Senin, 17 Juni 2013
Hong Kong 1
Payah. capek. itulah kesan pertama mengikuti summer institute di Hong Kong University. Hal mana, peserta duduku mulai pagi jam 9 sampai pukul 21. malam. Rehat hanya untuk lunch dan coffee break. Lunchnya di tempat yang jauh sehingga banyak peserta yang tersesat di jallan termasuk saya. Model bangunan HKU yang berbukit bukit karena mereka membangun mengikuti kontur tanah. Bangunan kampusnya artistik. Kita bertanya ke sana kemari. Naik turun. Lapar dan sangat lelah. Ada peserta yang sudah senior ngos ngosan mendaki. Ada lagi peserta wanita yang kebetulan memakai sepatu hak tinggi dan pasti menambah kepayahannya. Peserta yang kebetulan mengingap di kampus tentu tidak mengalami ini. Hanya saja mereka terkurung di kampus tanpa akses keluar kecuali kalau mereka naik taksi. Itupun harus naik turun bukit dulu baru mereka dapat menemukan taksi di luar. Saya tidak pernah berpikir, bagaimana program bertaraf internasional memilikifasilitas yang sangat minim. Saya membayangkan kalau Diktis lagi hajatan ACis, annual conference of Islamic Studies. Halmana panitia sangat memperhatikan hospitality. Panitia biasanya sangat disibukkan untuk penjemputan tamu. Panitia justeru luput dari substansi dan perdebatan akademik di forum. Panitia ditugasi untuk menjemput pejabat A dan B. Nara sumber A dan B. panitia bahkan terkadang kena marah hanya karena terlambat beberapa menit jadwal penjemlutan. TERLALU. Untuk Acis perlu reformulasi. Yang terpenting adalah jauh jauh hari sebelum acara dimulai, para peserta, tamu,undangan. dan nara sumber diberi tahu hak hak dan kewajibannya.Demikian juga dengan para pejabat. Pejabat eselon mana yang harus dan disiapkan jemputan. Jadwal jemputan. Jenis kendaraan yang akan menjemput. Nomor hand phone sopirnya. Jenis makanan dan menu selama kegiatan berlangsung.
Kembali ke HKU tadi. Sewaktu break pada sore hari kita hanya berkumpul di suatu ruang sempit dan seorang atau dua orang pelayan. Karena keterbatasan ruang, peserta summer pada bercakap cakap. Ruangan terasa sangat ramai. Ada juga dua, tiga orang yang memilih keluar ruangan untuk menikmati matahari sore dan udara yang terasa hangat juga. Saya membayangkan betapa kayanya Indonesia. Di sini, kita hanya disuguhi keripik kentan. Diletakan di mangkuk kecil. Para peserta mungkin karena kelaparan mencicipinya sambil menyeruput kopi secangkir teh susu. Biasanya kita kalau ada acara nasional apalagi berskala interrnasional pasti panitia menyiapkan aneka kuliner dan berbagai macam kue khas. Kita patut bersyukur dengan kekayaan hayati Indonesia. Indonesia sangat kaya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar