Gallery

Senin, 21 Mei 2018

Sa'di Shirozi

Gulistan, Sa'di Shirozi Gulistan adalah karya legendaris Sa'di Shirozi. Karya Sa'di ini ditulis di tengah- tengah huru- hara politik dan serangan tentara Mongol ke Baghdad. Sa'di sendiri pernah ditangkap dan dipenjara oleh tentara Salib. Jadi, Gulistan ditulis pada saat berkecamuknya perang Salib dan serangan Jengis Khan. Dikisahkan bahwa pada saat penghancuran kota Baghdad oleh Jengis Khan, Sa'di bisa lolos dari maut. Kekejaman tentara Mongol demikian tak terperikan. Penduduk kota dipenggal. Gadis- gadis cantik dikumpulkan di lapangan dan diperkosa beramai- ramai. Kitab dan karya- karya monumental ulama dan para saintis muslim dibakar. Sebagian ditenggelamkan di sungai Tigris. Sampai sungai Tigris hitam dengan tinta kitab- kitab yang dibuang dari Perpustakaan Bait al Hikmah. Sungai Tigris juga merah karena darah para penduduk Baghdad mengalir. Kekejaman tentara Mongol tak terperikan. Mengerikan. Semenjak Sa'di lolos dari maut penyerangan kota Baghdad, ia berkelana ke berbagai wilayah di Timur dan di Barat. Ia mengembara ke India ( Somnath, Punjab, Gujarat, Ghazna), Balkh, Herat, Yaman, Hijaz ( Mekkah- Madinah), Yerussalem, Mesir, Maroko, Balkan, Mediteranian, Khasgar, China dan Anatolia ( Turki). Setelah pengembaraannya yang panjang ini, dan melewati darat dan laut, Sa'di menulis kitab Gulistan. Gulistan dipandang sebagai karya otentik karena memiliki banyak pesan- pesan moral. Gulistan berbeda juga dengan karya Jalaluddin Rumi yang terkenal itu, Fihi ma Fihi. Dalam Gulistan Kisah Yusuf dan Zulaikha mengambil porsi yang cukup panjang. Barangkali kisah cinta Yusuf- Zulaikha memiliki pesan moral dan cinta yang sangat mendalam bagi kemanusiaan. Sa'di juga berkisah tentang penderitaannya ditangkap dan dipenjara oleh tentara Prancis. Waktu itu beliau menelusuri gurun dari Damaskus menuju Yerussalem. Untuk menghindari manusia, Sa'di bergabung dengan binatang. Tapi aral melintang, beliau tetap ditangkap. Disuruh bekerja dan menggali parit bersama dengan orang- orang kafir. Pemimpin Aleppo menemukan Sa'di dalam keadaan menyedihkan itu, akhirnya ditebusnya 10 dinar. Sewaktu tiba di Aleppo, ia dinikahkan dengan puteri sang pemimpin Aleppo dengan mahar 100 dinar. Belakangan, Sa'di menceraikan isterinya ini karena cerewet dan banyak tuntutan. Sa'di tersohor dengan karya dan petuah-petuahnya. Salah satu kalimat Sa'di yang diabadikan dan tertulis di pintu masuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ialah: ...Human beings are members of a whole. In creation of one essence and soul. If one members is afflicted with pain. Other members uneasy will remain..if you have no symphaty for human pain. The name of human you cannot retain...manusia adalah anggota (keluarga) dari sesama. Dalam penciptaan pun dari esensi dan jiwa yang sama. Jika salah satu anggota terganggu ( tersakiti)... Anggota yang lainnya tidak ( boleh) tinggal diam. Jika engkau tidak simpati pada penderitaan orang lain, (maka) predikat manusia tidak dapat engkau sandang.

Sa'di Shirozi

Gulistan, Sa'di Shirozi Gulistan adalah karya legendaris Sa'di Shirozi. Karya Sa'di ini ditulis di tengah- tengah huru- hara politik dan serangan tentara Mongol ke Baghdad. Sa'di sendiri pernah ditangkap dan dipenjara oleh tentara Salib. Jadi, Gulistan ditulis pada saat berkecamuknya perang Salib dan serangan Jengis Khan. Dikisahkan bahwa pada saat penghancuran kota Baghdad oleh Jengis Khan, Sa'di bisa lolos dari maut. Kekejaman tentara Mongol demikian tak terperikan. Penduduk kota dipenggal. Gadis- gadis cantik dikumpulkan di lapangan dan diperkosa beramai- ramai. Kitab dan karya- karya monumental ulama dan para saintis muslim dibakar. Sebagian ditenggelamkan di sungai Tigris. Sampai sungai Tigris hitam dengan tinta kitab- kitab yang dibuang dari Perpustakaan Bait al Hikmah. Sungai Tigris juga merah karena darah para penduduk Baghdad mengalir. Kekejaman tentara Mongol tak terperikan. Mengerikan. Semenjak Sa'di lolos dari maut penyerangan kota Baghdad, ia berkelana ke berbagai wilayah di Timur dan di Barat. Ia mengembara ke India ( Somnath, Punjab, Gujarat, Ghazna), Balkh, Herat, Yaman, Hijaz ( Mekkah- Madinah), Yerussalem, Mesir, Maroko, Balkan, Mediteranian, Khasgar, China dan Anatolia ( Turki). Setelah pengembaraannya yang panjang ini, dan melewati darat dan laut, Sa'di menulis kitab Gulistan. Gulistan dipandang sebagai karya otentik karena memiliki banyak pesan- pesan moral. Gulistan berbeda juga dengan karya Jalaluddin Rumi yang terkenal itu, Fihi ma Fihi. Dalam Gulistan Kisah Yusuf dan Zulaikha mengambil porsi yang cukup panjang. Barangkali kisah cinta Yusuf- Zulaikha memiliki pesan moral dan cinta yang sangat mendalam bagi kemanusiaan. Sa'di juga berkisah tentang penderitaannya ditangkap dan dipenjara oleh tentara Prancis. Waktu itu beliau menelusuri gurun dari Damaskus menuju Yerussalem. Untuk menghindari manusia, Sa'di bergabung dengan binatang. Tapi aral melintang, beliau tetap ditangkap. Disuruh bekerja dan menggali parit bersama dengan orang- orang kafir. Pemimpin Aleppo menemukan Sa'di dalam keadaan menyedihkan itu, akhirnya ditebusnya 10 dinar. Sewaktu tiba di Aleppo, ia dinikahkan dengan puteri sang pemimpin Aleppo dengan mahar 100 dinar. Belakangan, Sa'di menceraikan isterinya ini karena cerewet dan banyak tuntutan. Sa'di tersohor dengan karya dan petuah-petuahnya. Salah satu kalimat Sa'di yang diabadikan dan tertulis di pintu masuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ialah: ...Human beings are members of a whole. In creation of one essence and soul. If one members is afflicted with pain. Other members uneasy will remain..if you have no symphaty for human pain. The name of human you cannot retain...manusia adalah anggota (keluarga) dari sesama. Dalam penciptaan pun dari esensi dan jiwa yang sama. Jika salah satu anggota terganggu ( tersakiti)... Anggota yang lainnya tidak ( boleh) tinggal diam. Jika engkau tidak simpati pada penderitaan orang lain, (maka) predikat manusia tidak dapat engkau sandang.

Kamis, 17 Mei 2018

Ikan Bertanya, di mana lautan?

Ayatullah Imam Khomeiny menulis Tafsir Surah Al-Fatihah dengan manhaj (metode) Ibnu 'Araby. Dalam muqaddimah buku tersebut ada kisah Ikan bertanya, di mana lautan? Untuk mencari jawab, ikan tersebut mendatangi ikan yang paling tua. Ikan tua tersebut ditengarai hidup sejak zaman Nabi Sulaiman a.s. Di mana lautan, tanyanya menelisik. Ikan tua: saya takut menjawab, karena kalian bisa membunuh saya. Ikan penasaran.....tidak, kami hanya ingin tahu saja. Ikan tua:.... Kita sedang berada dan hidup di dalam lautan. Sehingga, lautan ada di kanan- kiri kita. Lautan ada di depan dan di belakang kita. Lautan juga ada di atas, dan di bawah kita. Bahkan lautan ada di dalam diri kita. Demikianlah perumpamaan orang yang bertanya......di mana Tuhan?