Gallery

Selasa, 21 Februari 2012

Dr Syauqi Dhyif

Nama Dr Syauqi Dhyif untuk pertama kalinya saya mengenalnya dari guru saya Prof Machasin (mantan Direktur Diktis, Kemenag RI). Pada tanggal 10 Pebruari 2012, saya diajak makan siang oleh Prof Machasin, guru besar yang saya kagumi itu. Saya ingatkan lagi beliau mengenai Dr Syauqi Dyif sewaktu melepas peserta short course dosen PTAI ke luar negeri tahun 2010.
Dr Syauqi Dyif ini adalah salah seorang murid Dr Thaha Husain; pemikir Mesir yang sangat kontroversial itu dan pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan Mesir. Ketika Dr Syauqi Dhyif mengambil program doktor (Ph.D) di Sorbonne Prancis, setelah ia selesai melaksanakan matrikulasi, ia bercerita banyak tentang kisah suksesnya melewati kegiatan akademik tersebut. Lalu, Dr Thaha Husain menyarankannya agar muridnya itu jangan hanya menekuni kuliah saja, dan seharusnya yang bersangkutan tetap mendalami budaya dan seluk-beluk kota Prancis.
Setelah Syauqi Dhyif selesai kuliah di Sorbonne dan kembali ke Mesir, baru menyadari bahwa nasehat gurunya benar. Ternyata, masih banyak hal yang ia tidak tahu mengenai Prancis.
Saya teringat kawan saya dari Jogja, Dr Sujadi, dosen Fakultas Adab UIN Suka Jogja. sewaktu baru menyelesaikan program magisternya di Belanda saya banyak bertanya kepada sohib saya ini mengenai perkembangan ilmu di sana. ia dengan rendah hati berkata: "saya ini lebih banyak menggunakan waktu saya untuk melancong ke sejumlah negara di Eropah". Saya lebih tertarik untuk "mendalami" budaya orang Barat. Lama tidak bertemu dengan pak Sujadi, tahun 2009 saya berkesempatan untuk mendampingi pak Dirjen Pendis, Prof. Mohammad Ali ke Belanda. Saya bertemu lagi dengan pak Sujadi. Saya diajak masuk ke KITLV. Saya memanfaatkan kartu beliau untuk menfotocopy sejumlah naskah yang saya anggap penting untuk bidang yang saya minati. Saya masih ingat saya sempat mencopy kitab Latha'if al-Zurafa' min ...Fudhala'. Buku ini memuat anekdot, dan cerita-cerita inspiratif dan bahkan humoris yang terjadi pada masa Nabi Shalla Allah 'alaih wa sallama, para sahabat, dan tabi'in. Bahkan juga anekdot para amirul mukminin.Yang saya ingat adalah kisah seorang putera mahkota yang mempersunting seorang gadis yang sangat cantik. Suatu waktu sang isteri menyampaikan sesuatu kepada sang suami bahwa merekalah berdua sebagai sepasang suami isteri yang akan menghuni sorga. Sang suami heran. Ada apa gerangan? Sang isteri dengan mantap menjawab: kita keluarga  yang al-shabir wa al-syakur; pasangan yang senantiasa bersabar dan bersyukur. Engkau setiap hari bersyukur kepada Allah Swt karena mendapatkan isteri yang sangat cantik seperti saya. Sedangkan saya selalu pada posisi bersabar mendapatkan suami yang buruk rupa sepertimu.  Saya juga menemukan kitab Ikhtilaf Aby Hanifah wa Aby Laily. Kitab ini memuat perdebatan dua tokoh fuqaha' yang sangat terkemuka ini.
Masih di Belanda dengan pak Sujadi, bercerita tentang pameran lukisan di Utrech University Belanda. Hari itu sangat dingin. Saya diajak ke sana untuk menikmati pameran lukisan. Konon, di sana ada lukisan mengenai sawah yang datar. Padahal, sawah di Indonesia itu tidak selamanya datar terutama sawah di pegunungan. Tentu sang pelukis hanya membayangkan tanah datar Belanda, dan yang bersangkutan sangat boleh jadi tidak pernah ke Indonesia.
Ternyata pengalaman mengetahui dan mendalami budaya bangsa lain memang sangat penting.   
Wa Allah a'lam.

Tidak ada komentar: