Gallery

Jumat, 15 Desember 2017

Terapi Rumi

Terapi Rumi dalam al- Masnawi Mari kembalilah dari semak berduri, Datanglah ke taman bunga mawar, (Jalaluddin Rumi) Suara Rumi terbersit dalam puisinya perlu didengar manusia di seluruh dunia, Di Timur maupun Barat. Terlebih pada masa modern ini ( komentar R.A Nicholson). Abad ke 21 adalah abad kearifan. Siapa yang tidak memiiliki kebijaksanaan, maka hidupnya akan sia- sia. Ibarat menyelam dalam kedalaman lautan, kita harus memiliki peralatan menyelam. Agar kita selamat dan menemukan harta karun kearifan di "samudera". Jika Anda bertanya, bagaimana saya bisa hidup bahagia dan sukses? Saya mengatakan, lihat dengan mata anda apa yang ditawarkan oleh Maulana Rumi. Suatu hari, Abu Jahal melihat Rasulullah shalla Allah alaih wa sallama, lalu berkata: Dengan melihatmu Muhammad, saya semakin yakin betapa buruknya keturunan Bani Hasyim. Nabi menimpali, sesungguhnya engkau telah melampaui batas, tapi apa yang kamu katakan adalah benar. Tak lama kemudian, datanglah Abu Bakar, dan ketika melihat Rasulullah, ia berkata: anta syamsum, ya rasulallah, engkau laksana matahari, wahai rasulallah. Sinarmu kuat menyinari bumi. Nabi menjawab, engkau benar wahai Abu Bakar. Para sahabat menyaksikan dua peristiwa tersebut. Nabi kemudian menjelaskan, aku adalah sebuah cermin. Siapa yang melihatku sesungguhnya ia sedang melihat dirinya sendiri. Rumi berkata: kamu tahu mengapa cermin tidak memantulkan cahaya bayanganmu? Itu karena karat di wajahmu belum dibersihkan. Bersihkanlah "kolam hati", maka badan akan bersih dengan sendirinya, penuhilah kolam itu dengan kebaikan. Hilanglah keburukan dengan sendirinya. Kunci selamat dari keburukan adalah bertahan dengan kebaikan. Bertarung melawan keburukan sama halnya dengan berjuang menghilangkan kotoran. Membersihkan kotoran lebih mudah karena akan hilang dengan sendirinya, (h. 145). Hal yang menarik buku Prof Nevzat Tarhan dibumbui dengan kisah- kisah hikmah. Seperti kisah si Badui dan sang filsuf. Seorang Badui meletakkan dua karung berat di atas punggung untanya. Ia kemudian duduk di antara dua karung tsb. Tak lama kemudian datanglah seseorang yang mengajaknya berbincang dan bertanya dari mana asalnya dan hendak ke mana? Apa isi kedua karung ini, tanya si filsuf? Badui menjawab, karung yang satu berisi gandum dan yang lainnya berisi pasir, tidak ada makanan. Mengapa kamu mengangkut sekarung pasir, tanya filsuf. Agar untaku terjaga keseimbangannnya, jawab si Badui. Filsuf: jika kamu menggunakan akalmu, kamu bisa saja meletakkan setengah gandum ini pada karung ini dan setengah sisanya pada karung yang lain. Dengan demikian, kedua karung ini menjadi lebih ringan. Sehingga untamu tidak kelelahan, terang si filsuf. Si Badui setuju dengan saran bijak sang filsuf. Dia pun bertanya, hai orang cerdas, mengapa orang pintar sepertimu berjalan kaki di tengah gurun seperti ini? Tidakkah kamu merasa lelah? Makanya, jangan teori melulu!!!...... Demikian cuplikan hikmah dari buku Prof Nevzat Tarhan yang berjudul: Terapi Mesnawi.

Kamis, 14 Desember 2017

Mencetak Guru Hebat

"Hanya orang- orang terbaiklah yang terpilih menjadi guru. Baru memilih profesi lainnya. Persoalan utama guru madrasah adalah upaya yang sungguh- sungguh dalam mencetak Guru Profesional. Pertanyaan yang harus dijawab adalah " How To Be An Amazing Teacher? Bagaimana mencetak Guru yang hebat. Terdapat beberapa syarat untuk melahirkan guru hebat, sebagai berikut: 1. Passion. Semangat dan gairah. Antusiasme. Passion sangat menentukan karier seorang guru. Guru yang memiliki passion akan melahirkan peserta didik yang bersemangat. Guru yang berdedikasi yang tinggi akan melahirkan kinerja yang baik. Proses pembelajaran berkualitas. 2. Kompetensi dan kualifikasi Expertise. Seorang guru harus memiliki bidang keahlian. Mereka harus menjadi guru profesional. Hal yang terkait dengan kompetensi adalah kualifikasi pendidikan seorang guru. Guru- guru yang belum berkualifikasi sarjana harus menempuh pendidikan sarjana. Kesarjanaan seorang guru akan berbanding lurus dengan penguasaan materi pembelajaran yang akan berujung pada kualitas proses pembelajaran dalam kelas. Guru yang menyandang gelar sarjana, sejatinya memiliki kemampuan berpikir logik dan sistematis. Dengan cara berpokir logik inilah yang akan membawa peserta didik menjadi berkualiats tinggi. 3. Komunikatif Salah satu tugas utama guru adalah mentransfer ilmu. Pola komunikasi seorang guru juga sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Seorang guru lohai dan pandai melempar jok dan humor pada saat yang tepat. Sehingga para peserta didiknya tidak bosan menerima materi pelajaran. Pola komunikasi sangat penting dijuasai oleh seorang guru. Selanjutnya, guru juga berkewajiban untuk mentransfer nilai- nilai luhur kepada murid- muridnya. Tugas mulia guru sudah barang tentu harus dibarengi dengan kepiawaian komunikasi. Mentransfer nilai- nilai luhur atau apa pun namanya bukanlah perkara mudah. Seorang guru dituntut keahlian khusus untuk tugas yang satu ini. Dan tentu, guru tersebut harus memiliki keteladanan dan integritas. Sekali lagi, selera humor juga menentukan dalam tugas yang satu ini. Agar peserta didik tertarik untuk mencerap ide pokok sang pendidik. Biasanya untuk mengubah suatu komunitas, membaca novel juga penting. Sebab, dalam novel itu karatkter manusia dan liku- liku kehidupan. Pernik- pernik kehidupan manusia biasanya termaktub dalam novel. Penanaman karakter sebagai knowledge biasanya lebih muda melalui novel. Sebab, karya atau buku- buku novel mampu menggiring pembacanya untuk mengetahui karakter tokoh- tokoh yang diceritakan dalam novel itu. Karya komik bagi anak- anak sekolah dasar juga merupakan salah satu cara yang ampuh untuk penanaman karakter baik. Ada beberapa penelitian yang telah membuktikan bahwa untuk mengubah karakter sebuah bangsa dimulai dari penulisan komik- komik yang secara massif didistribusikan kepada peserta didiknya. Mulai pada kelas play group sampai siswa sekolah dasar dan menengah pertama. Dalam komiklah depan plot ceritanya bisa memengaruhi si pembaca komik. Komik itu mudah, ringkas dan menyenagkan. Sekarang kita bisa lihat karya- karya komik dari Jepang dan Korea Selatan. Menurut Chambert Loir dalam buku Sadur Terjemahan Karya Sastra Melayu di Indonesia dan Malaysia bahwa penerjemahan karya novel dan komik Jepang menempati posisi kedua setelah bahasa Inggeris. Penerjemahan karya- karya berbahasa Arab ke dalam Bahasa Indonesia menempati peringkat ketiga. Bangsa Jepang dan Korea Selatan adalah dua bangsa maju dalam bidang ekonomi dan teknologi. Mereka mampu memengaruhi masyarakatnya menuju bangsa yang maju. Dan sekarang kedua negara ini meluaskan pengaruhnya kepada bangsa- bangsa lain termasuk kawasan ASEAN, salah satunya Indonesia. Hampir semua toko buku seperti Gramedia, semuanya mejajakan buku- buku komik Jepang dan Korea Selatan. Secara pelan- pelan, kedua bangsa ini mendeklarasikan diri sebagai bangsa yang unggul. 4. Empati Seorang guru hebat harus berempati kepada murid- muridnya. Dia harus mengerti kesulitan atau masalah dan tantangan yang sedang dihadapi murid- muridnya. Masalah keluarga, kesulitan dalam belajar dan masalah- masalah keseharian lainnya haruslah dimengerti oleh seorang guru. Sekarang ini tantangan sebagai seorang guru profesional tidaklah muda. 5. Memberdayakan Guru juga bertugas untuk memberdayakan potensi peserta didiknya. Mereka harus mengerti talenta dan bakat murid- muridnya. Pertanyaan yang harus segera dijawab adalah what do students really want from their teacher? Guru bijak harus mampu dan mau mendengar suara positif dan negatif murid- muridnya. Guru harus terlebih dahulu membangun relasi yang baik dengan para peserta didiknya. Guru ibarat kapten dan nakhoda kapal. Dalam berlayar kapal terkadang oleng oleh ombak. Di situlah fungsi sang nakhoda. Nakhoda harus dengan tepat mengambil keputusan pada situasi sulit. Sang nakhoda juga harus tepat menentukan arah agar kapal tidak tersesat di samudera. Sang nakhoda harus menguasai ilmu tentang cuaca dan bahaya dalam melaut.

Selasa, 12 Desember 2017

Positioning PTKI

Pendidikan Tinggi: Ikhitiar Mencetak Sarjana Muslim, Tangkas, Unggul dan Religius Oleh: Dr Muhammad Zain Era Disrupsi We have entered in revolutionary times, kata Bill Gates. Kita sedang memasuki era revolusi informasi. Revolusi informasi ditandai dengan akselerasi teknologi IT. Kita sedang mengalami era disrupsi. No ordinary disruption, zaman Now telah terjadi kekacauan yang tidak biasa. Demikian hasil riset Richard Dobbs, James Manyika, and Jonathan Woetzel dalam buku teranyarnya itu. Ada empat perubahan yang sedang terjadi dan memengaruhi dunia global. a. Akselerasi teknologi informasi. Terdapat 2/3 warga dunia yang memiliki android, hand phone dan mereka semua terkonek dengan internet. Tinggal 1/3 warga dunia yang tidak memiliki hand phone. Sekarang semua sudah on line system. Pengusaha Taxi konvensional, collaps dan bangkrut. Mereka kalah cepat dengan Uber car. Grab, Gojek, yang tidak perlu kantor luas. Tidak perlu memiliki motor dan mobil. Mereka hanya menyiapkan on line system. Tidak ada yang salah dari Nokia. Nokia hanya kalah cepat merespon kebutuhan pasar. Sehingga Nokia, hampir gulung tikar, dan disalib oleh Samsung. Blackberry sudah tidak kedengaran lagi. Sarjana dan mahasiswa era sekarang, berbeda dengan 20 tahun yang lalu. Mahasiswa dan sarjana era sekarang, sejatinya multitasking. Mereka bisa mengerjakan dua atau tiga pekerjaan dalam satu waktu. b. Aging population ( Populasi yang Menua). Di China dan Jepang, seorang dewasa harus merawat enam orang tua. Kedua orang tuanya. Dua mertuanya. Dan dua orang kakek buyutnya yang masih hidup. Sehingga mereka kewalahan dalam merawat manula. Apa yang terjadi? Mereka merawat orang tua tersebut dengan bantuan robot. Robot lebih praktis merawat para manula daripada seorang pembantu atau perawat. c. Urban society. Terdapat 440 kota di dunia ini yang menentukan mobilitas tenaga- tenaga profesional dan lajunya perekonomian dunia. Tianjin, China, Tokyo, Jepang, dst. Sejatinya pendidikan yang modern tidak hanya menyasar masyarakat pedesaan, tetapi juga masyarakat kota. Sehingga, keterampilan adalah suatu kemestian. Apalagi dengan iklan Google, rekasasa IT yang mencari karyawan tanpa ijazah. Ini sesuatu yang mengejutkan dunia pendidikan yang selama ini mementingkan ijazah. Ijazah adalah azimat yang merupakan syarat utama dan pertama para pencari kerja. Job seeker sebelum mereka diterima pada suatu instansi atau perusahaan harus terlebih dahulu menunjukkan ijazah yang telah diraihnya. Google tidak memetingkan ijazah. Google memerlukan skill yang dimiliki oleh calon karyawan. Apakah ini merupakan lonceng kematian perguruan tinggi? KKN harus juga menyasar warga kota. Tidak hanya berorientasi ke desa. Sehingga mereka harus memiliki global dexterity, dan plan of prosperity. Ketangkasan global dan kemampuan untuk merencanakan kesejahteraan hidupnya di masa depan. d. Capital, people, investmen. Dengan melihat sejumlah perubahan revolusioner di atas, perguruan tinggi harus menerapkan strategi baru dalam merespon tuntutan zaman. Menteri Pendidikan tinggi dan sains Malaysia telah menerapkan kebijakan 2 U and 2 i. Two years in university, and two years in industry. Mahasiswa dua tahun menerima teori di bangku kuliah, dan dua tahun langsung terjun di dunia industri atau masyarakat. Robert W. McChesney and John Nichols dalam bukunya: People Get Ready the Fight Against a jobless economy and a citizenless democracy, 2016. Bahwa The future is now. Masa depan itu dirancang dan ditentukan sekarang. Masa depan itu ya sekarang. Tidak ada yang bisa menentukan takdir, tetapi kita bisa menemukannya dengan cara berlari kencang. Era Kompetisi Dalam dunia bisnis, persaingan adalah sebuah kemestian. Kalau tidak mampu bersaing, maka sebuah perusahaan akan ditinggal pelanggannya. Sebentar lagi perusahaan tersebut akan collaps. Dalam persaingan yang terpenting adalah berusaha untuk membentuk kompetitif, untuk mengendalikan nasib kita sendiri. Memasuki abad ke 21, kita dihadapkan pada kebutuhan yang mendesak akan pentingnya memiliki strategi dan visi yang jelas mengenai cara menampilkan diri yang unik dan berbeda dengan yang lain. Kalau tidak, kita akan ditelan hidup-hidup oleh persaingan yang semakin sengit. Keunikan dan diferensiasi sangat penting dalam sebuah persaingan. Bahkan sangat boleh jadi persaingan itu dimaknai sebagai pertarungan dalam pengertian yang positif. Untuk itulah dibutuhkan strategi yang jitu. Visi kita adalah untuk mewujudkan pendidikan Islam yang unggul, moderat dan menjadi referensi pendidikan Islam dunia. Kita harus fight untuk mewujudkan competitiveness pendidikan Islam. Daya saing pendidikan Islam sedang dilirik, baik secara nasional maupun internasional. Orientasi program dan kegiatan kita harus mengarah pada visi dan misi tersebut. Untuk Mewujudkan pendidikan Islam menjadi rujukan Islam dunia, maka Karakteristik dan distingsi pendidikan Islam harus dikedepankan. Posisi Perguruan Tinggi di Era Akselerasi Era revolusi IT adalah era akselerasi. Semua serba sibuk dan berlangsung serba cepat. Siapa yang lambat akan terlindas oleh zaman. Ibarat naik kereta super cepat, telat satu menit akan tertinggal, dan berdampak beberapa jam kemudian. Kita harus berlari kencang. Seperti seekor kijang yang hendak diterkam harimau. Pilihannya hanya dua: Berlari kencang dan selamat. Atau lambat, dan mati diterkam harimau. Sekarang serba cepat. Semua orang mengalami busy, super sibuk. Itulah ciri Digital population; Populasi digital. Bahwa fasilitas dan sarana digital sebagai sarana yang terbaik. Sebab, dengan buku digital, lebih murah, dan lebih cepat. Teknologi adalah alat untuk kemashlahatan. Teknologi harus familiar dengan kita semua. Seperti seirang bapak kalau tertinggal dompetnya pasti tidak balik. Kalau hpnya yang tertinggal, pasti balik. Kita harus mendrive teknologi untuk menjadi mashlahat, bukan mudharat. Hati-hati dengan mazhab google, karena banyak alirannya. Banyak pandanggan ulama ada di google. Saudara-saudara belajar agama harus dari sumber yang jelas. Saya berharap, dengan wisuda kali ini bisa berguna untuk bangsa dan agama. Saudara ibarat etalasi dan akan lahir lagi etalasi berikutnya. Dengan segala keterbatasan, kita terus berkembang. Dengan keterbatasan, bukan berarti kita tidak bisa berbuat sesuatu untuk bangsa. Selanjutnya, terdapat beberapa hal yang perlu menjadi pemikiran kita untuk pengembangan dan peningkatan kualitas pendidikan tinggi kita. 1. Rendahnya Literasi Indonesia sudah 72 tahun merdeka. Tetapi menurut data masih terdapat sekitar 5,9 juta warganya yang buta huruf. Jawa Timur memiliki angka tertinggi buta aksaranya, sekitar 1.458.184. Meskipun mereka ini melek terhadap aksara arab gundul. Secara internasional, UNESCO melancarkan gerakan Reading the Past, Writing the Future. Agar warga dunia terbebas dari buta huruf ini. Pendidikan adalah senjata yang paling ampuh untuk mengubah dunia, kata Nelson Mandela. Kita harus melakukan terobosan untuk menghapus buta aksara ini. Dan patut dicatat, buta aksara melanda hampir semua negara- negara berkembang dan masyarakat muslim. Buta aksara atau literasi masih menjadi masalah yang masif melanda dunia muslim. Rata- rata wilayah yang lebih dikenal sebagai "Bulan Sabit" masih mengalami problem rendahnya literasi. Rendahnya literasi keagamaan menjadi problem lanjutannya. Bahwa umat kita pada grassroot, akar rumput memiliki pemahaman keagamaan yang belum memadai. Memahami ajaran dan ujaran keagamaan secara "hitam-putih" masih tinggi. Cara pandang agama semacam ini sangat berbahaya masih keberlangsungan demokrasi dan Islam rahmatan li al- 'alamin. Kampus harus bergegas merespon perkembangan zaman dan berikhtiar untuk mencetak intelektual publik. Sarjana muslim harus tampil pada garda terdepan dalam menyuarakan Islam moderat, santun, dan menyebarkan kedamaian. Sarjana kita harus terus mengedukasi masyarakat dalam arti sesungguhnya. Bahwa peran- peran profetik semacam harus menjadi bagian yang inheren dalam tugas dan tanggung jawab kita sebagai sarjana muslim. 2. Pendidikan Karakter Dewasa ini kita menyadari betapa pentingnya memasukkan pendidikan karakter dalam kurikulum. Setidaknya ada tiga landasan pendidikan karakter ( character-building education). yakni: (a)memasukkan nilai-nilai humanisme, seperti saling menghargai dan menghormati antar sesama. Jepang barangkali bisa menjadi contoh dalam pendidikan karakter yang dimulai sejak pendidikan usia dini. Halmana tradisi dan nilai- nilai luhur mereka tidak tergerus oleh modernitas. Integritas, kejujuran, tanggung jawab, menghormati yang lebih senior, sportifitas, nilai malu terintegrasi dalam kurikulum pendidikan mereka. b) mengembangkan karakter keilmuan, yakni dengan menciptakan curiosity, rasa ingin tahu yang tinggi ( search of inquiry), sehingga ilmu, kreatifitas dan inovasi dapat berkembang; dan (c) menanamkan kecintaan dan kebanggaan kepada Indonesia. Pancasila, UUD 1945, Persatuan Indonesia, NKRI adalah pilar- pilar kebangsaan kita dan sudah final. Current Issues Pendidikan Tinggi Barangkali untuk pengembangan Pendidikan Tinggi di Indonesia, realitas berikut dapat menjadi bahan pemikiran. (1) Tantangan pendidikan di era MEA. New Think Asean, kata Philip Kotler. Asean sulit diprediksi. Ada banyak pemain baru dalam seluruh sektor, ekonomi, politik, pendidikan dan budaya. Asean sekarang sudah sangat berbeda dengan 20 tahun yang lalu. MEA adalah peluang pasar bagi Indonesia. Tantangan kita, (a). Masalah bahasa. (b). Mobilitas mahasiswa, dosen dan peneliti. Kedua tantangan ini bisa dilakukan international summer program, lecturer/ researcher exchange program, joint research, joint seminar, dst. (2) Menyehatkan PTN- PTS Ada sepuluh PT terbaik Amerika. Semuanya PTS dan didanai oleh donatur kaya. Universitas Harvard memiliki dana abadi sebanyak Rp. 473,2 triliun. Donatur dari filantropis kaya semacam Rockefeller, John F Kennedy, dan Melinda Gates banyak investasi untuk pendidikan dan kesehatan. Di Indonesia kita sulit mendapatkan orang kaya seperti itu. PTS kita secara nasional banyak yang sakit- sakitan. Dari 3.078 PTS, baru 111 (3,6%) mengajukan akreditasi institusi. Itupun baru 4,5% yang mampu terakreditasi B, dan selebihnya C. Masih ribuan yang belu mengajukan akreditasi. Mengerikan. Sementara ada 70% mahasiswa Indonesia kuliah di PTS. Ditambah lagi, dengan 1/3 PTS yang masih luhur dan bersikukuh dalam menjalankan misi PT. Selebihnya, PTS dijadikan sebagai pundi- pundi income oleh pendirinya. Ada juga untuk kepentingan bisnis, kepentingan pribadi sebagai sumber dana kampanye, dst. PTS sulit mendapatkan izin prodi yang laris- manis seperti Prodi Ilmu Kedokteran dan semua turunannya. Dosen PTS juga hanya sedikit yang bisa berfungsi sebagai dosen. Padahal untuk melaksanakan tridharma, PT sangat membutuhkan dosen yang bermutu, laboratorium, perpustakaan yang lengkap, proses belajar mengajar yang maju. Sehingga kita bisa melahirkan lulusan yang terampil dan berdaya saing. (3) Pengembangan bidang ilmu. Data Forlap Kemenristek Dikti (2016), jumlah prodi sebanyak 23.747. Sains dan teknik yang mencakup MIPA, teknik, kedokteran, kesehatan, dan pertanian. Selebihnya ilmu- ilmu sosial dan humaniora, seperti ekonomi, politik, hukum, sosiologi, antropologi, sejarah, filsafat, dan agama. Jumlah prodi sains- keteknikan lebih sedikit dibanding ilmu sosial dan humaniora. Sains keteknikan sebanyak 10.135 prodi sekitar 43%. Dan ilmu sosial dan humaniora sebanyak 57% ( 13.611). Dari jumlah mahasiswa sebanyak 5. 228.562, yang menekuni sains keteknikan hanya 1.593.882(30,5 persen). Dan mereka yang menekuni bidang ilmu sosial dan humaniora sebanyak 3. 634.679(69,5 %).Sehingga terjadilah ketimpangan. Terjadilah inflasi sarjana ilmu-ilmu sosial humaniora. Lebih banyak " pengamat" daripada ahli. Defisit sarjana teknik tak terhindarkan. Indonesia kekurangan insinyur. Diperkirakan tahun 2015-2025, kita kekurangan insinyur sekitar 15 ribu pertahun. Pada tahun 2020-2025 kita membutuhkan insinyur sebanyak 90.500 pertahun. What Next? Kita harus menjawab tantangan- tantangan pengembangan pendidikan tinggi tersebut. Kita harus terus berinovasi untuk menciptakan peluang- peluang baru. Penguatan akreditasi prodi dan institusi harus menjadi konsern pimpinan perguruan tinggi. Peningkatan kualitas dosen adalah sesuatu yang tidak bisa ditawar lagi. Publikasi ilmiyah harus terus digenjot agar kita mendapatkan recognition, pengakuan baik nasional, regional ASEAN maupun internasional. Pemenuhan infrastruktur kampus harus terus dibenahi agar civitas akademik bisa betah mengembangkan ilmu dan proses pembelajaran di kampus. Kampus yang ikonik harus kita bangun yang akan menjadi kebanggaan Kemenag dan bangsa kita. PTKI harus berdiri pada garis terdepan dalam menyuarakan moderasi Islam. Pimpinan PTKI harus tegas menolak bentuk- bentuk gerakan dan kegiatan radikalisme agama yang berujung pada pelemahan pilar- pilar bangsa. Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. Nasehat Wisudawan 1. Isteri yang menyandang gelar sarjana lebih banyak positif thinking, bukan negatif thinking. Kalau isteri tidak sarjana, begitu suaminya keluar doanya berbeda. Ya Allah, Hindarkanlah suamiku dari godaan para janda. 2. Di sini sarjananya juga tidak berwajah takfiri. Sedikit-sedikit mengkafirkn orang lain. Sedikit sedikit membid'ahkan orang yang berbeda. Kita mencetak sarjana Islam wasathiyah. Islam moderat. 3. Jadilah harimau. Sebab harimau meskipun diam, tetap saja harimau. Ditakuti dan disegani. Jangan seperti anjing yang suka menggonggong tetapi tetap saja tidak didengar. 4.Jadilah sarjana Muslim Indonesia. Kita lahir dan besar di tanah air Indonesia. Jadilah penyebar kedamaian dan merawat NKRI. 5. Saat hidup menjatuhkanmu, kamu harus memilih, bangkit atau tetap tergeletak. Diam.

Rabu, 08 November 2017

Tantangan dan Peluang Ekonomi Syariah di Indonesia

Di antara problem utama umat Islam adalah penguasaan dan kepemilikan harta. Hampir semua sudut bumi yang dihuni umat Islam pastilah tidak hidup makmur. Meskipun mereka memiliki sumber daya alam yang kaya. Menurut Prof Hasan Langgulung, Allah Swt telah menyiapkan seluruh kebutuhan umat Islam di mana bumi yang mereka huni. Sebutlah Indonesia, umat Islamnya banyak yang masih hidup dalam kemiskinan. Solusi ekonomi syariah, dan perbankan syariah serta sejumlah bisnis syariah lainnya belum juga memberikan janji kemakmuran secara menyeluruh dan sistematis. Apalagi, Ekonomi Syari'ah mengalami "gangguan" dengan adanya gerakan Islam garis keras, seperti ISIS. Sesuatu yang " berbau" syariah dicurigai sebagai agenda Islamic radicalism. Gangguan semacam ini, merupakan salah satu faktor penghambat ekonomi berbasis syariah, demikian Pandangan Ali Allawi dalam buku terbarunya: The Crisis of Islamic Civilization. Apakah fenomena ini juga terjadi di Indonesia. Bahwa 15 tahun terakhir, Indonesia mengalami conservative turn. Yakni ada upaya pembalikan wajah Islam Indonesia yang toleran, damai, santun menjadi intoleran dan keras. Mudah- mudahan dengan The4th Indonesia Syaria Economic Festival, justeru Indonesia mengalami sebaliknya. Ekonomi Syariah semakin maju dan diminati umat. Apa yang salah? Apakah pendidikan Islam yang belum mengajarkan kurikulum " kemakmuran"? Dalam artian, mereka belajar hanya sekedar mengerti dan memahami kitab suci. Ilmu pengetahuan keagamaan yang dimilikinya belum mengarahkan peserta didik untuk sampai menghasilkan " kemakmuran". Ataukah karena teologi jabariyah demikian menguat bagi masyarakat Islam Indonesia. Sehingga, mentalitas masyarakat agraris masih demikian kuat bercokol dalam "alam bawah sadar" kita? 1. Tantangan a. Prof Ali Allawi, dalam the Crisis of Islamic Civilization menulis bahwa tantangan kita sekarang ini adalah pemilikan umat Islam terhadap wealth, kekayaan. Masalah kita adalah kesajahteraan yang rendah. Rata-rata umat Islam, atau negara yang mendeklarasikan diri sebagai negara Islam itu miskin. Why? Negara-negara muslim dari Maroko sampai ke Merauke memiliki beberapa ciri utama. (a) Terbelakang, (b) tidak terpelajar. (c) Rendah demokrasi. Dan (d) minim penghormatan kepada perempuan. Dalam penelitian terakhir 19 megacities yang tidak toleran kepada perempuan, kota Kairo, Pakistan, Afghanistan, dan India masuk dalam kategori kota yang sering terjadi pelecehan seksual kepada kaum perempuan. Justeru London, Inggeris dan Kanada sebagai kota yang ramah perempuan. Sementara negara maju seperti Eropa, Amerika dan Australia, masyarakatnya terpelajar, civilized. Sejahtera, tidak banyak pengangguran. Dan sehat. Panjang umur. Menghormati hak-hak perempuan. Demokratis. Padahal, kita kaya akan value dan nilai-nilai luhur. Tetapi kita tidak memasukkan value tersebut kedalam sebuah sistem kehidupan. Itulah kritik Prof Jasser Auda dalam buku terbarunya, Maqashid al Syariah as Philosophy of Islamic Law. A system approach. Tantangan kita adalah membangun sistem kehidupan dan ekonomi yang kuat. b. Apakah kita sepakat memakai nomenklatur Islamic Finace atau Islamic Economy. Ekonomi Islam atau ekonomi syariah. Sebab, sekarang ini sedang menyeruak Islamic radicalisme. Islam radikal cukup mengganggu. Ini tantangan ke depannya. Saya punya cerita. Di Sydney Air port, terdapat toko buku. Ada banyak koleksi buku yang dijual. Begitu bertanya tentang buku-buku agama, mereka kebingungan. Dan heran. Religion? Barangkali mereka tidak terlalu butuh tentang topik ini. Agama formal sudah ditinggalkan karena tidak mencerahkan. Tidak mendamaikan. Beragama malah tambah sulit, tidak toleran. Tidak humanis. Barangkali mereka berpikir, "Tuhan terlalu jauh untuk digapai". Sekarang ini, di dunia nyata, kita menghadapi kehidupan demikian dinamis. Barangkali di barat masih berkembang para pemikir bebas. Barangkali mereka menggugat agama-agama formal yang menjadi biang pertengkaran kemanusiaan. kalau agama benar, dan Tuhan ada mengapa masih terjadi bencana. Mengapa masih terjadi ketidakadilan sosial. Mengapa masih banyak masyarakat miskin. Terhadap pertanyaan-pertanyaan ini, agama harus hadir menyapa masyarakat yang rasional dan empiris ini. 2. Isu-isu krusial ekonomi Syariah atau Perbankan syariah, antara lain a. Dari sisi market share, pangsa pasar masih sangat kecil, masih 4,9 persen per mei 2015 dibanding bank-bank konvensional. Bank-bank Syariah baru mengelola dana sekitar 240 T dari 2.000 T. Konon, nasabah bank konvensional yang tertarik kepada bank-bank syariah hanya menyentuh angka 14%. Sangat sedikit dibanding jumlah populasi umat Islam yang melimpah di Indonesia. b. Persoalan Sumber Daya Manusia. Di mana SDM di Bank-bank syariah masih mayoritas masih dari latar belakang SDM bank-bank konvensional. c. Regulasi ekonomi syariah dan turunannya masih sangat sedikit, dan belum maksimalnya sinkronisasi kebijakan antar lembaga pemerintah. Yang sudah ada sekarang adalah Undang-Undang SBSN nomor 19 tahun 2008 dan UU nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah. d. Masih kurangnya sosialisasi. Banyak orang yang belum mengetahui sistem ekonomi syariah, termasuk pegawai pegawainya. Mudharabah, takaful, musyarakah mutanaqishah MMQ, dst. 3. Peluang a. Indonesia adalah masyarakat muslim terbesar dunia, dan nomor tiga negara demokrasi terbesar di dunia. Tidak terlepas dari kontribusi PTKI dan pondok pesantren serta madrasah dalam menambah jumlah middle class muslim. Perlu kurikulum ekonomi syariah yang menjadi flatform bersama. Sehingga alumni kita bisa berkualitas dan diakui oleh pasar kerja. Kemenag sudah mengeluarkan 101 prodi ekonomi syariah, mualamat, perbankan syariah, dst. b. Kita ini umat Muslim terbesar di dunia. Tetapi market share per Mei 2015 baru menyentuh angka 4,9 persen, sekitar 240 T dari 2.000 T pangsa pasar, yang dikelola lembaga keuangan. Masih sangat jauh dari angka ideal. Apa yang harus kita kerjakan. Kita harus melakukan quantum leap. Lompatan yang jauh agar bisa mendicipi market share tadi. Barangkali dengan paket ekonomi jilid lima, ada angin segar terutama kebijakan deregulasi parbankan syariah. Bagaimana masyarakat bisa lebih mudah untuk mengakses bank-bank syariah. c. Prof Greg Feely (ed.), Expressing Islam, Religious Life and Politics in Indonesia. Pada akhir buku tersebut terdapat tiga artikel yang membahas tentang Islamic Economy, atau ekonomi syariah. Termasuk laporan mengenai perkembangan Baitul Mal wa tamwil di Pondok- pondok Pesantren di Jawa Timur. Sebab, Bank-bakn konvensional lebih tertarik mengurus kelompok jelita. Sedang Bank-Bank syariah, apalagi BMT pastilah mengurus rakyat Jelata. Padahal, tugas kita adalah mensejahterakan yang jelita dan yang jelata. 4. Karl Kruszelnicki, House of Karls, 2014. Ada bab yang membahas Bank Robbery, perampokan bank. Dan pembahasan Greed is not good. Tamak itu tidak baik. Secara moral, filosof Yunani, Plato dan Aristoteles sudah menegaskan keburukan sifat tamak itu. Kritik yang lebih komprehensif dan solutif adalah pandanga Prof Muhammad Yunus dalam buku teranyarnya: A World of Three Zeros, the new economics of Zero Poverty, Zero Unemployment, Zero net carbon emissions, 2017. Muhammad Yunus melihat mesin ekonomi kapitalis sudah pecah dan ambruk. Ditandai dengan merajalelanya ketidakadilan ekonomi, masifnya angka pengangguran, dan destruksi lingkungan hidup. We need a new economic system that unleashes as a creative force just as powerful as self- interest. Pada bab pertama bukunya, Yunus langsung menohok The Failures of Capitalism. Kegagalan- kegagalan kapitalisme. Saya pernah mengikuti acara pada salah satu TV Nasional yang bertopik Membangun Peradaban Ekonomi Syari'ah ( tanggal 4 Agustus 2017). Ada beberapa tokoh nasional yang mengajukan pandangan dan pikirannya. Tokoh- tokoh nasional dimaksud, antara lain Dr Muhammad Syafii Antonio, Prof Komaruddin Hidayat, Prof Mudjia Rahardjo. Saya sarikan perbincangan menarik tersebut sebagai berikut: 1. Tantangan kita, bagaimana membumikan gagasan yang baik ini. Bagaimana Pemuda Islam memiliki mental entrepreneurship. Sebab, kita tidak pernah mengalami era industri. Kekayaan alam kita yang melimpah belum mendatangkan kekayaan bagi warganya. Pemdidikan kita kurang mengembangkan skill, dan mental entrepreneurship. Saya pesimis, mata kuliahnya masih happy pada normatif. Dan dosen pengajarnya, bukan praktisi ekonomi. Meskipun mereka memiliki gelar prof dan doktor, tetapi bukan praktisi. Tantangan kita berikutnya adalah masyarakat kita belum syariah. Ada Kyai bertanya, Bank Syariah itu bunganya berapa? Dulu masa Agricultural, siapa yang tanahnya luas, disegani. Sekarang eranya tidak lagi. Maka pemenangnya Bill Gates. Steve Jobs. Lompatannya sangat jauh. Ini era milenia....lompatannya sangat jauh. (Prof Komaruddin Hidayat). 2. Bagaimana mengajak praktisi ekonomi syariah ini untuk mengajar di kampus? 90 persen pegawai di Bank Syariah tidak berlatar belakang ekonomi syariah. Bagaimana kualitas pendidikan tinggi supaya bisa mengenal syariah Islam. Berapa tahun lagi agar mimpi ini bisa terwujud. Jawabannya, seberapa keras dan kuat kita bergerak. Perlu market delivery.Tourisme haji and umrah bisnis. Industri farmasi.Creative industry. Harus kuat dari segi tafsir, hadis, maqashid syariah. Agar anak anak kita berorientasi ke sana. Peraturan Menterinya dipermudah. Peran media harus terus menggaungkan untuk terus bergulir. Endingnya, Indonesia bisa menjadi rule model dunia ( Dr Muhammad Syafii Antonio). Beberapa tawaran solutif, sebagai berikut: 1. Mengajak dan memperbanyak para praktisi dan kalangan profesional untuk masuk kampus. Hal ini dipermudah dengan kebijakan Prof Muhammad Nasir untuk pemberian NIDK, Nomor Induk Dosen Khusus bagi kaum profesional dan praktisi yang memilih profedi dosen. 2. Merombak kurikulum Ekonomi Syari'ah dengan konsep 2 U and 2 I, two years in university, dan two years in industry. Kurikulum tersebut mengakomodasi kebijakan pendidikan dan ristek Malaysia. Bahwa untuk merespon Era revolusi Industri Generasi ke empat, Malaysia memberlakukan kebijakan pendidikan tinggi 2 U and 2 i di atas. Mahasiswa dua tahun duduk di bangku kuliah untuk menerima dan mempelajari teori- teori keilmuan. Dan dua tahun pula terjun di dunia industri untuk memperkuat teori- teori yang mereka pelajari sambil mereka menambah skill dan kecakapan hidup. 3. Kemenag harus mendorong riset- riset unggulan dan riset kolaborasi bidang ekonomi syariah dan segala derivasinya. Riset ekonomi syariah dan segala turunannya harus tercermin dalam ARKAN ( Agenda Riset Keagamaan Nasional). 4. Memperkuat Asosiasi dan atau Konsosrsium Keilmuan bidang Ekonomi Syari'ah yang selama ini sudah terbentuk. Demikian. Semoga sukses. Dan Indonesia makmur.

Senin, 06 November 2017

Redesain Pendidikan Tinggi di Era Revolusi Industri Generasi ke-4

We have entered in revolutionary times, kata Bill Gates. Kita sedang memasuki era revolusi. Revolusi informasi. Akselerasi teknology IT. Kita mengalai era disrupsi. No ordinary disruption, telah terjadi kekacauan yang tidak biasa. Ada empat perubahan yang sedang terjadi dan memengaruhi dunia global. a. Akselerasi teknologi informasi. Terdapat 2/3 warga dunia yang memiliki android, Hp dan mereka semua terkonek dengan internet. Tinggal 1/3 warga dunia yang tidak memiliki Hp. Semua sekarang sudah on line system. Pengusaha Taxi konvensional, collaps dan bangkrut. Mereka kalah cepat dengan Uber car. Grab, Gojek, yang tidak perlu kantor luas. Tidak perlu memiliki motor dan mobil. Mereka hanya menyiapkan on line system. Tidak ada yang salah dari Nokia. Nokia hanya kalah cepat merespon kebutuhan pasar. Sehingga Nokia, hampir gulung tikar, dan disalib oleh Samsung. Blackberry sudah tidak kedengaran lagi. Sarjana dan mahasiswa era sekarang, berbeda dengan 20 tahun yang lalu. Mahasiswa dan sarjana era sekarang, sejatinya multitasking. Mereka bisa mengerjakan dua atau tiga pekerjaan dalam satu waktu. b. Aging population..... Di China dan Jepang, seorang dewasa harus merawat enam orang tua. Dua orang tuanya. Dua mertuanya. Dan dua orang kakek buyutnya yang masih hidup. Sehingga mereka kewalahan dalam merawat manula. Apa yang terjadi? Mereka merawat orang tua tersebut dengan bantuan robot. c. Urban society. Terdapat 440 kota di dunia ini yang menentukan mobilitas tenaga- tenaga profesional dan lajunya perekonomian dunia. Tianjin, China, Tokyo, Jepang, dst. Sejatinya pendidikan yang modern tidak hanya menyasar masyarakat pedesaan, tetapi juga masyarakat kota. Sehingga, keterampilan adalah suatu kemestian. Apalagi dengan iklan Google, rekasasa IT yang mencari karyawan tanpa ijazah. Ini sesuatu yang mengejutkan dunia pendidikan yang selama ini mementingkan ijazah. Ijazah adalah azimat yang merupakan syarat utama dan pertama para pencari kerja. Job seeker sebelum mereka diterima pada suatu instansi atau perusahaan harus terlebih dahulu menunjukkan ijazah yang telah diraihnya. Google tidak memetingkan ijazah. Google memerlukan skill yang dimiliki oleh calon karyawan. Apakah ini merupakan lonceng kematian perguruan tinggi? KKN harus juga menyasar warga kota. Tidak hanya berorientasi ke desa. Sehingga mereka harus memiliki global dexterity, dan plan of prosperity. Ketangkasan global dan kemampuan untuk merencanakan kesejahteraan hidupnya di masa depan. d. Capital, people, investmen. Dengan melihat sejumlah perubahan revolusioner di atas, perguruan tinggi harus menerapkan strategi baru dalam merespon tuntutan zaman. Menteri Pendidikan tinggi dan sains Malaysia telah menerapkan kebijakan 2 U and 2 i. Two years in university, and two years in industry. Dua tahun menerima teori di bangku kuliah, dan dua tahun langsung terjun di dunia industri atau masyarakat. Robert W. McChesney and John Nichols, People Get Ready the Fight Against a jobless economy and a citizenless democracy, 2016. The future is now. Here's how it works. I don't know. I'm not in charge. It is not think different or be what's next... Many of us are not even aware that the game we are watching isn't entertainment, isn't virtual reality. It is our lives. This book will speak about new technologies, about virtual reality, about digitsl destinies, about automation of everything, and about the moment, not far from now, when all the trends of the future that is now give way to what comes next.

Jumat, 27 Oktober 2017

Peluang Pendidikan Tinggi(Islam)

Tantangan dan Peluang Pendidikan Tinggi (Islam) Indonesia Dr Muhammad Zain Posisi Agama di Era Akselerasi Era revolusi IT adalah era akselerasi. Semua serba sibuk. Serba cepat. Yang lambat akan terlindas ileh zaman. Ibarat naik kereta super cepat, telat satu menit akan tertinggal, dan berdampak beberapa jam kemudian. Kita harus berlari kencang. Seperti seekor kijang yang hendak diterkam harimau. Pilihannya hanya dua. Berlari kencang dan selamat. Atau lambat, dan mati diterkam harimau. Is God in cyberspace?, Demikian pertanyaan kritis Thomas L. Friedman dalam buku terbarunya: Thank You for Being Late, an optimist's guide to thriving in the age of accelerations, 2016. Terima kasih karena Anda betul- betul telah telat. Sekarang serba cepat. Semua orang mengalami busy, super sibuk. Digital population. Populasi digital. Kita dapat mengalami the multiple stresses of an age of accelerations, if we slow dawn, if we dare to be late and use the time to reimagine work, politics, and community. Selanjutnya, terdapat beberapa hal yang perlu menjadi pemikiran kita untuk pengembangan dan peningkatan kualitas pendidikan tinggi kita. 1. Rendahnya Literasi Indonesia sudah 71 tahun merdeka. Tetapi menurut data masih terdapat sekitar 5,9 juta warganya yang buta huruf. Jawa Timur memiliki angka tertinggi buta aksaranya, sekitar 1.458.184. Meskipun mereka ini melek terhadap aksara arab gundul. Secara internasional, UNESCO melancarkan gerakan Reading the Past, Writing the Future. Agar warga dunia terbebas dari buta huruf ini. Pendidikan adalah senjata yang paling ampuh untuk mengubah dunia, kata Nelson Mandela. Kita harus melakukan terobosan untuk menghapus buta aksara ini. Dan patut dicatat, buta aksara melanda hampir semua negara- negara berkembang dan masyarakat muslim. Buta aksara atau literasi masih menjadi masalah yang masif melanda dunia muslim. Rata- rata wilayah yang lebih dikenal sebagai "Bulan Sabit" masih mengalami problem rendahnya literasi. 2. Pendidikan Karakter Dewasa ini kita menyadari betapa pentingnya memasukkan pendidikan karakter dalam kurikulum. Setidaknya ada tiga landasan pendidikan karakter ( character-building education). yakni: (a)memasukkan nilai-nilai humanisme, seperti saling menghargai dan menghormati antar sesama. Jepang barangkali bisa menjadi contoh dalam pendidikan karakter yang dimulai sejak pendidikan usia dini. Halmana tradisi dan nilai- nilai luhur mereka tidak tergerus oleh modernitas. Integritas, kejujuran, tanggung jawab, menghormati yang lebih senior, sportifitas, nilai malu terintegrasi dalam kurikulum pendidikan mereka. b) mengembangkan karakter keilmuan, yakni dengan menciptakan curiosity, rasa ingin tahu yang tinggi ( search of inquiry), sehingga ilmu, kreatifitas dan inovasi berkembang; dan (c) menanamkan kecintaan dan kebanggaan kepada Indonesia. 3. Integrasi Ilmu. Mengapa harus ada kedokterandan prodi prodi non agama di kemenag. Transformasi ke Universitas, harus meyakinkan dua hal: a. Tidak "endown grade" kajian kajian keislaman b. Distingsi integrasi keilmuan. Ini ciri khas kami. Setiap UIN yang ada adalah amanah untuk mengembangkan epistemologi integrasi ilmu. Karya- karya penerjemahan tersebut meliputi filsafat, kedokteran, dan sains. Lahirlah filosof muslim, dokter, dan saintis seperti al- Kindi (w. 873), al- Farabi (w. 950), Ibnu Sina ( Avicenna, w. 1037), Ibnu al Haytham (w. 1039), al- Biruni (1.000-1050), dan Ibnu Rusyd ( Averroes, w. 1198). Proses penerjemahan karya- karya Yunani kuna ke dalam bahasa Arab dimulai di Baghdad pada akhir abad ke 8 sampai permulaan abad ke 11 M. Patut dicatat bahwa dalam proses penerjemahan ini, filosof Muslim telah berjasa membangkitkan tradisi akademik Yunani Kuna setelah berabad- abad lamanya tenggelam dalam "rawa-rawa" sejarah. Selanjutnya, perdebatan teologis dan pengayaan pengembangan doktrin- doktrin dalam Islam juga berkait kelindan dengan Helenisme ini. Dalam kaitan ini, tradisi akademik dan filsafat di kalangan Iran perlu diapresiasi. Sebab, tradisi filsafat di Persia ( Iran) tidak pernah berhenti sampai sekarang. Berbeda dengan Arab dan terutama tradisi sunni, pasca Imam al- Ghazali, kajian- kajian filsafat cenderung " meredub". Para filosof muslim, dokter, dan ilmuannya melakukan "quantum leap" yang melampai tradisi akademik sebelumnya. Mereka membangun " the Bridge" keilmuan yang melahirkan renaisan Islam. Selanjutnya, temuan- temuan spektakuler saintis muslim dikembangkan di Barat sampai dewasa ini. Prof Salim T.S al Hassani, 1001 Inventions: the Enduring Legacy of Muslim Civilization, 2012 menulis bahwa kemajuan sain dan teknologi di dunia muslim sungguh luar biasa. Bendungan, menara, kamar mandi, kompas, karpet, universitas, kertas, kincir angin, jam dsb adalah temuan temuan keilmuan spektakuler yang dikembangkan bahkan " diakui" Barat. Kamar mandi bukanlah temuan Thomas Crapper. Tetapi dimulai dari Romawi dan Bizantium, lalu dikembangkan di Baghdad. Berikutnya di Turki. Iran bisa berbangga karena bisa membangun Museum Karpet yang masih menyimpan ratusa model karpet dari zaman ke zaman. Ada juga Bendungan See syeh pool di Isfahan masih merupakan cagar budaya dunia yang mencengangkan. Singkatnya, integrasi ilmu adalah amanah Undang- Undang nomor 12 tahun 2012 tentang pendidikan tinggi. Integrasi ilmu harus menjadi perhatian bersama, dan telah memiliki legitimasi historis, dan landasan filosofis serta epistemologis yang kuat. Tantangan kita adalah menerjemahkannya dalam sebuah kurikulum yang komprehensif di PTKI. 4. Current Issues Pendidikan Tinggi Barangkali untuk pengembangan Pendidikan Tinggi di Indonesia, realitas berikut dapat menjadi bahan pemikiran. (1). Mobilitas dosen antar Universitas di Indonesia, dosen cenderung pensiun di tempat. Mereka rata- rata tidak mengalami pengalaman mengajar di tempat lain. Bahkan tragisnya, terkadang ada dosen yang mengajarkan mata kuliah di luar kompetensinya hanya karena alasan pemenuhan BKD. Ada juga dosen memiliki keahlian dan kepakaran tertentu, tetapi sesungguhnya sangat dibutuhkan oleh perguruan tinggi lain. Sehingga perlu kebijakan komprehensif untuk melakukan migrasi dosen dalam waktu tertentu agar terjadi distribusi kepakaran secara merata. Dan tidak menumpuk pada perguruan tinggi tertentu. (2). Tantangan pendidikan di era MEA. New Think Asean, kata Philip Kotler. Asean sulit diprediksi. Ada banyak pemain baru dalam seluruh sektor, ekonomi, politik, pendidikan dan budaya. Asean sekarang sudah sangat berbeda dengan 20 tahun yang lalu. MEA adalah peluang pasar bagi Indonesia. Tantangan kita, (a). Masalah bahasa. (b). Mobilitas mahasiswa, dosen dan peneliti. Kedua tantangan ini bisa dilakukan international summer program, lecturer/ researcher exchange program, joint risearch, joint seminar, dst. (c). Menyehatkan PTN- PTS Ada sepuluh PT terbaik Amerika. Semuanya PTS dan didanai oleh donatur kaya. Universitas Harvard memiliki dana abadi sebanyak Rp. 473,2 triliun. Donatur Dari filantropis kaya semacam Rockefeller, John F Kennedy, dan Melinda Gates banyak investasi untuk pendidikan dan kesehatan. Di Indonesia kita sulit mendapatkan orang kaya seperti itu. PTS kita secara nasional banyak yang sakit- sakitan. Dari 3.078 PTS, baru 111 (3,6%) mengajukan akreditasi institusi. Itupun baru 4,5% yang mampu terakreditasi B, dan selebihnya C. Masih ribuan yang belu mengajukan akreditasi. Mengerikan. Sementara ada 70% mahasiswa Indonesia kuliah di PTS. Ditambah lagi, dengan 1/3 PTS yang masih luhur dan bersikukuh dalam menjalankan misi PT. Selebihnya, PTS dijadikan sebagai pundi- pundi income oleh pendirinya. Ada juga untuk kepentingan bisnis, kepentingan pribadi sebagai sumber dana kampanye, dst. PTS sulit mendapatkan izin prodi yang laris- manis seperti Prodi Ilmu Kedikteran dan semua turunannya. Dosen PTS juga hanya sedikit yang bisa berfungsi sebagai dosen. Padahal untuk melaksanakan tridharma, PT sangat membutuhkan dosen yang bermutu, laboratorium, perpustakaan yang lengkap, proses belajar mengajar yang maju. Sehingga kita bisa melahirkan lulusan yang terampil dan berdaya saing. ( Elfindri, Kompas, 4 maret 2016). (d).Pengembangan bidang ilmu. Data Forlap Kemenristek Dikti (2016), jumlah prodi sebanyak 23.747. Sains dan teknik yang mencakup MIPA, teknik, kedokteran, kesehatan, dan pertanian. Selebihnya ilmu- ilmu sosial dan humaniora, seperti ekonomi, politik, hukum, sosiologi, antropologi, sejarah, filsafat, dan agama. Jumlah prodi sains- keteknikan lebih sedikit dibanding ilmu sosial dan humaniora. Sains keteknikan sebanyak 10.135 prodi sekitar 43%. Dan ilmu sosial dan humaniora sebanyak 57% ( 13.611). Dari jumlah mahasiswa sebanyak 5. 228.562, yang menekuni sains keteknikan hanya 1.593.882(30,5 persen). Dan mereka yang menekuni bidang ilmu sosial dan humaniora sebanyak 3. 634.679(69,5 %).Sehingga terjadilah ketimpangan. Terjadilah inflasi sarjana ilmu-ilmu sosial humaniora. Lebih banyak " pengamat" daripada ahli. Defisit sarjana teknik tak terhindarkan. Indonesia kekurangan insinyur. Diperkirakan tahun 2015-2025, kita kekurangan insinyur sekitar 15 ribu pertahun. Pada tahun 2020-2025 kita membutuhkan insinyur sebanyak 90.500 pertahun. Fenomena Menguatnya Conservative Turn? Agama: rahmat dan "bencana"? Dalam studi agama-agama, memang biasa kita mendengarkan ungkapan bahwa agama itu memiliki dua sisi. Yakni sisi perekat sosial dan sekaligus "pemecah". Dengan agama dengan konsep keumatannya dapat menjadi "kohesi" sosial yang sangat kental. Sebaliknya, dengan ajaran agama yang dipahami dalam aspek tertentu, agama dapat menjadi pemicu konflik sosial. Contoh kecil, apabila ada orang yang "berpindah" agama, maka hak-hak dalam keluarganya secara otomatis "terputus" termasuk hak waris. Ada hadis yang berbunyi: la yarithu al-muslim al-kafir.Wa la al-kafir al-muslim. Seorang muslim tidak boleh menerima dan memberi harta waris dari dan kepada seorang kafir. Demikian sebaliknya. Kalau ada kelompok keluarga yang kebetulan keluar Islam dan memeluk agama lain, atau yang bersangkutan "murtad"--tentu dengan berbagai pandangan tentang murtad ini--, maka dia secara otomatis terputus hak-hak kewarisannya. Bagaimana ini? Sebaliknya, kalau ada orang kafir atau komunitas lain yang memeluk Islam, maka tanggung jawab sosialnya menjadi tanggung jawab "umat", komunitas muslim. Mereka biasa menyebutnya sebagai "muallaf". Bahkan muallaf ini menjadi salah satu golongan penerima zakat (dari delapan kelompok/ thamaniyat ashnaf). Charles Kimball menulis buku dengan judul: When Religion Becomes Evil, 2008. Buku ini sudah diterjemahkan oleh Nurhadi dan Izzuddin Washil dengan judul: Kala Agama Jadi Bencana, Mizan, 2013. Buku ini menarik karena merangkum perjalanan panjang penulisnya yang sudah melanglang buana dalam studi agama-agama besar dunia. Kimball, penulisnya merisaukan konflik agama dan munculnya ektrimisme dalam agama-agama besar dunia, termasuk Islam. Ada fenomena menarik dan kita sulit memahami mengapa sunny-syi'ah di Iraq masih saja saling bunuh-bunuhan? Mengapa gerakan Hizbut Tahrir, Taliban, dll masih saja berkembang subur? Mungkin inilah faktor mengapa gerakan atheisme-intelektual semakin tumbuh subur juga, seperti Christopher Hitchen dengan karyanya: God is not Great: How Religion Poison Everything (2007), Richard Dawkins, The God Delusion (2006), Sam Harris, The End of Faith (2004), dst. Dulu, kita hanya gelisah dengan karya-karya Karl Max, Das Kapital, Nietzhe, Zaratustra, Charles Darwin, The Origins of the Species, dll. Agama-agama besar dunia harus berbenah diri. Kalau tidak, agama-agama besar dunia akan ditinggalkan. Belakangan, kita melihat gerakan Karen Armstrong yang gencarnya mengkampanyekan "cinta kasih". Pengembaraan Armstrong yang panjang dalam menggeluti studi agama-agama besar dunia seperti Katolik, Yahudi, Budhdha dan Islam, mengantarkannya untuk berpendapat bahwa ternyata kita harus segera menampilkan agama-agama pada masa Aksial. Masa Aksial adalah masa sekitar Nabi Ibrahim a.s. Di sanalah sisi-sisi agama yang paling otentik. Demikian pandangan beliau dalam The Great Transformation. Bagaimana dengan PTKI? Kita harus menjawab tantangan- tantangan pengembangan pendidikan tinggi tersebut. Kita harus terus berinovasi untuk menciptakan peluang- peluang baru. Penguatan akreditasi prodi dan institusi harus menjadi konsern pimpinan perguruan tinggi. Peningkatan kualitas dosen adalah sesuatu yang tidak bisa ditawar lagi. Publikasi ilmiyah harus terus digenjot agar kita mendapatkan recognition, pengakuan baik nasional, regional ASEAN maupun internasional. Pemenuhan infrastruktur kampus harus terus dibenahi agar civitas akademik bisa betah mengembangkan ilmu dan proses pembelajaran di kampus. Kampus yang ikonik harus kita bangun yang akan menjadi kebanggaan Kemenag dan bangsa kita. PTKI harus berdiri pada garis terdepan dalam menyuarakan moderasi Islam. Pimpinan PTKI harus tegas menolak bentuk- bentuk gerakan dan kegiatan radikalisme agama yang berujung pada pelemahan pilar- pilar bangsa. Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. Wa Allah a'lam bi al- shawab.

Jumat, 20 Oktober 2017

Tafsir Sayyid Quthub

Sayyid Quthub: Tafsir Gender Sayyid Quthub dikenal sebagai aktifis pergerakan Islam politik. Ia adalah seorang tokoh Ikhwan al Muslimin yang sangat berpengaruh di Mesir dan dunia. Ia bahkan ditengarai inspirator sejumlah gerakan terorisme modern. Jamal Abdul Nasser menuduhnya ingin menggulingkan pemerintahannya. Sayyid Quthub memang bercita- cita mendirikan negara Islam, tetapi belum ditemukan bukti yang kuat bahwa Quthub akan menggulingkan Jamal Abd Nasser. Quthub akhirnya wafat di tiang gantungan pada tahun 1966. Mengenai gerakan dan aktifitas politiknya sudah banyak sarjana yang mengkaji pemikiran beliau. Bahkan Tafsir Fi Zhilal al- Qur'an ditengarai sebagai tafsir haraky waqi'iyah, tafsir bercorak pergerakan politik. Hal yang menarik adalah kajian Dr Halimah, Dosen UIN Alauddin Makassar yang membahas pemikiran gender Sayyid Quthub. Beberapa kesimpulan disertasi Dr Halimah dapat dicatat sebagai berikut: 1. Perempuan boleh bekerja di luar rumah. Dengan syarat, mereka tetap menutup aurat dan memang pekerjaan tersebut sangat dibutuhkannya untuk menopang kehidupannya. 2. Hukum waris sebagaimana digariskan dalam al-Qur'an adalah yang terbaik. Bahwa ketentuan pembagian harta waris 2:1 adalah sudah tepat dan berkeadilan. Bahwa anak laki- laki mendapatkan dua bagian lebih banyak dari anak perempuan memang sudah sesuai dengan prinsip al- tawazun wa al-'adl. Sebab, anak laki- laki menanggung beban kekuarga yang lebih berst ketimbang anak perempuan. Pandangan Sayyid Qutuhub ini barangkali didasarkan pada kultur bangsa Arab. Bahwa kalau seorang ayah meninggal dunia, maka seluruh tanggung- jawab keluarga diambil- alih oleh anak laki- laki. Tanggung jawab dimaksud termasuk finansial. Jadi kalau ia memiliki saudara perempuan lima, maka tanggung jawabnya meliputi kelima- limanya meskipun si anak laki- laki tadi sudah berkeluarga. Sampai saudari perempuannya menikah. 3. Kesaksian perempuan diterima dalam hal saksi jual- beli. Yakni 2:1. Dengan didasarkan pada kaidah hukum, al- hukm yaduru ma'a al- 'illat wujudan wa 'adaman. 4. Tafsir Surah al- Nisa' ayat 1.....bahwa manusia tercipta dari nafsin wahidatin, dari diri yang satu, Sayyid Quthub sama sekali tidak menyinggung riwayat tentang asal- usul manusia dari Adam dan Hawa. Quthub lebih menekankan bahwa penghormatan kepada perempuan karena berasal dari ayah dan ibu yang sama. 5. Tafsir Fi Zhilal al- Quran termasuk tafsir bi al- ra'yi. Quthub sering mengandalkan pemikirannya sendiri. Quthub tidak banyak mengutip pandangan mufassir modern apalagi tafsir- tafsir klasik. 6. Yang mengejutkan adalah Dr Halimah menyimpulkan bahwa tafsir Sayyid Quthub tentang gender termasuk tafsir yang moderat. Sayyid Quthub selama ini ditengarai sebagai skripturalis sebagaimana para aktifis Ikhwan al Muslimin lainnya ternyata lebih banyak menggunakan ra'yu ketimbang hadis atau pandangan ulama terdahulu. 7. Tentang poligami, Quthub berpandangan bahwa itu adalah rukhshah, diberi kemudahan dan kelonggaran bagi laki- laki yang mampu berlaku adil. Ada tiga argumen yang diajukan Quthub. a. Karena jumlah perempuan lebih banyak. b. Karena layak menikah datipada terjatuh pada perbuatan zina. C. Menimah dengan tidak sembunyi- sembunyi, nikah sirri. Argumen lain ynag diajukan adalah masa produktifitas laki- laki lebih panjang daripada perempuan. Perempuan rata- rata memasuki usia manupouse pada umur 50 tahun. Sementara laki- laki bisa sampai umur 70 tahun. Jadi ada jarak 20 tahun masa produktifitas seorang laki- laki. Jarak 20 tahun ini adalah peluang bagi laki- laki untuk melakukan poligami. Demikian penjelasan dalam kitab al- Salam al- 'alamy wa al Islam, Islam dan Perdamaian Dunia, terbit tahun 1960. Pembahasan yang sama juga dijelaskan oleh Nushair Zirwaq dalam kitabnya Maqashid al-Syari'at fi Fikr Sayyid Quthub. Ada sekitar 25 buku karya Sayyid Quthub yang dicetak. Beberapa di antaranya yang menarik menjadi bahan kajian: a. Ma'alim fi al- Thariq, 1964. Kitab ini tergolong tipis tetapi dianggap memengaruhi aktifis dan gerakan radikal di seluruh dunia. Sewaktu saya berkunjung ke Shana' a Yaman, saya menyelinap masuk ke markas Islam garis keras. Saya masuk ke perpustakaan mereka dengan maksud agar bisa melihat langsung, kitab- kitab apa yang mereka baca setiap harinya. Saya melihat ada beberapa kitab yang dibaca, antara lain: Kitab Majmu' Fatawa Ibnu Taimiyah, dan karya- karya lainnya, kitab Ma'alim fi al- tharieq, kitab Tafsir Fi Zhilal al- Quran, kitab Nashiruddin Al- Albany. Saya juga melihat ada Tafsir Ibnu Jarir al- Thabary. Tafsir al- Thabary, saya kira tafsir standar siapa pun yang melihat tafsir bi al- ma'tsur. b. Al-'Adalah al- Ijtima'iyah fi al- Islam, 1949. Kitab ini berbicara tentang keadilan sosial dalam Islam. Ada bab yang cukup provokatif yang membahas sahabat nabi dan relasi harta. Bab ini mebahas daftar kekayaan para sahabat Nabi yang selama ini diteladani oleh mayoritas umat Islam. Kita terkaget- kaget membaca bab ini. Barangkali karena kitab inilah sehingga Sayyid Quthub biasa dituduh sebagai orang yang menghujat sahabat Nabi. Kesimpulannya, sahabat juga "doyang" mengumpulkan harta- harta. Bahkan ada sahabat yang memiliki rumah mewah dan tanah yang sangat luas. c. Muqawwimat al-Tashawwur al-Islamy d. Naqd al- adaby e. Tashwir al- Fanni fi al- Qur'an, 1949 f. Mashahid al- Qiyamah fi al- Qur'an, 1954. g. Islam wa Musykilat al- Hadharah, 1962. h. Tafsir Ayat al- Riba I. Muhimmat al- Sya'ir fi al Hayah j. Amrika min al- Dakhil bi- minzar. k. A Child Village, Anak dari Desa. l. The Islamic Concept and it'a charactheristics. m. Basic Principles of Islamic Worldview n. The Sayyid Quthub Reader: selected writings on politics, religion, and society oleh Albert J. Bergesen, Routledge, 2007. o. Karya yang terkait lainnya adalah yang ditulis Shalah Al Fattah Khalidi, Sayyid Quthub Min al- Milad ila al- Istisyhad yang memuat biografi Quthub sampai wafatnya di tiang gantungan. Ada lagi kitab yang ditulis Khalidi, dengan judul al- Madkhal fi Tafsir fi Zhilal al- Qur'an, pengantar untuk tafsir Fi Zhilal al- Quran. Dengan kitab ini kita bisa memahami peta pemikiran Quthub. Ada lagi kitab Manhaj al- Haraky fi Dzilal al- Qur'an. Kitab ini memuat metode tafsir al- haraky dalam Tafsir Fi Dzilal al- Qur'an. Di sana dibahas Manhaj al- Jamali, seni dan keindahan, dan manhaj al-fikri, pemikiran. Wal hasil, Quthub memang sarjana muslim yang kontroversial. Quthub selalu menjadi kenangan bagi pergulatan pemikiran politik Islam. Quthub telah wafat di tiang gantungan, tetapi pemikirannya tetap hidup di hati umat.

Kata-Kata Bijak

Kata-kata Bijak 1. Kita harus bergantung pada kekuatan dalam diri sendiri. 2. Kita tidak bisa meramalkan takdir, tapi kita bisa menemukannya dengan berlari kencang. 3. Ketika kehidupan menjatuhkanmu, kamu harus memilih, bangkit atau tetap tergeletak ( dari Film Karate Kid). 4. Kegagalan tidak akan pernah terjadi pada anda, jika tekad anda untuk sukses cukup kuat. 5. Peluang itu seperti matahari terbit. Jika menunggu terlalu lama, Anda akan kehilangan mereka ( Arthur Ward, 1921-1994, penulis Amerika). 6. Selalu bersemangat pasti bisa dan berani bermimpi besar ( Merry Riana, Milyarder). 7. Inovasi bagi saya adalah memberi nilai tambah bagi konsumen ( Marry T Barra, CEO General Motors).

Jumat, 15 September 2017

Average is Over.....

Tyler Cowen menulis buku inspiratif dengan judul: Average is Over, Powering America beyond the age of the Great Stagnation, 2013. Hal yang biasa-biasa saja sudah berakhir. Kita harus mengembangkan keilmuan yang distingtif. Dalam kaitan ini, Tyler mengajukan beberapa pandangan, antara lain: 1. Relearning Education. One goal of better education is to procure better earnings. Satu tujuan pendidikan yang berkualitas adalah mengarahkan peserta didik untuk mendapatkan penghasilan yang lebih baik. Pendidikan harus menyiapkan peserta didik untuk pencapaian ini. Para mahasiswa sedari awal sudah bisa melakukan plan of prosperity. Mereka sejak menginjakkan kaki di kampus harus sudah diarahkan untuk bisa merancang rencana hidup yang sejahtera. Dalam kontek ini pula perguruan tinggi, semestinya para mahasiswa diajarkan " global dexterity", ketangkasan global. Sehingga. mereka kelak tidak canggung dengan orang luar. Dalam situasi apa pun mereka dapat berinteraksi produktif. Mereka bisa mendongakkan kepala sejajar dengan bangsa lain. Itulah sebabnya, sehingga mereka harus dibekali dengan kemampuan bernegosiasi. Cross cultural studies juga diajarkan kepada para mahsiswa, apa pun program studi yang ditekuninya. Sebagai "warga dunia", kita sesungguhnya sudah menjadi "pekerja pada tingkat dunia" ( a global worker) -- meminjam istilah Andy Molinsky dalam bukunya Global Dexterity, (2013). Tidak ada lagi kualitas lokal. Tidak ada lagi toleransi untuk menawar standar akademik. Meskipun kita berada di daerah, kualitas harus tetap dijaga. Jangan sampai perguruan tinggi melahirkan sarjana ÿang tidak bisa bunyi". Ada gambar, tetapi tidak ada suara. Tugas insan Kampus harus memperbanyak jumlah middle class society. Sebab, negara yang maju dan tangguh adalah negara yang memiliki populasi middle class lebih banyak. Semakin banyak jumlah "kelas menengah" sebuah negara, maka semakin maju dan kuatlah negara tersebut. itulah sebabnya, kita sangat sulit menandingi Amerika, Kanada, dan Singapura. Sebab, negara-negara ini memiliki jumlah kelas menengah yang banyak. Jumlah entrepreneur negara Amerika sekitar 12%. Mindset mahasiswa harus berubah menjadi mentalitas pengusaha. Tidak semata- mata menjadi pegawai negeri sipil. Mahasiswa juga harus memiliki skill set. Keterampilan yang memadai harus menjadi prasyarat untuk bisa bersaing dengan angkatan kerja. Walhasil, untuk mencapai semua ini, maka mesin-mesin intelektual harus berfungsi. 2. New higher education models. Kita membutuhkan model pendidikan tinggi yang baru. We have entered revolutionary time. Kita sedang berada pada era revolusi. We live in extraordinary times, kata Bill Gates. Kita sedang hidup dan memasuki masa yang luar biasa. Perubahan demikian cepatnya terjadi. Chaotic era. Era yang karut marut. Informasi berseliweran. Untuk sukses dibutuhkan fokus. Sedikit saja menoleh, maka kita kehilangan kesempatan. Di kampus kita sedang berhadapan dengan New students. Mahasiswa yang maha terkonek (hyperconnected). MarkZuckerberg dengan facebooknya telah mengubah tatanan dunia global. Koneksitas. Silaturahim sudah berubah menjadi bertemu secara on line. Sehingga lahirlah Facebooker society. Masyarakat facebook. Masyarakat berubah dengan lifestyles yang baru. Manusia baru. Bertemu tetapi tidak bergaul terutama di kereta api, di bus, di pesawat, dst. 3. The end of average science. Era sekarang adalah Spesialisasi. Bahkan Hyperspecialization. Seperti dokter ahli ayam. Ada dokter Anak ayam betina. Ada dokter ahli Anak ayam jantan. Dokter ahli saraf. Dokter ahli jantung. Dokter ahli telinga kanan dan kiri, dan seterusnya. Kita tidak boleh lagi menjadi Syeikh Sagala. Semua serba tahu. Tahu banyak dalam sedikit. Tahu sedikit dalam banyak. Spesialisasi menjadi sangat penting.

Minggu, 03 September 2017

Nasehat Kematian

Adalah Ahmad ibn Hamid al Aswad datang kepada Ahmad ibn al- Mubarok. Aku bermimpi, engkau akan meninggal satu tahun lagi. Barangkali engkau akan bersiap- siap untuk keluar dari dunia. Ibn al- Mubarok berkata: setahun adalah waktu yang terlalu lama. Dalam hal kematian, aku sangat menyukai syair Abu Ali al Saggaf: Wahai yang tercekam rindu karena perpisahan panjang. Bersabarlah, siapa tahu engkau esok bertemu sang Kekasih. Jadi bagi sufi, kematian bukanlah sesuatu yang menakutkan. Sehingga kita harus menghindarinya. Kematian justeru pintu untuk bertemu dengan Sang Kekasih. Kematian adalah sesuatu yang sangat dirindukan.

Rindu Rasjidi

Prof H.M. Rasjidi adalah seorang sarjana muslim Indonesia yang tangguh. Beliau memiliki tradisi akademik timur tengah dan barat. Sedari kecil sudah hafal al- Quran 30 juz. Lahir di Kota Gudeg Yogyakarta. Beliau pernah tinggal di Mesir dan Kanada. Dan hal yang menarik, beliau mengambil program doktoralnya di Sorbonne University. Sorbonne University adalah universitas tua yang merupakan tempat belajar dan mengajar para orientalis. Prof Rasjidi juga adalah Menteri Agama RI yang pertama. Untuk mengenang jasa beliau, di Kemenag sekarang ada sebuah Aula yang diberi nama H.M. Rasjidi. Setiap membaca buku dan pikiran Prof Harun Nasution, saya selalu teringat H.M. Rasjidi. Dua buku laris karya Prof Harun Nasution dikritik habis Prof Rasjidi. Buku Filsafat dan Mistisisme Islam dan Islam ditinjau dari berbagai aspeknya. Sayang sekali, Prof Harun Nasution tidak memberikan bantahan atau komentar terhadap kritik H.M Rasjidi tersebut. Barangkali karena ketawadhuan beliau kepada H.M. Rasjidi sebagai mentor yang telah mengarahkan Prof Harun Nasution untuk mengambil studi doktoralnya di McGill University, Canada. Prof Harun ke Kanada atas jasa Prof Rasjidi. Atau barangkali karena Prof Harun sudah menyadari bahwa Prof Rasjidi tidak perlu ditanggapi karena beliau berbeda perspektif dalam masalah- masalah yang disampaikannya. Energi positif kita lebih baik diarahkan kepada hal- hal produktif demi kemajuan dan pembaruan pemikiran keagamaan di Indonesia. Saya tergelitik cara Prof Rasjidi mengkritik siapa pun yang dianggap melenceng. Dan saya kira tradisi akademik seperti ini juga perlu dilestarikan. Salah satu kritik Rasjidi yang menarik perhatian saya adalah ketika beliau mengkritik Dr Karel A. Steenbrink. Karel menulis penelitian serius lewat bukunya: Beberapa Aspek tentang Islam di Indonesia Abad ke-19. Prof Rasjidi memberi tiga catatan, sebagai berikut: 1. Syarat untuk menulis sejarah adalah penghayatan atau intuisi--meminjam istilah Bergson, filosof Prancis. Yakni sikap bersatu dengan apa yang ditulisnya. Dalam hal ini kami merasakan kekuarangan ini. .....karena pengarang--Dr Karel-- pada dasarnya adalah seorang sarjana theologi Kristen. Cara penyajiannya terhadap peristiwa-peristiwa penting seperti Perang Diponegoro, Perang Padri dan Perang Aceh tidak dapat diterima dengan rasa puas, ibaratnya hidangan nasi goreng yang lezat tetapi banyak gabah yang tercampur dengan nasi. 2. Kita harus ingat bahwa sejarah adalah science conjecturale, pengetahuan dugaan, artinya kebenaran sejarah tidak seperti kebenaran ilmu eksperimental. Sejarah selalu mengandung unsur jiwa penulisnya, sedang matematika dan ilmu eksperimental mengandung kepastian yang sangat besar. 3. Abad ek-19, Indonesia belum mengetahui pengetahuan-pengetahuan modern sama sekali. Seluruh bangsa- bangsa Islam hidup dalam kungkungan kitab-kitab yang tertulis pada zaman stagnasi pemikiran. Demikian kritik Prof Rasjidi. Tajam dan tetap memegang kaidah- kaidah akademik. Itulah sebabnya, sehingga Prof Rasjidi biasa disebut sebagai "Benteng pertahanan Umat". Dulu, kita berharap tradisi kritik demikian itu dilanjutkan oleh generasi berikutnya. Kita berharap banyak Ridwan Saidi--budayawan-- dan Dr Daud Rasyid bisa melanjutkannya. Tetapi ternyata tidak bisa melakukan hal yang sama. Tradisi kritik itu hanya berakhir pada era H. M Rasjidi.

Rabu, 30 Agustus 2017

Daya Tarik Thailand

Wisata Thailand termasuk maju di kawan Asia Tenggara. Ada beberapa faktor mengapa Thailand menjadi destinasi wisata dunia. 1. Paket wisatanya murah-murah. 2. Ada banyak festival. 3. warganya terkenal ramah. 4. Ada subsidi yang signifikan dari pemerintah. 5. Bebas pajak, sehingga harga-harga murah. Duty free termasuk belanja di Mall-mall dan bandara sekali pun. 6. Akses seks juga muda dan murah. Meskipun faktor yang satu ini tidak selamanya menjadi daya tarik utama bagi Thailand. 7. Dalam penjara ada banyak remisi. Setiap hari ulang tahun raja dan keluarganya ada remisi. Dan mereka cenderung mendeportasi warga asing yang dipenjara. Sehingga negaranya berkurang. Orang Indonesia, konon hanya tinggal 3 orang yang dipenjara di Thailand. Mereka ini pernah merampok. Bahasa Thai sangat sulit dipelajari. HA o bisa bermakna sembilan, ayam, nasi, dan banci. makna-makna tersebut tergantung intonasi ketika mengucapkannya.

Mr. Lee Myung-bak

Lee Myung- bak: Tukang Sampah menjadi Presiden Sekilas latar belakang Lee Myung-bak. Lee Myung-bak lahir di Osaka, Jepang, 19 Desember 1946. Lee terlahir sebagai orang miskin. Lee lahir pada masa perang Korea berkecamuk. Lee terlahir dari kehidupan yang sangat miskin. But through intellegende and self- determination, he excelled in school, putting himself through college hauling garbage six times a day to pay for tuition. Lee adalah presiden Korea Selatan sejak 25 Februari 2008 hingga 25 Februari 2013. Sebelum menjadi presiden, ia pernah menjabat CEO Hyundai Engineering and Construction dan wali kota Seoul. Dari istri bernama Kim Yoon-ok, Lee memperoleh tiga anak perempuan dan satu anak laki-laki. Kakak tertuanya bernama Lee Sang-deuk, seorang politikus Korea Selatan. Lee adalah seorang penganut Gereja Presbiterian Somang. Ia lulus dari Universitas Korea dan mendapat gelar kehormatan dari Universitas Paris Diderot pada 31 Mei 2011. Lee dikenang sebagai presiden yang berhasil mengubah pendekatan pemerintah Korea Selatan terhadap Korea Utara, memilih strategi garis keras untuk menghadapi provokasi dari Utara, sambil menyokong dialog regional dengan Rusia, RRC, dan Jepang. Di bawah pemerintahan Lee, Korea Selatan meningkatkan visibilitas dan pengaruhnya di arena global, dan terpilih sebagai tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi G-20 Seoul 2010. Ia adalah anggota Partai Besar Nasional (Grand National Party). Sebagai walikota Seoul, ia dikenal dengan kebijakan-kebijakan kontroversialnya seperti restorasi Cheonggyecheon. Ia mengakhiri masa jabatan lima tahunnya sebagai presiden pada 25 Februari 2013 untuk kemudian digantikan oleh Park Geun-hye.( kutipan utuh dari Wikipedia). Kunci sukses Lee, baik sebagai direktur utama CEO Hyundai pada umur 35 tahun maupun sebagai presiden Korea Selatan adalah six strategies, a. Efficiency b. Brand name c. Sustainable growth, kesinambungan. d. Marketing, pemasaran e. Balance development, pembangunan yang seimbang. f. Coordination. Pada diri Lee terjadi kombinasi yang sangat apik dan utuh seorang entrepreneur dengan seorang birokrat sejati. Hidup bersih dan bermartabat. Lee bisa mengubah masyarakat Korea Selatan dari miskin menjadi makmur. Lee memiliki nyali dan berani meninggalkan komunisme dan menggantikannya dengan kapitalisme. Kebangkrutan Korea Utara karena tetap mengikuti nasehat Michael Gorbachev. Bahwa komunisme adalah jalan keluar terbaik menuju negara makmur. Dan tesis Gorbachev ternyata keliru. Sampai hari ini Korea Utara tetap saja negara miskin sementara Korsel tetangganya sudah sangat maju. Ada dua buku biograpi Lee Myung-bak yang sangat menarik untuk dibaca, sebagai berikut: 1. The Uncharted Path: The Autobiography of Lee Myung-Bak, 2012. 2. Making Hyundai, Remaking Seoul: From CEO to South Korea's President, 2010. Ada hal menarik yang ditulis pada cover dalam bukunya yakni penghormatan yang demikian tinggi kepada jasa seorang ibu. Dan pernyataan cinta suci kepada sang isteri. Untuk ibuku, yang mengajariku untuk gigih, Melayani, mencintai dan berharap. Untuk isteriku, Yoon-ok, Ratuku yang tercantik Untuk semua yang tak terlupakan. Selanjutnya, dalam buku tersebut, Lee memaparkan secara jujur kiat- kiat dan nasehat suksesnya, antara lain: 1. Kalau menerima telpon dengan suara lantang dan bersemangat. Selaiknya seorang eksekutif harus mengangkat telpon kapan pun. Bahkan pada larut malam pun, Lee akan mengangkat telpon dengan bersemangat. Setelah itu, bekiau menutup dan mematikan hand phone. Sehingga orang terkadang mengira beliau tidak pernah tidur. Lee terkenal dengan pekerja keras dan handal. 2. Kunci sukses dalam manajemen adalah mempekerjakan pakar, inovasi dan memiliki visi yang futuristik. 3. Banyak menulis memo agar tidak lupa. 4. Siapa pun bisa menjadi pekerja keras, tapi yang lebih penting menjadi pekerja cerdas. 5. Dalam bisnis dan diplomasi, kita harus mengejar peluang sekecil apa pun. Enam strategi Lee yang membawanya sukses dalam memimpin Hyundai menjadi perusahaan raksasa yang berkembang pesat dalam bidang pertambangan minyak bumi, gas, batubara, dan tentu industri mobil. Lee juga mengubah haluan Kota Seoul menjadi lebih maju. Lee membawa Korea Selatan ke kancah dunia internasional sebagai negara maju dan berdemokrasi. Bekerja keras Bekerja cerdas Dan selalu bersyukur Motto hidupnya. Dan semua kunci suksesnya diramu dari kegetiran hidup

Senin, 28 Agustus 2017

Selamat Datang: Mahasiswa Baru

Setiap saya berhadapan dengan mahasiwa, saya selalu teringat puisi Taufik Ismail. Puisi tersebut ditulis pada era reformasi Indonesia,tahun 1998. Puisi tersebut berjudul: Takut. Mahasiwa takut kepada dosen Dosen takut kepada Ketua Jurusan Ketua Jurusan Takut kepada Dekan Dekan takut kepada Rektor Rektor takut kepada Dirjen Dirjen takut kepada Menteri Menteri takut kepada Presiden Dan Presiden takut kepada mahasiwa. Masa-masa indah di sekolah menengah atas adalah masa-masa penuh kenangan. Masa kuliah adalah masa perjuangan. Setiap lulusan SMA mendambakan menjadi seorang mahasiswa. Mahasiswa biasa diidentikkan dengan sosok yang memiliki idealisme tinggi. Merekalah pendobrak kemapanan. Mahasiswa aktifis. Mahasiswa yang peduli dengan gerakan keadilan sosial. K. Bertens menulis panduan kecil agar mahasiswa sukses dalam menjalani kuliah. Mulai perkenalan kampus. Kiat-kiat dan strategi menempuh perkuliahan. Manajemen waktu. Makna dan hakikat mahasiswa, yang asal katanya dari bahasa Yunani bermakna kerja keras, tekun, dan ulet. Seorang mahasiswa harus memahami dan mengerti makna student. Dalam menjalani perkuliahan, mahasiswa harus belajar mandiri, dan tidak sekedar mengandalkan dosennya. Dosen memberi kuliah tentu tidak utuh. Kuliah itu ibarat memukulkan paku pada sebatang kayu. Kuliah itu seperti tukang kayu. Pukulan selanjutnya, kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya dilakukan mahasiswa sendiri. Itulah sebabnya, sehingga mahasiswa dianjurkan untuk memanfaatkan sumber-sumber belajar seperti perpustakaan, digital library, wifi di kampus, informasi senior, dan sebagainya. Mahasiswa yang tekun, ulet, menjaga kesehatan, mengikuti kuliah dengan baik, bersosialisasi dengan lingkungan kampusnya, memanfaatkan perpustakaan, pastilah akan meraih sukses dalam menempuh perkuliahan. Andre Wongso dalam sebuah Koran menulis dalam bentuk kisah. Syahdan, seorang tua kaya bertemu dengan anak muda berbadan tegap. Kekar. Kuat. Perkasa. Sayang seribu sayang, meskipun berbadan kekar, ia hidup miskin. Pak Tua menyapanya, hei anak muda tampan dan kaya. Anak muda itu, tersinggung. Sebab, pada faktanya, ia adalah pemuda miskin. Mengapa pak tua menyapa diriku sebagai anak muda kaya. Padahal saya ini orang miskin, protesnya. Pak Tua, maukan kamu menjual kupingmu seratus keping emas? Tidak, jawabnya tegas. Maukah kamu menjual tanganmu seratus keping emas? Tidak. Maukah kamu menjual kakimu seharga seratus keping emas? Tidak, jawabnya lagi. Demikian seterusnya. Pak Tua berkata, ternyata Anda ini anak muda kaya. Hernando De Soto dalam risetnya menemukan bahwa ternyata negara- negara miskin itu merasa miskin karena tidak pernah secara tepat menghitung aset- aset yang dimilikinya. Aset yang dimaksud adalah rumah, tanah meskipun tanah kosong, dirinya sendiri, dst. Kita ini, orang Indonesia, sesungguhnya sangat kaya dengan sumber daya alam yang melimpah. Tetapi mengapa hidup kita tidak makmur? Tidak sejahtera? Karena tidak memiliki skill yang cukup mengelola alam raya ini. Hamparan savana, pantai yang indah, gunung- gunung, aneka flora dan fauna, dst adalah kekayan alam yang tiada duanya di dunia ini. Kita harus belajar dari negara tetangga Singapura. Negara kecil mungil yang hanya memiliki daratan yang sempit, pasir pun dari Kepri. Singapura juga tidak memiliki sumber air bersih yang cukup. Dulu, Singapura pada masa Thomas Raffles hanyalah daerah rawa- rawa yang rawan sarang nyamuk Malaria. Tetapi karena Lee Kwan Yew sebagai perdana menteri yang kuat, futuristik, kini Singapura yang kecil itu sangat menentukan perekonomian dunia. Why? Karena orang- orang Singapura memiliki skillfull. Sumber daya manusianya handal. Mereka menegakkan aturan secara ketat. Masyarakatnya tertata. Meskipun biaya hidup mahal. Anehnya, para pejabat lebih senang berobat ke Singapura meskipun rumah sakit di Indonesia sudah demikian canggihnya. Konon, untuk menjaga gengsi dan prestise sosial. Isteri-isteri pejabat juga sering dan doyan belanja dan membuang uang ke Singapura. Kita juga sejatinya belajar dengan kebijakan Raja Salman di Saudi Arabiyah. Saudi sangat terkenal dengan raja minyak. Tetapi, sumber daya mineral minyak pastilah terbatas. Sekarang ini, Raja Salman mewajibkan anak- anak muda arab untuk bekerja pada sektor- sektor riil termasuk menjadi pramusaji di restoran. Mereka tidak boleh hanya mengandalkan bantuan dari negara. Kita tidak bisa membayangkan, kalau wisata spiritual haji dan umrah berhenti beberapa tahun, Arab Saudi pastilah menjadi negara gagal secara ekonomi. Devisa negara Saudi Arabiyah triliyunan rupiah itu adalah akumulasi dari biaya haji umat Islam dari seluruh dunia. Indonesia pada setiap tahunnya mengirim jamaah haji sekitar 200 an ribu jamaah. Kalau dihitung dengan jumlah jamaah umrah mendekati angka satu juta jamaah setiap tahunnya. Angka yang pantastik. Orang Indonesia juga gemar membuang uang ke Mekkah Medinah dengan alasan penyucian spiritual. Belum lagi paket umrah pada bulan suci ramadhan. Bagi orang kaya baru, harga mahal unuk biaya umrah ini tidaklah menjadi soal. 1. Untuk menyongsong MEA, kita harus secara sungguh-sungguh menerapkan kurikulum berbasis entrepreneur apun prodinya. Berdasarkan penelitian Robert Kiyosaki, yang dituangkan dalam bukunya dengan judul: Why A students work for C Student. And B students work for the governance. Anak-anak pintar bekerja kepada anak-anak yang biasa-biasa saja. Anak-anak yang memilki IQ middle pada akhirnya bekerja sebagai PNS, di kantor-kantor pemerintah. Karena mereka tidak mempelajari uang. 2. Sekarang, kita sedang menggagas SKPI (Surat Keterangan Pendamping Ijazah). SKPI biasa juga disebut sebagai Diploma Supplement. Dalam SKPI akan tergambar profil lulusan PTKI. Kemampaun dan skill yang mereka miliki harus terdeskripsi dengan baik. Kompetensi lulusan, distingsi dan spesifikasinya harus dipastikan dari sekarang. Seorang pimpinan perguruan tinggi tidak lagi sekedar mewisuda dan memberikan selembar ijazah dan transkripsi nilai. Tetapi, perguruan tinggi terutama bagian akademik harus melampirkan SKPI tadi yang memuat track-record akademik mahasiswa. Dengan demikian, lulusan kita dapat berkompetisi dan bersaing. Kalau perlu, mereka dipersiapkan untuk menjadi petarung. 3. Pimpinan Perguruan Tinggi harus membentuk Student Career Centre. Pusat pengembangan karier mahasiswa dan dosen. Mahasiswa yang mudah mengeluh, dan frustasi perlu mengalami bimbingan, konseling, motivasi agar mereka kuat menghadapi tantangan. Ada bibliotherapy, yaitu memberi therapy kepada seseorang dengan film motivator, cerita, testimoni tokoh-tokoh inspiratif. Film-film Nick, yang tanpa tangan dan kaki. Tetapi ia terus berjuang untuk hidup dan menaklukkannya. Dan ia sukses dan bahkan memiliki isteri yang sangat cantik. Life is choice. Hidup adalah pilihan. Kaya adalah pilihan. Miskin adalah pilihan. Sakit pun adalah pilihan. Arahnya pada pengembangan external control psikology menjadi internal control psikology. Agar setiap mahasiswa responsibility. Tanggung jawab. Mahasiswa tidak mudah menyalahkan orang lain. Ada sebuah tamsil. Pada zaman dahulu, tersebutlah seorang kaya di kota Baghdad. Si kaya mau mengadakan traveling keluar kota yang jauh. Si kaya memaggil tiga pembantunya. Saudara-saudara besok pagi saya mau mengadakan perjalanan jauh selama satu tahun. Bahwa ke mana saya pergi, itu cukuplah saya yang tahu. Saya ingin membekali kalian seratus dinar. Seratus dinar kepada si A, B, dan C. Singkat cerita, satu tahun kemudian, si kaya kembali ke istananya. Dikumpulkannya ketiga pembantunya itu. Pembantu A, kau apakan uang seratus dinar itu. Karena uang itu harus dihemat, maka uang itu saya tanam. Uang itu masih utuh. Kalau tuan mau melihatnya, saya bisa menggali tanah tempat saya menanam uang tersebut. Pembantu B, uang itu you apakan. Uang itu bagi saya hanyalah untuk bersenang- senang. Jadi saya pakai uang tersebut untuk berfoya- foya. Barangkali juga sudah untuk main perempuan. Pembantu C, uang itu saya investasikan. Uang itu untuk investasi dunia dan akhirat. Uang itu sudah berkembang. Saya investasikan kepada masyarakat banyak. Demikian pula ilmu. Ilmu jangan dipendam sendiri. Ilmu bukan untuk prestise sosial. Tetapi untuk investasi dunia dan akhirat. Agar ilmu itu berkah. Agar masyarakat merasakan kemaslahatan dan keberkahannya. Jalaluddin Rumi pernah berkata: Ketika Anda wafat, jangan cari pusaramu di bumi. Tetapi carilah pusaramu di hati umat manusia. Bruce Nussbaum dalam buku: Creative Intelligence menyebutkab bahwa: To be successfull, one can't just be good, one must also be a creator, a maker, and doer. Untuk menjadi sukses, seseorang tidak cukup mengandalkan menjadi orang baik saja. Seseorang harus menjadi pencipta (kreatif), pembuat (inovasi), dan sebagai pelaku (pelaksana). Tanamlah pohon. Pupuklah. Kelak di kemudian hari menjadi pohon yang rindan. Tempat orang banyak berteduh. Buahnya banyak. Dan mashlahat bagi orang banyak.

Kamis, 24 Agustus 2017

Catatan Umrah-1

Saya beruntung manunaikan ibadah umrah memakai Garuda Airlines yang berpenumpang hanya 20 orang. Sebuah perjalanan yang menarik. Sebab lebih banyak pramugarinya daripada penumpangnya. Menu makanan yang disajikan juga lumayan enak. Dan terkadang disodori menu yang berlebih. Penumpang terasa sangat dimanjakan. Sebuah perjalanan yang mengasyikkan. Check true Jakarta langsung ke Jeddah. Hanya menempuh 9.25 menit. Lebih cepat dari jadwal semula. Barangkali karena cuaca lagi bersahabat. Sepanjang perjalanan, hampir kita tidak merasakan goncangan yang mengguncang. Setiba di bandara Jeddah, masalah mulai muncul. Paspor mas Fikri tidak cocok dengan data sidik jarinya sekarang. Mungkin karena Fikri sewaktu mengurus paspor pertama kalinya masih umur sekolah dasar. Sehingga muka dan sidik jarinya berbeda. Atau mengalami perkembangan. Saya berulang kali berpindah tempat pemeriksaan imigrasi. Tiga kali bolak-balik. Masalah kedua muncul lagi, karena bagasi ternyata di terminal haji. Sedang kami didrop di terminal satu. Kami terpaksa mondar - mandir menanyai petugas bagasi. Ada banyak orang yang kami temui. Akhirnya, diberi surat untuk mencari bagasi kami yang dua potong itu. Dua koper besar. Akhirnya ada informasi dari sebelah bahwa koper betul di terminal haji dan umrah. Saya diberi hand phone petugas untuk meyakinkan saya bahwa bagasi telah diambil teman dari KBRI. Pak Badrus namanya. Alhamdulillah, kami disuruh menunggu di luar bandara, pas di pintu keluar terminal satu, Jeddah. Kami diantar pak Badrus ke wisma al- Andalus, Jeddah. Perjalanan sekitar 30 menit dari bandara Jeddah. Kami diberi kamar untuk istirahat sejenak. Wisma tersebut kebetulan tidak berpenghuni. Mereka pada sibuk mengantar rombongan pak Menteri Agama ke Mekkah dan Medinah. kami istirahat, dan shalat Ashar dan dzuhur sekaligus. Kami menikmati super Mie yang semula sudah dipersiapkan di Jakarta. Kami baring sejenak. Kemudian, kawan di Wisma menyarankan agar kami langsung mengambil Umrah dari Jeddah saja. kami pun mengikuti saran mereka. Kami mandi sebagai tanda bersuci untuk menunaikan umrah. Shalat sunnah, dst. Kami pun meluncur ke kota suci Mekkah. Perjalanan lancar sambil menikmati kisah-kisah sang sopir yang sudah lama muqim di Saudi Arabiyah. Ada kisah pemerintahan Raja Salman yang memiliki kebijakan agar warganya ulet bekerja. Merka tidak boleh lagi mengandalkan sumber daya minyak yang terbatas itu. Mereka harus memiliki keterampilan kerja. Itulah sebabnya, sekarang ini di restoran dan pramusaji kita sudah sering menemukan anak muda Arab yang giat bekerja. Pemandangan seperti ini tidak ditemukan pada tahun-tahun sebelumnya. Kami menempuh perjalanan sekitar 2 jam-an. Kami diceritakan sejumlah tempat yang dipasangi CCTV. Kalau ada mobil yang ngebut pasti terekam kamera CCTV. Dan tentu akan berdampak pada mahalnya pajak mobil mereka. Persis waktu maghrib, kami tiba di Mekkah al-Mukarramah. Hati berdebar, dan air mata tak terasa membasahi pipi. Rindu kepada Baitullah berkecamuk. Kelap-kelip lampu di pelataran Masjidil Haram menambah syahdu dan rindu Mekkah. Kami mencari seorang kawan yang mengurus kamar di Hotel Zam-Zam Tower. Dia seorang Madura yang polos dan jujur. Saya terpaksa menderek koper besar di tengah jamaah maghrib. Saya berjalan saja tanpa peduli jamaah sepanjang jalan. Ah tidak ada juga yang mengenal saya, bisikku dalam hati. Tidak lama kemudian, terdengar suara dering handphone, Bapak Zain posisi di mana? Saya di dekat Kantor Bank,.....jawabku. Soalnya, orang Madura ini sama sekali tidak saya kenal. Demikian pula sebaliknya. Berselang beberapa menit kami bertemu. Koper besar langsung diambilnya, dan kami berjalan cepat menuju hotel Zam-zam Tower yang hanya beberapa meter dari pelataran Masjidil Haram, mekkah. Subhanallah, Maha Suci Dikau Tuhan. Alangkah bahagianya hati ini bisa menginap di hotel mewah dan terdekat dengan Rumah-Mu, ka'bah. Saya teringat pada tahun 2010,ketika melaksanakan umrah dengan isteri saya, Asriaty. kami berdoa di pelataran Masjidil haram, bahwa suatu waktu kami akan menginap di Zam-zam Tower. Enam tahun kemudian, Allah Swt mengabulkan doá kami. Alhamdulillah!

Nonton Film

Apa beda film- film produksi Hollywood dengan film sinetron kita? Ternyata bedanya cukup menyolok. Biasanya film- film barat itu lebih faktual dan filosofis. Film- filmnya lebih aktual dan memotret tema- tema krusial kemanusiaan. Filmnya seakan- akan nyata dalam kehidupan. Tentu hal ini, berbeda dengan sinetron yang kita tonton setiap harinya. Film kita biasanya berkait kelindan dengan persoalan pedukunan. Mungkin karena orang Indonesia masih memercayai takhayul dan hal-hal ghaib. Saya termasuk orang yang gemar menonton film-film terutama Hollywood. Sebab, sambil belajar bahasa Inggeris juga senang mengutip filosofi hidup yang biasa terselip dalam percakapan dalam film tersebut. Ada beberapa kata-kata bijak yang bisa saya kutipkan kata Film King & Maxwell, sebagai berikut: a. Perubahan itu pasti bagus, karena kita dapat menemukan sesuatu yang tersembunyi. b. Terkadang untuk menemukan kebenaran, kita harus berbohong sedikit saja. c. Untuk menemukan kebenaran, kita harus mundur ke belakang. Sebagai refleksi, saya sarankan agar menonton beberapa film yang cukup inspiratifberikut ini: 1. In the Heart of the Sea Pada musim dingin tahun 1820, kapal penangkap ikan paus asal New England diserang seekor hiu raksasa. Hiu tersebut mendendam layaknya manusia. Hiu tersebut ditemukan di Samudra Pasifik yang dalam. Sampai akhirnya awak kapal tersebut terdampar di sebuah pulau bebatuan yang gersang. Hidup mereka terlunta-lunta dan sangat mengenaskan. Mereka tidak memiliki makanan dan air bersih untuk diminum. Mereka hanya menunggu kapal lewat. 2. the Sea of Trees. Lautan hutan (Fuji), Jepang. a. Hidupmu hanya satu. Jagalah! b. Selalu ada jawaban dalam ilmu. c. Hutan Fuji, Jepang dikenal sebagai perpect places to die. Hutan ini adalah tempat penyucian jiwa. d. Bunga tumbuh( di bebatuan) sebagai tanda arwah sudah menyeberang. 3. The Light between the Oceans Sepasang suami isteri hidup di sekitar pantai Janus, Australia. Isterinya mengalami keguguran. Belakangan, keduanya menemukan bayi di atas perahu dengan ayah yang sudah meninggal. Bayi perempuan tersebut (Lucy Grace) dipeliharanya, sampai usia Sekolah Dasar. Tetapi isterinya tidak melaporkannya kepada polisi. Belakangan ketahuan bahwa anak tersebut bukanlah puterinya. Akhirnya, dalam sebuah acara di gereja, mereka bertemua dengan ibu kandung Lucy Grace. Akhirnya secara hukum Lucy Grace jatuh ke pangkuan ibu kandungnya. Sang suami mengaku sebagai penginisiatif memungut bayi tanpa melaporkannya kepada pihak kepolisian. Akhirnya, ia masuk penjara. Sang isteri hidup kesepian dan merana di rumahnya. Berselang kemudian, setelah sang suami keluar penjara, sang isteri jatuh sakit. Dan tidak lama kemudian, ia meninggal. Sang suami hidup sebagai duda sampai masa senjanya. Suatu waktu, Lucy Grace datang bertamu dan membawa puetra si mata wayangnya untuk menghibur ayah angkatnya itu. Inilah kisah pilu sepasang suami-isteri yang sangat merindukan momongan.

Sekilas Marshall Hodgson

Hodgson saya kenal ketika membaca karya-karya Prof Nurcholish Madjid dan belakangan Prof Mulyadi Kartanagara. Karya The Venture of Islam dan Rethinking World History lebih saya kenal, ketika saya belajar Sejarah Dunia dibawa bimbingan Prof Joko Suryo, professor Sejarah Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Marshall Goodwin Simms Hodgson (lahir 11 April 1922 – wafat 10 June 1968)adalah seorang jenius dalam bidang kajian Sejarah Islam dan dunia pada the University of Chicago. Dia adalah Ketua the interdisciplinary Committee on Social Thought di Chicago. Dia juga praktisi Quaker, Kristen yang anti perang. Karya monumentalnya dalam jiga jilid The Venture of Islam: Conscience and History in a World Civilization, belum terbit semasa beliau hidup. Edmund Burke III bertindak sebagai editor dalam penerbitan karya Hodgson tersebut. Dalam The Venture of Islam, Hodgson memosisikan Islam sebagai sumber spiritual dan visi moral sama dengan agama-agama besar dunia lainnya. Hodgson juga memperkenalkan terminology baru Islamdom (sama dengan Christendom), Islamic dan Islamicate. Islamic adalah yang terkait dengan religiusitas, sedang fenomena Islamicate adalah sesuatu yang dominan dipengaruhi oleh kultur di mana umat muslim berkembang. Contoh yang disebut Hodgson adalah puisi anggur. Itu adalah Islamicate, dan bukan Islamic.(Most importantly, he distinguished between Islamic (religious) and Islamicate phenomena, which were the products of regions in which Muslims were culturally dominant, but were not, properly speaking religious. For example, wine poetry was certainly Islamicate, but not Islamic). Hodgson juga meletakkan ulang lokus geografis Islam, dia menggeser perhatian dari fokus eksklusif Islam Arab menjadi studi agama yang lebih luas dengan memasukkan "dunia Persia" sebagai salah satu lokus kajian. Ada dua orientalis yang sangat memengaruhi pemikiran Hodgson, yakni Louis Massignon dan John Woolman. Hodgson juga sangat dekat dan bahkan se-almamater dengan Gustave E.von Grunebaum penulis dan editor buku populer, Ùnity and Variety in Muslim Civilization, The University of Chicago Press,1955.Hodgson menulis disertasi tentang pemikir Syiáh Iran dengan judul: A Dissident Community in Medieval Islam: A General History of the Nizari Ismaílis in The Alamut Period, 1951, di Universitas Chicago. Karya ini kemudian direvisi dan terbit pada tahun 1955 dengan judul:The Order of Assassins: The Struggle of the Early Nizari Ismaílis against the Islamic World. Hodgson adalah pemikir yang berambisi besar dalam mewujudkan karya monumentalnya. Menurut pengakuan murid dan orang-orang dekatnya, beliau memiliki banyak catatan tentang proyek penelitian yang sedang dikerjakannya. Beliau juga biasa merevisi berkali-kali chapter buku yang akan diterbitkannya. Kerja keras, ketekunan, dan kontinuitas dalam proyek ilmiyah adalah ciri yang melekat pada diri Hodgson. Ada catatan menarik mengenai kehidupan keluarganya. Beliau dikarunia putera-puteri yang meninggal pada usia belia. Beliau memiliki kehidupan keluarga yang tidak bahagia. Bahkan beliau wafat ketika sedang joging di Universitas Chicago. Dia wafat sendirian tanpa didampingi oleh orang-orang terkasih. Kisah hidupnya berakhir tragis tidak secemerlang karier intelektualnya. Beliau pun wafat pada umur yang masih produktif, 46/47 tahun. Marshall Goodwin Simms Hodgson telah tiada, tetapi karyanya tetap hidup. Benarlah kata Dust Muhammad, pelukis Persia abad ke-16--sebagaimana dikutip oleh Lydia Kiesling--: ....verily our works point us/ so gaze after us at our work. Sungguh karya-karya kita itulah nilai dan harga diri kita. Kemudian, sepeninggal kita, karya-karya kitalah yang dilihat orang. Manusia hidup sangatlah singkat. Kita meninggalkan keluarga dan handai taulan dalam keadaan sedih. Sementara energi kreatif tetap saja berjalan.

Selasa, 08 Agustus 2017

Hambatan Penelitian

Saya ingin berbagi Ringkasan Seminar Riset PTKI PPIM Jakarta. Narasumber kegiatan tersebut ada beberapa pakar, antara lain Dr Inayah dan Fuad Jabali, Ph.D. "Kasihlah dana penelitian yang banyak kepada dosen. Agar mereka dapat mengembangkan imajinasi". (Prof Azyumardi Azra). Dr Inayah, Universitas Indonesia Kebanyakan dosen terlatih untuk mengajar. Tetapi tidak terlatih untuk meneliti. Sehingga Terdapat 90% penelitian tentang Indonesia tidak dijalankan oleh akademisi Indonesia. Indonesia tertinggal jauh dalam hal publikasi ilmiyah untuk kajian sosial dan humaniora dibandingkan dengan negara- negara seperti Bangladesh, Kenya dan Nigeria. Negara- negara tersebut dikenal sebagai negara dengan GDP yang rendah. Beberapa penghambat riset sosial di Perguruan tinggi Indonesia. a. Terjadinya insularitas di kalangan dosen. Cara berpikir sempit. Stupid! Insularitas berdampak pada kungkungan mobilitas dosen. Tidak ada mekanisme untuk ini. Tidak ada ruang masuk sistem capaian universitas. Dosen cenderung meneruskan pendidikannya pada almamaternya sendiri. Padahal mobilitas akademik berhubungan dengan performa akademik seorang dosen. Inilah dampak penerimaan dosen yang tidak terbuka. Di Jawa lebih dekat dengan penguasa dan lebih baik bahasa Inggerisnya. Di Thailand pemerintah sudah mengafirmasi untuk publikasi dalam bahasa Inggeris. Meskipun ada jurnal yang afirmative untuk bahasa ibu, lingua pranca. b. Dosen lebih tergiur menjadi nara sumber atau konsultan daripada meneliti. Sebagai nara sumber jauh lebih baik, lebih cepat menghasilkan honor yang banyak. Seorang peneliti mendapatkan bantuan 100 juta, laporan keuangannya sangat rigid. Fuad Jabali, Ph.D, ( pembahasan di Marbella Hotel, Bandung). 1. Orang- orang pinggiran yang termarginalkan dimasukkan ke tengah. Orang- orang yang tercecer diwawancara untuk mendapatkan wacana penyeimbang. Ide-ide postmodernisme diangkat. Sehingga kita tidak melulu berkutat pada "great tradition". 2. Akhir- akhir ini Fakultas Keagamaan ditengarai semakin " mengkerut". Perlu upaya- upaya sistematis dan keberlangsungan untuk ini. 3. Kedaulatan pangan ada budaya dan nilai di sana. Orang- orang umum dipaksa untuk melibatkan orang- orang agama. Penelitian sosial keagamaan kalau dikemas dengan baik, juga akan sangat diminati dan seksi. Pendekatan riset sosial keagamaan harus induktif. Penelitiannya harus berbasis data. Semestinya tri dharma perguruan tinggi dimulai dari pengabdian masyarakat. Lalu penelitian. Dan baru publikasi ilmiyah. 4. Kita membutuhkan pengetahuan yang cukup mengenai peta pemikiran para dosen muda. Kita harus mengerti " langit" keilmuan mereka. Ilmu apa yang mereka geluti selama ini. Mengapa ada dosen yang tidak cocok antara gelar akademiknya dengan "kelakuan" akademiknya. Peta dosen itu penting. Peta prodi yang dibuka di PTK juga penting. Sebaran dan distribusi program studi di seluruh Indonesia juga penting. Sebaran dosen dengan keahlian spesifik juga perlu. Misalkan dosen yang memiliki keahlian "konflict resolution" mestinya diletakkan di Manado, Palu, Ambon, dan Jayapura. Studi sosiologi Hukum mestinya di Banda Aceh Darussalam, dst. 5. Dosen peneliti. Kita harus mencetak dosen generasi baru. Dosen next generation berbeda dengan generasi sebelumnya yang saling mengintip, saling menjegal dan bahkan saling menjatuhkan. Competitiveness harus menjadi habit dosen kita. Intrik- intrik yang tidak berbudaya tinggi harus dijauhkan dari dosen generasi baru. 6. Pembibitan peneliti. Dengan program research skill, keterampilan meneliti. 7. Pembentukan Tim Reader Nasional, pembaca ahli. 8. Penguatan konsorsium ilmu untuk dua hal: a. Menggalakkan collaborative research, dan b. Penguatan penerbitan artikel pada jurnal yang memiliki keilmuan yang serumpun. Terdapat 8 Agenda dan tema riset a. Fenomena Medsos b. Produk halal. Wisata Halal. Plan of prosperity. c. Pengembangan ekonomi umat ( ekonomi pondok pesantren) d. Industri umrah e. Wakaf produktif f. Pemanfaatan dana zakat g. Peningkatan kualitas Madrasah Vokasional g. Gejala Ideologi Transnasional i. Pemanfaatan IT untuk Tatakelola. Sekarang ini, kita sangat membutuhkan diskusi serius mengenai Agenda Riset Keagamaan Nasional ( ARKAN). Sebagaimana Kemenristek Dikti telah memiliki Buku Induk Riset Nasional. Sehingga riset keagamaan kita memiliki panduan dan arah yang jelas. Riset keagamaan tidak terkesan berjalan sporadis. What next?

Jumat, 07 April 2017

SBY= "Salah Bayar"

Pada suatu senja kami berjalan- jalan di Pantai Kuta. Kami naik grab dan melewati Legian. Legian tiba- tiba mencuat ketika tragedi bom Bali oleh Amrozi. Di sana Tugu sebagai peringatan lebih 200-an warga asing dan terbanyak dari Australia. Sepanjang jalan kami mengamati para turis yang bebas bercengkerama di kedai pantai Kuta. Seorang kawan bercerita bahwa turis-turis yang berkunjung ke pantai Kuta adalah kalangan menengah ke bawah. Seperti tukang ledeng, pekerja kasar, dst. Para turis kelas menengah ke atas memilih tempat yang lebih eksklusif. Ketika kami pulang dan naik Bali Taksi. Kami membayarnya 100 ribu rupiah. Mas Wawan, sopir Taksi banyak bercerita pengalaman sebagai sopir taksi. Ia sering membawa turis mabuk. Ia tidak banyak bercerita dengan penumpang turis agar mereka tidak banyak tahu tentang tarif taksi di Bali. Para turis itu terkadang "salah bayar". Mereka mengira standar biaya taksi sama dengan di negara mereka. Mereka sering membayar dengan dolar. Para sopir taksi senang sekali kalau mendapatkan pembayaran "SBY". Saya mendapatkan "SBY", katanya kegirangan kepada sesama sopir. Itu berarti ada turis yang salah bayar. Salah bayar bisa terjadi karena keliru membaca argo. Atau karena mereka kalah dalam nego harga dengan sang sopir. Seumpama ada turis yang rela membayar 700 ribu rupiah ke Tanah Lot. Padahal harga biasa hanya sekitar 250 ribu rupiah. Sesungguhnya cerita pak Sopir tadi sebagai relresentasi masyarakat yang hidup di negara berkembang. Tipu- menipu masih mewarnai kehidupannya. Barangkali karena kerasnya tantangandan tuntutan hidup. Hampir semua tempat wisata, masyarakat setempat mengalami nasib yang tidak menguntungkan. Mereka berkeliaran di daerah wisata dan bekerja sebagai pedagang kaki lima, tukang pijat, atau pekerjaan rendahan lainnya. Hal ini perlu menjadi perhatian pemerintah. Agar para pekerja tersebut diberi pelatihan agar mereka beranjak menjadi pekerja profesional. Mereka semestinya diarahkan untuk menjadi pekerja terlatih. Agar mendapatkan bayaran lebih tinggi dibanding hanya berprofesi ala kadarnya. Ini tugas negara. Ini tugas kita semua. Barangkali, Thailand perlu kita contoh. Thailand mendapatkan kunjungan lebih 30 juta wisatawan asing. Para turis sangat "dimanjakan" di Seluruh wilayah destinasi Thailand. Sebab, para turis tidak hanya menikmati indahnya pantai atau obyek- obyek wisata. Tetapi mereka juga disuguhi sejumlah hiburan lainnya, sehingga para turis semakin nyaman dan aman di Thailand. Jadi tesis yang mengatakan bahwa Thailand diminati wisatawan asing karena layanan seksnya adalah tidak seluruhnya benar.

Senin, 13 Maret 2017

Agenda Riset PTKI

Realitas Riset 1. Selama ini dana BOPTN khusus penelitian terkesan dibagi rata. Pemberian dana riset tidak berdasarkan proposal riset yang sesungguhnya. Sehingga, penelitian tidak berujung dan menghasilkan artikel yang diterbitkan pada jurnal terakreditasi nasional atau internasional. 2. Masih minimnya dosen peneliti yang mendaftarkan karya intelektualnya untuk mendapatkan HAKI. Terbukti, hingga sekarang ini baru sekitar 270-an HAKI yang terdaftar di Kemenkumham. Angka ini sangat kecil jika dibandingkan dengan jumlah disen PTKI sekiatr 35 ribu dosen. Ini adalah angka yang sangat memprihatinkan. Untuk sementara dapat disimpulkan bahwa dana penelitian tidak "berbanding lurus" dengan kualitas karya intelektual dosen PTKI. Sehingga perlu menetapkan arah kebijakan baru riset PTKI. Kita harus menemukan cara- cara yang jitu untuk menangani masalah ini. 3. Selama ini terkesan bahwa dosen PTKI masih rendah semangat mereka untuk menerbitkan atau mempublikasikan karya- karya intelektualnya. Perlu kebijakan nasional dan komprehensif untuk ini. Karya- karya dosen kita berakhir dan disimpan di "lorong- lorong sunyi" perpustakaan pribadinya. 4. Perlu menumbuhkan "research culture" di kampus. Ditengarai ada banyak regulasi dan SOP yang tidak pro peneliti. Dosen hanya disibukkan dengan menyusun BKD. Untuk memenuhi seluruh persyaratan BKD dibutuhkan waktu sekitar satu minggu. Karena kalau telat bisa berdampak pada tertahannya dana sertifikasi dosen. Dosen lebih sibuk untuk memenuhi ketentuan BKD-nya daripada menyempurnakan temuan- temuan risetnya. 5. Termasuk regulasi yang tidak pro peneliti adalah rendahnya KUM bagi unsur pengabdian pada masyarakat. Padahal, sekarang ini hampir semua jenis dan kluster pengabdian pada masyarakat sudah berbasis riset. Hasil dan temuan- temuan KKN atau KKS oleh dosen pembimbing pengabdian pada masyarakat masih rendah. Hal ini perlu pembicaraan dan diskusi khusus dengan Kemenpan RB. Agar agenda pengabdian kepada masyarakat betul- betul bisa menjadi agen perubahan nyata pada masyarakat. Dosen dan mahasiswa yang terjun ke masyarakat tidak sekedar menggugurkan kewajiban. Tetapi betul- betul untuk agenda perubahan. Seperti keberpihakan kepada penguatan literacy society dan upaya yang sungguh-sungguh untuk menambah angka middle class society, jumlah kelas menengah Indonesia. Sebab, sebuah bangsa yang kuat karena ditopang oleh jumlah kelas menengah yang signifikan. Demokrasi dan daya saing suatu bangsa sangat tergantung pada jumlah middle class- nya. ( Gerry van Klinken penulis buku The Making of Middle Indonesia: Middle Classes in Kupang town, 1930s-1980s dan In Search of Middle Indonesia, 2016). Itulah yang terjadi di Singapura, Malaysia, Australia, Amerika, Kanada, dan sebagian negara- negara maju di Eropa. 3. Untuk sementara solusi yang dapat ditempuh antara lain: a. Sekecil apa pun dana bantuan riset harus berbasis proposal. b. Perlu refocusing riset PTKI, baik tema maupun agenda- agenda riset. Termasuk di dalamnya riset kebijakan. c. Perlu pelatihan Research Skills kepada dosen pemula. Hal ini penting untuk memberi rangsangan kepada mereka agar mau meneliti. Selama ini ditengarai masih rendahnya semangat dan kemampuan meneliti dosen muda kita. Ada banyak riset yang terlalu deduktif. Padahal yang kita butuhkan adalah riset yang induktif, faktual. Segala sesuatu harus dimulai dari data yang akurat. Bahkan sesungguhnya pengabdian kepada masyarakat harus terus diarahkan berbasis riset. Dari pengabdian kepada masyarakatlah lahir ide- ide riset. Dari risetlah melahirkan teori- teori. Dari teori- teori itulah yang akan diajarkan kepada para mahasiswa. Jadi, untuk maju, tridharma perguruan tinggi harus dibalik. Pengabdian kepada masyarakat yang berbasis riset. Teori- teori ilmu dari hasil riset yang mendalam dan kalau bisa grounded research, jatuh bangunnya sebuah teori ilmu. Kemudian diajarkan dalam kelas. Pada saat yang bersamaan harus berani publikasi ilmiyah. d. Segera membentuk Dewan Riset Nasional e. Kita belum memiliki Rencana Induk Riset Nasional F. Segera membentuk Komite Reviewer Nasional yang bertugas untuk: - Mengawal riset yang relevan dengan kebijakan nasional - Menaksir anggaran riset yang selama ini terkesan "kirologi". Tidak mengacu pada PMK nomor 106. Juga tidak mengacu pada standar nasional budget riset. Bantuan riset disesuaikan dengan DIPA Diktis. Ini tidak sehat. Harus diperbaiki. g. Perlu penguatan MORAREF sebagai Lembaga Pengindeks jurnal on line nasional Kemenag RI dan beberspa jurnal yang terus diadvokasi agar bisa terakreditasi internasional. h. Perlu membuat Profil Bidang Keahlian Dosen. 4. Tema riset nasional juga terkesan tidak terarah dan sporadis. Tidak didasarkan pada kajian yang mendalam. Bahkan terkesan " kirologi". Tema- tema ditetapkan pada pemikiran yang ringan dan diskusi- diskusi pada forum- forum yang sangat terbatas. Sehingga tidak menghasilkan pemikiran yang mendalam. Tema riset nasional yang ditawarkan: a. Hubungan Agama dan Negara b. Indonesia dalam Kajian Asia Tenggara c. Kebhinnekaan d. Inovasi dalam Ilmu Pengetahuan e. Interkonektivitas. f. Isu Radikalisme g. Relasi Indonesia dan Asia Tenggara h. Migrasi ( perpindahan scholar, TKI, China dan India sudah mulai leading). i. Isu Lingkungan Hidup J. Kedaulatan Pangan.