Gallery

Kamis, 24 Agustus 2017

Nonton Film

Apa beda film- film produksi Hollywood dengan film sinetron kita? Ternyata bedanya cukup menyolok. Biasanya film- film barat itu lebih faktual dan filosofis. Film- filmnya lebih aktual dan memotret tema- tema krusial kemanusiaan. Filmnya seakan- akan nyata dalam kehidupan. Tentu hal ini, berbeda dengan sinetron yang kita tonton setiap harinya. Film kita biasanya berkait kelindan dengan persoalan pedukunan. Mungkin karena orang Indonesia masih memercayai takhayul dan hal-hal ghaib. Saya termasuk orang yang gemar menonton film-film terutama Hollywood. Sebab, sambil belajar bahasa Inggeris juga senang mengutip filosofi hidup yang biasa terselip dalam percakapan dalam film tersebut. Ada beberapa kata-kata bijak yang bisa saya kutipkan kata Film King & Maxwell, sebagai berikut: a. Perubahan itu pasti bagus, karena kita dapat menemukan sesuatu yang tersembunyi. b. Terkadang untuk menemukan kebenaran, kita harus berbohong sedikit saja. c. Untuk menemukan kebenaran, kita harus mundur ke belakang. Sebagai refleksi, saya sarankan agar menonton beberapa film yang cukup inspiratifberikut ini: 1. In the Heart of the Sea Pada musim dingin tahun 1820, kapal penangkap ikan paus asal New England diserang seekor hiu raksasa. Hiu tersebut mendendam layaknya manusia. Hiu tersebut ditemukan di Samudra Pasifik yang dalam. Sampai akhirnya awak kapal tersebut terdampar di sebuah pulau bebatuan yang gersang. Hidup mereka terlunta-lunta dan sangat mengenaskan. Mereka tidak memiliki makanan dan air bersih untuk diminum. Mereka hanya menunggu kapal lewat. 2. the Sea of Trees. Lautan hutan (Fuji), Jepang. a. Hidupmu hanya satu. Jagalah! b. Selalu ada jawaban dalam ilmu. c. Hutan Fuji, Jepang dikenal sebagai perpect places to die. Hutan ini adalah tempat penyucian jiwa. d. Bunga tumbuh( di bebatuan) sebagai tanda arwah sudah menyeberang. 3. The Light between the Oceans Sepasang suami isteri hidup di sekitar pantai Janus, Australia. Isterinya mengalami keguguran. Belakangan, keduanya menemukan bayi di atas perahu dengan ayah yang sudah meninggal. Bayi perempuan tersebut (Lucy Grace) dipeliharanya, sampai usia Sekolah Dasar. Tetapi isterinya tidak melaporkannya kepada polisi. Belakangan ketahuan bahwa anak tersebut bukanlah puterinya. Akhirnya, dalam sebuah acara di gereja, mereka bertemua dengan ibu kandung Lucy Grace. Akhirnya secara hukum Lucy Grace jatuh ke pangkuan ibu kandungnya. Sang suami mengaku sebagai penginisiatif memungut bayi tanpa melaporkannya kepada pihak kepolisian. Akhirnya, ia masuk penjara. Sang isteri hidup kesepian dan merana di rumahnya. Berselang kemudian, setelah sang suami keluar penjara, sang isteri jatuh sakit. Dan tidak lama kemudian, ia meninggal. Sang suami hidup sebagai duda sampai masa senjanya. Suatu waktu, Lucy Grace datang bertamu dan membawa puetra si mata wayangnya untuk menghibur ayah angkatnya itu. Inilah kisah pilu sepasang suami-isteri yang sangat merindukan momongan.

Tidak ada komentar: