1.
Seorang yang bernama Mbak Tini—nama samaran--,
baru saja tertarik dengan agama Islam. Suatu hari Mbak Tini mendengarkan
ceramah agama yang menjelaskan tentang rukun Islam ada lima perkara, rukun iman
ada enam perkara.
Mendengarkan ceramah sang Ustaz, dia pun lantas berpikir, bagaimana ya kalau nantinya saya memeluk Islam ini. Soalnya, saya lagi tersangkut dengan satu perkara saja di Mahkamah Agung, saya sudah habis satu miliyard. Kalau Islam itu dibangun di atas lima perkara, iman itu dengan enam perkara, berarti sudah 11 perkara. Itu berarti saya harus menyiapkan sebelas milyard. Maka Mbak Tini pun mengurungkan niatnya untuk memeluk Islam karena terlalu banyak perkara. (K.H. Malik Madani)
Mendengarkan ceramah sang Ustaz, dia pun lantas berpikir, bagaimana ya kalau nantinya saya memeluk Islam ini. Soalnya, saya lagi tersangkut dengan satu perkara saja di Mahkamah Agung, saya sudah habis satu miliyard. Kalau Islam itu dibangun di atas lima perkara, iman itu dengan enam perkara, berarti sudah 11 perkara. Itu berarti saya harus menyiapkan sebelas milyard. Maka Mbak Tini pun mengurungkan niatnya untuk memeluk Islam karena terlalu banyak perkara. (K.H. Malik Madani)
2.
Ada cerita ustaz yang tukang kawin. Perilaku
ustaz sering kawin adalah jelek, tapi disuruh oleh agama. Artinya perilaku itu
tidak bertentangan dengan teks agama. Sebaliknya, ada seorang ibu yang
konsultasi. Sebab, sudah sepuluh tahun ini suaminya kurang sehat. Sakit-sakitan.
Suaminya tidak mampu memberinya nafkah batin. Kalau mau menikah lagi, merasa
kasihan sama suaminya. Lalu, bagaimana pendapat agama? Hal yang menimpa sang
ibu ini adalah baik untuk menikah, tapi tidak ada dalilnya. (Imam Nakha’iy).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar