itu adalah Islamicate, dan bukan Islamic.(Most importantly, he distinguished between Islamic (religious) and Islamicate phenomena, which were the products of regions in which Muslims were culturally dominant, but were not, properly speaking religious. For example, wine poetry was certainly Islamicate, but not Islamic). Hodgson juga meletakkan ulang lokus geografis Islam, dia menggeser perhatian dari fokus eksklusif Islam Arab menjadi studi agama yang lebih luas dengan memasukkan "dunia Persia" sebagai salah satu lokus kajian. Ada dua orientalis yang sangat memengaruhi pemikiran Hodgson, yakni Louis Massignon dan John Woolman. Hodgson juga sangat dekat dan bahkan se-almamater dengan Gustave E.von Grunebaum penulis dan editor buku populer, Ùnity and Variety in Muslim Civilization, The University of Chicago Press,1955.Hodgson menulis disertasi tentang pemikir Syiáh Iran dengan judul: A Dissident Community in Medieval Islam: A General History of the Nizari Ismaílis in The Alamut Period, 1951, di Universitas Chicago. Karya ini kemudian direvisi dan terbit pada tahun 1955 dengan judul:The Order of Assassins: The Struggle of the Early Nizari Ismaílis against the Islamic World. Hodgson adalah pemikir yang berambisi besar dalam mewujudkan karya monumentalnya. Menurut pengakuan murid dan orang-orang dekatnya, beliau memiliki banyak catatan tentang proyek penelitian yang sedang dikerjakannya. Beliau juga biasa merevisi berkali-kali chapter buku yang akan diterbitkannya. Kerja keras, ketekunan, dan kontinuitas dalam proyek ilmiyah adalah ciri yang melekat pada diri Hodgson. Ada catatan menarik mengenai kehidupan keluarganya. Beliau dikarunia putera-puteri yang meninggal pada usia belia. Beliau memiliki kehidupan keluarga yang tidak bahagia. Bahkan beliau wafat ketika sedang joging di Universitas Chicago. Dia wafat sendirian tanpa didampingi oleh orang-orang terkasih. Kisah hidupnya berakhir tragis tidak secemerlang karier intelektualnya. Beliau pun wafat pada umur yang masih produktif, 46/47 tahun. Marshall Goodwin Simms Hodgson telah tiada, tetapi karyanya tetap hidup. Benarlah kata Dust Muhammad, pelukis Persia abad ke-16--sebagaimana dikutip oleh Lydia Kiesling--: ....verily our works point us/ so gaze after us at our work. Sungguh karya-karya kita itulah nilai dan harga diri kita. Kemudian, sepeninggal kita, karya-karya kitalah yang dilihat orang. Manusia hidup sangatlah singkat. Kita meninggalkan keluarga dan handai taulan dalam keadaan sedih. Sementara energi kreatif tetap saja berjalan.

Selasa, 08 Agustus 2017

Hambatan Penelitian

Saya ingin berbagi Ringkasan Seminar Riset PTKI PPIM Jakarta. Narasumber kegiatan tersebut ada beberapa pakar, antara lain Dr Inayah dan Fuad Jabali, Ph.D. "Kasihlah dana penelitian yang banyak kepada dosen. Agar mereka dapat mengembangkan imajinasi". (Prof Azyumardi Azra). Dr Inayah, Universitas Indonesia Kebanyakan dosen terlatih untuk mengajar. Tetapi tidak terlatih untuk meneliti. Sehingga Terdapat 90% penelitian tentang Indonesia tidak dijalankan oleh akademisi Indonesia. Indonesia tertinggal jauh dalam hal publikasi ilmiyah untuk kajian sosial dan humaniora dibandingkan dengan negara- negara seperti Bangladesh, Kenya dan Nigeria. Negara- negara tersebut dikenal sebagai negara dengan GDP yang rendah. Beberapa penghambat riset sosial di Perguruan tinggi Indonesia. a. Terjadinya insularitas di kalangan dosen. Cara berpikir sempit. Stupid! Insularitas berdampak pada kungkungan mobilitas dosen. Tidak ada mekanisme untuk ini. Tidak ada ruang masuk sistem capaian universitas. Dosen cenderung meneruskan pendidikannya pada almamaternya sendiri. Padahal mobilitas akademik berhubungan dengan performa akademik seorang dosen. Inilah dampak penerimaan dosen yang tidak terbuka. Di Jawa lebih dekat dengan penguasa dan lebih baik bahasa Inggerisnya. Di Thailand pemerintah sudah mengafirmasi untuk publikasi dalam bahasa Inggeris. Meskipun ada jurnal yang afirmative untuk bahasa ibu, lingua pranca. b. Dosen lebih tergiur menjadi nara sumber atau konsultan daripada meneliti. Sebagai nara sumber jauh lebih baik, lebih cepat menghasilkan honor yang banyak. Seorang peneliti mendapatkan bantuan 100 juta, laporan keuangannya sangat rigid. Fuad Jabali, Ph.D, ( pembahasan di Marbella Hotel, Bandung). 1. Orang- orang pinggiran yang termarginalkan dimasukkan ke tengah. Orang- orang yang tercecer diwawancara untuk mendapatkan wacana penyeimbang. Ide-ide postmodernisme diangkat. Sehingga kita tidak melulu berkutat pada "great tradition". 2. Akhir- akhir ini Fakultas Keagamaan ditengarai semakin " mengkerut". Perlu upaya- upaya sistematis dan keberlangsungan untuk ini. 3. Kedaulatan pangan ada budaya dan nilai di sana. Orang- orang umum dipaksa untuk melibatkan orang- orang agama. Penelitian sosial keagamaan kalau dikemas dengan baik, juga akan sangat diminati dan seksi. Pendekatan riset sosial keagamaan harus induktif. Penelitiannya harus berbasis data. Semestinya tri dharma perguruan tinggi dimulai dari pengabdian masyarakat. Lalu penelitian. Dan baru publikasi ilmiyah. 4. Kita membutuhkan pengetahuan yang cukup mengenai peta pemikiran para dosen muda. Kita harus mengerti " langit" keilmuan mereka. Ilmu apa yang mereka geluti selama ini. Mengapa ada dosen yang tidak cocok antara gelar akademiknya dengan "kelakuan" akademiknya. Peta dosen itu penting. Peta prodi yang dibuka di PTK juga penting. Sebaran dan distribusi program studi di seluruh Indonesia juga penting. Sebaran dosen dengan keahlian spesifik juga perlu. Misalkan dosen yang memiliki keahlian "konflict resolution" mestinya diletakkan di Manado, Palu, Ambon, dan Jayapura. Studi sosiologi Hukum mestinya di Banda Aceh Darussalam, dst. 5. Dosen peneliti. Kita harus mencetak dosen generasi baru. Dosen next generation berbeda dengan generasi sebelumnya yang saling mengintip, saling menjegal dan bahkan saling menjatuhkan. Competitiveness harus menjadi habit dosen kita. Intrik- intrik yang tidak berbudaya tinggi harus dijauhkan dari dosen generasi baru. 6. Pembibitan peneliti. Dengan program research skill, keterampilan meneliti. 7. Pembentukan Tim Reader Nasional, pembaca ahli. 8. Penguatan konsorsium ilmu untuk dua hal: a. Menggalakkan collaborative research, dan b. Penguatan penerbitan artikel pada jurnal yang memiliki keilmuan yang serumpun. Terdapat 8 Agenda dan tema riset a. Fenomena Medsos b. Produk halal. Wisata Halal. Plan of prosperity. c. Pengembangan ekonomi umat ( ekonomi pondok pesantren) d. Industri umrah e. Wakaf produktif f. Pemanfaatan dana zakat g. Peningkatan kualitas Madrasah Vokasional g. Gejala Ideologi Transnasional i. Pemanfaatan IT untuk Tatakelola. Sekarang ini, kita sangat membutuhkan diskusi serius mengenai Agenda Riset Keagamaan Nasional ( ARKAN). Sebagaimana Kemenristek Dikti telah memiliki Buku Induk Riset Nasional. Sehingga riset keagamaan kita memiliki panduan dan arah yang jelas. Riset keagamaan tidak terkesan berjalan sporadis. What next?