Gallery

Jumat, 10 Februari 2012

Ibn Mas'ud. r.a

Ibn Mas’ud adalah pembawa sandal dan siwak Nabi Saw. Ibn ‘Abd al-Barr meriwayatkan bahwa pekerjaan rutin Ibnu Mas’ud adalah memasangkan sandal Nabi Saw, berjalan di depannya, melindungi Nabi ketika mandi, dan membangunkan Nabi jika tidur. Ibnu Mas’ud sebelum memeluk Islam bekerja sebagai penggembala kambing pada ‘Uqbah ibn Abi Mu’aith. Perawakannya cebol, dan tubuhnya yang kurus-krempeng. Ini sesuai penuturan Zubair ibn al-‘Awam.
            Perawakan Ibnu Mas’ud berdasarkan penuturan Ibnu Abd al-Barr, ia adalah seorang yang kurus lagi cebol. Tingginya sama dengan tinggi orang yang sedang duduk. Potongan rambutnya sampai ke bahunya. Ia memiliki rambut yang tidak ubanan. Ia hijrah dua kali (ke Habasyah dan ke Medinah). Ia memeluk Islam lebih awal, dan mengikuti perang Badar, dan sejumlah perang sesudahnya. Ia shalat bersama dengan Nabi pada dua kiblat. Nabi pun menjaminnya sebagai salah seorang penghuni surga.
 Dalam sebuah riwayat yang disampaikan oleh Imam Muslim, Nabi pernah bersabda: Aku mengizinkan kepadamu untuk membuka hijab-ku (hijab di rumah Nabi Saw), dan  ku-izinkan pula untukmu untuk mendengarkan percakapan rahasia dalam keluarga-ku (iznu-ka ‘alayya an-tarfa’a al-hijab, wa an-tasma’a siwady). Hadis riwayat Imam Muslim, nomor hadis 9.388. Izin Nabi yang demikian itu adalah ke-khususan bagi Abdullah ibn Mas’ud yang tidak diperoleh oleh sahabat lainnya.
 Ibn Mas’ud banyak meriwayatkan hadis. Tidak kurang 80 sahabat yang menerima hadis darinya, termasuk Khualafa’u r-rasyidun. Ali ibn Abu Thalib sendiri meriwayatkan  332 hadis yang bersumber dari Ibnu Mas’ud. Usman ibn Affan 72 hadis. Uqbah ibn ‘Amir sebanyak 68 hadis. Total jumlah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud adalah 1.247 hadis.
Lebih lanjut Ibn ‘Abd al-Barr meriwayatkan bahwa al-A’masy pernah meriwayatkan suatu berita yang diterimanya dari Abu Zhabyan (Hushain ibn Jundub), bahwa qira’at yang paling shahih adalah qira’at Abdullah ibn Mas’ud. Karena beliau hadir pada saat malaikat Jibril membacakan al-Qur’an pada tahun terakhir wafatnya Nabi Saw. Jadi, Abdullah ibn Mas’ud mengetahui secara tepat ayat-ayat al-Qur’an yang dinasakh dan mengetahui  pula ayat-ayat penggantinya (fa-‘alima ma nusikha min zalik wa ma baddala) . (riwayat Imam al-Nasa’i, hadis nomor 5.408).
Riwayat tersebut merupakan pengakuan Abdullah Ibn ‘Abbas tentang kepakaran Ibnu Mas’ud mengenai qira’at. Pada waktu tahun wafatnya Nabi Saw, malaikat Jibril dua kali mendatangi Nabi untuk membacakan al-Qur’an. Tentu ini suatu hal yang istimewa. Sebab, Ibnu Mas’ud sekaligus mendengarkan bacaan dua rasul, yakni Nabi sendiri dan malaikat Jibril. Sudah barang tentu ini peristiwa yang sangat langka terjadi. Dan ini hanya bisa bagi orang yang diperkenankan Nabi untuk mendengarkan percakapan rahasia beliau. Waktu itu, Ibnu Abbas baru berumur 12 tahun, sedang Ibnu Mas’ud telah mencapai usia 42 tahun. Jadi, dari segi senioritas, ibn Mas’ud jauh lebih senior ketimbang ibn Abbas. Oleh karenanya, Ibnu Mas’ud lebih banyak menerima ilmu langsung dari Nabi. Sedang Ibnu Abbas, karena yunior belakangan lebih banyak menerima dari sumber lain selain Nabi Saw, yakni sahabat-sahabat Nabi, termasuk Ibnu Mas’ud sendiri.
Tapi Ibn Mas’ud adalah orang pertama yang dengan berani membacakan al-Qur’an secara terang-terangan setelah Nabi saw di hadapan pemuka Arab Quraish. Peristiwa tersebut terjadi di kala Nabi dan sahabatnya berkumpul, dan Nabi pun bertanya, siapa yang berani membacakan al-Qur’an dihadapan pemuka Quraidsh? Ibnu Mas’ud bangkit dengan tegas menjawab, saya, ya rasulullah. Maka mereka pun mengkhawatirkan akan keselamatan Ibnu Mas’ud. Lalu, mereka sepakat untuk menunjuk seseorang yang lebih disegangi agar terjamin keselamatannya. Tapi, ibnu Mas’ud tetap nekad, dan berkata, tak perlu khawatir, sebab Allah akan melindungiku.
Pagi harinya Ibnu Mas’ud mendatangi Ka’bah dan membacakan ayat surah al-Rahman di sisi Maqam nabi Ibrahim. Ia membaca Basmalah dengan suara yang lantang. Orang-orang Quraish pun bertanya, apa gerangan yang dibaca Ibnu Mas’ud?  Ternyata merekapun tahu bahwa yang disampaikan Ibnu Mas’ud adalah ayat-ayat al-Qur’an yang diturunkan untuk Nabi Muhammad Saw. Setelah mereka tahu hal itu, mereka pun berdiri memukuli wajah Ibnu Mas’ud. Tapi ibnu Mas’ud tidak peduli. Ia tetap saja membacakan awal surah al-Rahman tersebut hingga selesai.
Setelah itu, ia kembali kepada Nabi dan sahabat lainnya dalam keadaan wajah yang babak-belur. Sahabat lainnya pun berkata, hal inilah yang kami khawatirkan akan menimpamu.  Ibnu Mas’ud menimpalinya, dengan berkata: musuh-musuh Allah akan lebih hina dan naas nasibnya daripada perlakuan mereka kepadaku hari ini.(riwayat al-Bukhary dan Imam Muslim).
Ibnu Mas’ud sebagai telah dijelaskan di atas, memiliki perhatian cukup besar terhadap al-Qur’an. Hal ini dapat dilihat dari pernyataannya bahwa, demi Allah, aku telah menerima dari Nabi saw sebanyak 70-an lebih dari surah al-Qur’an. Dan para sahabat tahu bahwa saya lebih paham tentang al-Qur’an daripada mereka, meskipun bukan aku yang terbaik diantara mereka ( Wa Allah, la-qad ‘alim ashhab al-nabiyy Salla allah ‘alaih wa sallama, anny min a’lamihim bi-kitab Allah, wa –ma ana bi-kharihim. (riwayat Imam al-Bukhary yang bersumber dari al-A’masy).  
Ibnu Mas’ud pada riwayat lainnya pernah berkata: Demi Allah yang tiada Tuhan yang patut selain-Nya, tak satu surah pun yang diturunkan, kecuali aku tahu di mana diturunkan. Dan tak satu ayat pun yang diturunkan, kecuali aku tahu kepada siapa dan untuk apa ayat tersebut diturunkan. Sekiranya aku tahu ada seseorang yang lebih paham dariku tentang al-Qur’an, maka aku pun akan mendatanginya dengan kendaraan onta. (Imam al-Bukhary dari al-A’masy, nomor hadis 9.257), dan Imam Muslim dari Masruq, nomor hadis 9.577).
Pada perang Badar ada peristiwa menarik dari Ibnu Mas’ud. Ketika Nabi berkata: siapa yang dapat menginformasikan berita tentang Abu Jahal? Ibn Mas’ud berkata: saya, ya rasululah. Lalu, ia pun bergegas mencari Abu Jahal. Ketika ditemukannya di medan perang, ia pun menarik janggut Abu Jahal, dan berkata:betulkah engkau hai Abu Jahal?. Wahai musuh Allah. Lalu, Ibnu Mas’ud menebas leher Abu Jahal, dan membawakan kepalanya kepada Nabi Saw. Seraya berkata: inilah kepala Abu Jahal. Nabi berkata: segala puji bagi Allah yang telah memperkuat Islam dan umatnya. Abu Jahal ini adalah Fir’aun umat ini.
Kiprah Ibnu Mas’ud sepeninggal Nabi Saw. Ia ikut dalam ekspedisi Syam. Umar ibn al-Khattab mengutusnya ke Kufah bersama dengan ‘Ammar ibn Yasir. ‘Ammar sebagai Gubernur, dan Ibnu Mas’ud sebagai guru dan menterinya.  Ia juga sebagai qadhi (hakim agama) di Kufah.
Menjelang wafatnya, Usman ibn ‘Affan menziarahi Ibnu Mas’ud. Usman bertanya, apa yang membuatmu bersedih? Jawab Ibnu Mas’ud, dosa-dosa-ku. Lalu, apa yang engkau dambakan?. Jawabnya: rahmat dan kasih sayang Tuhan-ku. Usman, bertanya lagi, apa tidak perlu saya panggilkan seorang dokter? Ibnu Mas’ud berkata: tidak perlu, sebab dokter hanya akan membuatku sakit. Usman bertanya lagi, apa saya tidak perlu memberi sesuatu yang engkau butuhkan? Jawab ibnu Mas’ud, aku tidak berminat. Usman berkata lagi, mungkin justeru dibutuhkan anak-anakmu setelah engkau meninggal. Usman berkata lagi, apa engkau tidak mengkhawatirkan anak-anakmu akan ditimpa kemiskinan? Jawab Ibnu Mas’ud, saya selalu menyuruh putera-puteriku untuk senantiasa membaca surah al-Waqi’ah setiap malamnya. Sebab, aku telah mendengar Nabi Saw bersabda: barang siapa yang membaca surah al-Waqi’ah setiap malamnya, maka ia tidak akan ditimpa kemiskinan untuk selama-lamanya. (riwayat Ibnu Asakir). Menurut Nashiruddin al-Albany, riwayat ini dha’if. Imam Ahmad ibn Hanbal menilainya dha’if. Dan tidak boleh diamalkan, jangan sampai kita terjebak dalam perbuatan bid’ah. Hanya saja, boleh saja membac al-Waqi’ah, sebab dalam surah tersebut banyak pelajaran yang kita dapat petik. Sebab, pada surah al-Waqi’ah ini, digambarkan dengan sangat jelas qiamat kubra dan sughra (kematian). Seakan-akan orang yang membaca surah ini betul-betul melihat kejadian kiamat tersebut. (Lihat Abd al-Shamad Syaraf al-Din, Muqaddimah Tuhfat al-Ashraf, h. 7-13).
 Ibnu Mas’ud wafat di Medinah, pada tahun 32 H dalam umur 63 tahun. Ia dimakamkan di pemakaman al-Baqi’. Usman ibn ‚Affan ikut shalat jenazah sahabat yang agung ini.

Tidak ada komentar: