Gallery

Kamis, 20 Juni 2013

Hong Kong Lagi!

Hong Kong adalah kota yang penuh pesona. Hong Kong terkenal kota yang tertata rapi, sangat rendah kriminal, sorga bagi para tenaga kerja rumah tangga terutama dari Indonesia. Saya kaget mendapat informasi dari seorang professor HKU ( Hong Kong University) bahwa kota Hong Kong dihuni paling banyak adalah etnis China. Nomor dua dari Indonesia, dan nomor tiga Philipina. Oleh seorang teman, lokal staff KBRI Hong Kong menyebutkan angka 150 ribu jumlah orang Indonesia yang bekerja di Hong Kong. Hong Kong layaknya Jakarta saja.Kalau kebetulan kita nyasar, dengan sangat gampang mencari orang Indonesia tempat bertanya alamat yang dicari. Ada banyak kisah tenaga kerja Indonesia. Antara lain: seseorang mengalami kesulitan di tempat kerja dalam melaksanakan ibadah shalat. Toko tempat bekerja kebetulan tidak luas. Ada banyak pembeli yang lalu-lalang. Pemilik toko keberatan dengan si pekerja karena yang bersangkutan menghabiskan atau membuang-buang waktu lima kali sehari semalam untuk shalat. Bayangkan, katanya berapa waktu yang anda habiskan percuma dalam sehari.Kan, saya yang rugi. Memang orang Hong Kong sangat disiplin, dan sangat "mendewakan" uang. uang adalah segalanya. Uang di atas segalanya. Kalau lagi makan, juga sangat "perhitungan'. Makan secukupnya saja. Tidak berlebihan. Ada lagi tenaga kerja Indonesia yang kesulitan karena harus mencuci atau membersihkan dan mengiris-iris (ma'af) daging babi tempat ia bekerja. Dalam ajaran agama yang dipahaminya, setiap ia selesai mengerjakan tugasnya, ia harus menyiapkan waktu tersendiri untuk mensucikan diri. Dengan cara membasuh tujuh kali bagian yang terkena daging babi, lalu salah satunya harus dengan tanah. tanah digantinya dengan pasir. Sehingga saluran air si majikan "mampet". Ada lagi yang agak cerdas, tanah diganti dengan bebatuan kecil. Jadi setiap kali selesai melaksanakan tugas yang kebetulan memasak daging babi, maka ia menggosok tangannya dengan bebatuan tadi. Ada juga yang melaksanakan shalat di kamar mandi agar tidak terlihat oleh sang majikan. Belum lagi tenaga kerja yang kebetulan bertugas untuk memelihara anjing. Terkadang, tempat tidur dan makanan anjing lebih baik ketimbang di tenaga kerja. Tentu pemandangan seperti ini sangat tidak mengenakkan. Semua cerita ini sesungguhnya masih perlu diklarifikasi. Ada juga yang kesulitan beribadah karena sang majikan menganggap sangat mengganggu mukena yang berwarna putih. Disangkanya "pocong". Seseorang yang sedang berdo'a, dianggapnya sedang membaca mantera. Tenaga kerja harus memahami budaya orang Hong Kong yang beretnis China itu. Ada warna-warna tertentu yang dianggap warna untuk berkabung, seperti warna biru. Demikian seterusnya. Apakah cerita-cerita ini betul sebagai fakta atau hanya cerita dari mulut ke mulut. Masih diperlukan penelitian yang mendalam dan mereka sesungguhnya membutuhkan "Fiqih Buruh". Agar mereka nyaman dan selamat di tempat kerja dan tetap aman dalam beribadah. Apakah boleh seorang tenaga kerja "menjamak" shalatnya? Apakah benar, untuk mensucikan anggota badan yang terkena najis "mughallazah" cukup dengan bebatuan? Atau ada sabun cuci "thaharah" yang memiliki kandungan pembersih sama dengan tanah? Apakah para tenaga kerja ini sudah bisa masuk pada kategori "darurat"?. Dalam kaidah ushul fiqhi: al-Dharurat tubih al-mahdhurat. Karena dalam keadaan darurat, maka hal-hal yang terlarang dapat dikerjakan. Karena Hong Kong terkenal sebagai negara "low crime rate", negara yang sangat rendah tingkat kriminalitasnya, maka Hong Kong tetap menjadi pilihan tempat bekerja. Kalau kebetulan seseorang terserempet masalah hukum, menurut informasi kawan yang sudah 20 tahun berdomisili di Hong Kong, pemerintah Hong Kong tetap memperlakukan sama di hadapan hukum. Hal ini sangat kontras dengan Arab Saudi, hal mana hukum mereka "merendahkan" posisi ajnabiyah, penduduk luar dengan pribumi. Sehingga, kalau ada tenaga kerja yang bermasalah secara hukum, maka pengadilan Arab Saudi akan "mati-matian" membela dan memenangkan warganya. Demikian. Wa Allah a'lam.

Tidak ada komentar: