Ibn Mas’ud adalah pembawa sandal
dan siwak Nabi Saw. Ibn ‘Abd al-Barr meriwayatkan bahwa pekerjaan rutin Ibnu
Mas’ud adalah memasangkan sandal Nabi Saw, berjalan di depannya, melindungi
Nabi ketika mandi, dan membangunkan Nabi jika tidur. Ibnu Mas’ud sebelum
memeluk Islam bekerja sebagai penggembala kambing pada ‘Uqbah ibn Abi Mu’aith.
Perawakannya cebol, dan tubuhnya yang kurus-krempeng. Ini sesuai penuturan
Zubair ibn al-‘Awam.
Perawakan
Ibnu Mas’ud berdasarkan penuturan Ibnu Abd al-Barr, ia adalah seorang yang
kurus lagi cebol. Tingginya sama dengan tinggi orang yang sedang duduk.
Potongan rambutnya sampai ke bahunya. Ia memiliki rambut yang tidak ubanan. Ia
hijrah dua kali (ke Habasyah dan ke Medinah). Ia memeluk Islam lebih awal, dan
mengikuti perang Badar, dan sejumlah perang sesudahnya. Ia shalat bersama
dengan Nabi pada dua kiblat. Nabi pun menjaminnya sebagai salah seorang penghuni
surga.
Dalam sebuah riwayat yang disampaikan oleh
Imam Muslim, Nabi pernah bersabda: Aku mengizinkan kepadamu untuk membuka
hijab-ku (hijab di rumah Nabi Saw), dan ku-izinkan
pula untukmu untuk mendengarkan percakapan rahasia dalam keluarga-ku (iznu-ka ‘alayya an-tarfa’a al-hijab, wa
an-tasma’a siwady). Hadis riwayat Imam Muslim, nomor hadis 9.388. Izin Nabi
yang demikian itu adalah ke-khususan bagi Abdullah ibn Mas’ud yang tidak
diperoleh oleh sahabat lainnya.
Ibn Mas’ud banyak meriwayatkan hadis. Tidak
kurang 80 sahabat yang menerima hadis darinya, termasuk Khualafa’u r-rasyidun.
Ali ibn Abu Thalib sendiri meriwayatkan
332 hadis yang bersumber dari Ibnu Mas’ud. Usman ibn Affan 72 hadis.
Uqbah ibn ‘Amir sebanyak 68 hadis. Total jumlah hadis yang diriwayatkan oleh
Ibnu Mas’ud adalah 1.247 hadis.
Lebih lanjut
Ibn ‘Abd al-Barr meriwayatkan bahwa al-A’masy pernah meriwayatkan suatu berita
yang diterimanya dari Abu Zhabyan (Hushain ibn Jundub), bahwa qira’at yang paling shahih adalah qira’at
Abdullah ibn Mas’ud. Karena beliau hadir pada saat malaikat Jibril membacakan
al-Qur’an pada tahun terakhir wafatnya Nabi Saw. Jadi, Abdullah ibn Mas’ud
mengetahui secara tepat ayat-ayat al-Qur’an yang dinasakh dan mengetahui pula
ayat-ayat penggantinya (fa-‘alima ma
nusikha min zalik wa ma baddala) . (riwayat Imam al-Nasa’i, hadis nomor
5.408).
Riwayat
tersebut merupakan pengakuan Abdullah Ibn ‘Abbas tentang kepakaran Ibnu Mas’ud
mengenai qira’at. Pada waktu tahun
wafatnya Nabi Saw, malaikat Jibril dua kali mendatangi Nabi untuk membacakan
al-Qur’an. Tentu ini suatu hal yang istimewa. Sebab, Ibnu Mas’ud sekaligus
mendengarkan bacaan dua rasul, yakni Nabi sendiri dan malaikat Jibril. Sudah
barang tentu ini peristiwa yang sangat langka terjadi. Dan ini hanya bisa bagi
orang yang diperkenankan Nabi untuk mendengarkan percakapan rahasia beliau.
Waktu itu, Ibnu Abbas baru berumur 12 tahun, sedang Ibnu Mas’ud telah mencapai
usia 42 tahun. Jadi, dari segi senioritas, ibn Mas’ud jauh lebih senior
ketimbang ibn Abbas. Oleh karenanya, Ibnu Mas’ud lebih banyak menerima ilmu
langsung dari Nabi. Sedang Ibnu Abbas, karena yunior belakangan lebih banyak
menerima dari sumber lain selain Nabi Saw, yakni sahabat-sahabat Nabi, termasuk
Ibnu Mas’ud sendiri.
Tapi Ibn
Mas’ud adalah orang pertama yang dengan berani membacakan al-Qur’an secara
terang-terangan setelah Nabi saw di hadapan pemuka Arab Quraish. Peristiwa
tersebut terjadi di kala Nabi dan sahabatnya berkumpul, dan Nabi pun bertanya,
siapa yang berani membacakan al-Qur’an dihadapan pemuka Quraidsh? Ibnu Mas’ud
bangkit dengan tegas menjawab, saya, ya rasulullah. Maka mereka pun
mengkhawatirkan akan keselamatan Ibnu Mas’ud. Lalu, mereka sepakat untuk
menunjuk seseorang yang lebih disegangi agar terjamin keselamatannya. Tapi,
ibnu Mas’ud tetap nekad, dan berkata, tak perlu khawatir, sebab Allah akan
melindungiku.
Pagi harinya
Ibnu Mas’ud mendatangi Ka’bah dan membacakan ayat surah al-Rahman di sisi Maqam nabi Ibrahim. Ia membaca Basmalah dengan
suara yang lantang. Orang-orang Quraish pun bertanya, apa gerangan yang dibaca
Ibnu Mas’ud? Ternyata merekapun tahu
bahwa yang disampaikan Ibnu Mas’ud adalah ayat-ayat al-Qur’an yang diturunkan
untuk Nabi Muhammad Saw. Setelah mereka tahu hal itu, mereka pun berdiri
memukuli wajah Ibnu Mas’ud. Tapi ibnu Mas’ud tidak peduli. Ia tetap saja
membacakan awal surah al-Rahman
tersebut hingga selesai.
Setelah itu, ia kembali kepada
Nabi dan sahabat lainnya dalam keadaan wajah yang babak-belur. Sahabat lainnya
pun berkata, hal inilah yang kami khawatirkan akan menimpamu. Ibnu Mas’ud menimpalinya, dengan berkata:
musuh-musuh Allah akan lebih hina dan naas nasibnya daripada perlakuan mereka
kepadaku hari ini.(riwayat al-Bukhary dan Imam Muslim).
Ibnu Mas’ud
sebagai telah dijelaskan di atas, memiliki perhatian cukup besar terhadap
al-Qur’an. Hal ini dapat dilihat dari pernyataannya bahwa, demi Allah, aku
telah menerima dari Nabi saw sebanyak 70-an lebih dari surah al-Qur’an. Dan
para sahabat tahu bahwa saya lebih paham tentang al-Qur’an daripada mereka,
meskipun bukan aku yang terbaik diantara mereka ( Wa Allah, la-qad ‘alim ashhab al-nabiyy Salla allah ‘alaih wa
sallama, anny min a’lamihim bi-kitab Allah, wa –ma ana bi-kharihim.
(riwayat Imam al-Bukhary yang bersumber dari al-A’masy).
Ibnu Mas’ud
pada riwayat lainnya pernah berkata: Demi Allah yang tiada Tuhan yang patut
selain-Nya, tak satu surah pun yang diturunkan, kecuali aku tahu di mana
diturunkan. Dan tak satu ayat pun yang diturunkan, kecuali aku tahu kepada
siapa dan untuk apa ayat tersebut diturunkan. Sekiranya aku tahu ada seseorang
yang lebih paham dariku tentang al-Qur’an, maka aku pun akan mendatanginya
dengan kendaraan onta. (Imam al-Bukhary dari al-A’masy, nomor hadis 9.257), dan
Imam Muslim dari Masruq, nomor hadis 9.577).
Pada perang Badar ada peristiwa menarik dari Ibnu
Mas’ud. Ketika Nabi berkata: siapa yang dapat menginformasikan berita tentang
Abu Jahal? Ibn Mas’ud
berkata: saya, ya rasululah. Lalu, ia pun bergegas mencari Abu Jahal. Ketika
ditemukannya di medan perang, ia pun menarik janggut Abu Jahal, dan
berkata:betulkah engkau hai Abu Jahal?. Wahai musuh Allah. Lalu, Ibnu Mas’ud
menebas leher Abu Jahal, dan membawakan kepalanya kepada Nabi Saw. Seraya
berkata: inilah kepala Abu Jahal. Nabi berkata: segala puji bagi Allah yang
telah memperkuat Islam dan umatnya. Abu Jahal ini adalah Fir’aun umat ini.
Kiprah Ibnu Mas’ud sepeninggal
Nabi Saw. Ia ikut dalam ekspedisi
Syam. Umar ibn al-Khattab mengutusnya ke Kufah bersama dengan ‘Ammar ibn Yasir.
‘Ammar sebagai Gubernur, dan Ibnu Mas’ud sebagai guru dan menterinya. Ia juga sebagai qadhi (hakim agama) di Kufah.
Menjelang wafatnya, Usman ibn ‘Affan menziarahi
Ibnu Mas’ud. Usman bertanya,
apa yang membuatmu bersedih? Jawab Ibnu Mas’ud, dosa-dosa-ku. Lalu, apa yang
engkau dambakan?. Jawabnya: rahmat dan kasih sayang Tuhan-ku. Usman, bertanya
lagi, apa tidak perlu saya panggilkan seorang dokter? Ibnu Mas’ud berkata:
tidak perlu, sebab dokter hanya akan membuatku sakit. Usman bertanya lagi, apa
saya tidak perlu memberi sesuatu yang engkau butuhkan? Jawab ibnu Mas’ud, aku
tidak berminat. Usman berkata lagi, mungkin justeru dibutuhkan anak-anakmu
setelah engkau meninggal. Usman berkata lagi, apa engkau tidak mengkhawatirkan
anak-anakmu akan ditimpa kemiskinan? Jawab Ibnu Mas’ud, saya selalu menyuruh
putera-puteriku untuk senantiasa membaca surah al-Waqi’ah setiap malamnya. Sebab, aku telah mendengar Nabi Saw
bersabda: barang siapa yang membaca surah al-Waqi’ah
setiap malamnya, maka ia tidak akan ditimpa kemiskinan untuk selama-lamanya.
(riwayat Ibnu Asakir). Menurut Nashiruddin al-Albany, riwayat ini dha’if. Imam
Ahmad ibn Hanbal menilainya dha’if. Dan tidak boleh diamalkan, jangan sampai
kita terjebak dalam perbuatan bid’ah. Hanya saja, boleh saja membac al-Waqi’ah, sebab dalam surah tersebut
banyak pelajaran yang kita dapat petik. Sebab, pada surah al-Waqi’ah ini, digambarkan dengan sangat jelas qiamat kubra dan sughra
(kematian). Seakan-akan orang yang membaca surah ini betul-betul melihat
kejadian kiamat tersebut. (Lihat Abd al-Shamad Syaraf al-Din, Muqaddimah Tuhfat al-Ashraf, h. 7-13).
Ibnu Mas’ud wafat di Medinah, pada tahun 32 H
dalam umur 63 tahun. Ia dimakamkan
di pemakaman al-Baqi’. Usman ibn ‚Affan ikut shalat jenazah sahabat yang agung ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar