Gallery

Kamis, 16 Februari 2012

al-Haris al-Muhasiby

Namutu wa nahya kulla yawmin wa lailat-in
 Wa la budda min yawmin namutu wa la nahya
Wa linna la-fi al-dunya ka-rakbi safinat-in
Nadzunnu wuqufan wa al-zamanu bina yajry

(Kita mati dan hidup setiap hari, setiap malam
Sangat boleh jadi suatu hari kita mati, dan hidup lagi
Sesungguhnya kita di dunia ini laksana penumpang sebuah kapal
Kita mengira “berhenti”, padahal waktu terus berlalu)

al-Muhasiby(165 H -243 H) adalah seorang ulama sufi yang memiliki ilmu yang tinggi pada zamannya. Imam Ahmad ibn Hanbal, Imam al-Syathiby, dan  Ibnu Taimiyah mengagumi beliau.
Banyak pandangan al-Muhasiby yang dijadikan landasan pemikiran tasawuf sesudahnya. Imam al-Junaid al-Baghdady dan Imam al-Ghazaly banyak juga mengutip pandangan beliau.

Terdapat perbedaan pendapat ulama mengenai kebesaran al-Muhasiby. Imam Ahmad ibn Hanbal tidak setuju mengenai pandangan teologi Imam al-Muhasiby mengenai sifat Allah Swt. Apakah Allah berfirman dengan suara atau tidak dengan suara? Imam Ahmad menolak pandangan al-Muhasiby. Imam al-Syathiby dalam kitab al-I’tisham-nya menulis sekitar 10 lembar mengenai keutamaan pandangan tasawuf al-Muhasiby.
Diantara nasehat al-Muhasiby dan riwayat yang perpeganginya, sebagai berikut:

1.Wa a’lam anna man nashahaka fa-qad ahabbaka.
 ( Ketahuilah bahwa siapa saja yang menasehatimu, sebetulnya dialah yang mencintaimu).
2. wa adim zikr Allah tanal qurbahu .
( Teruslah berzikir kepada Allah, maka engkau akan mendapatkan kedekatan dengan-Nya).
3. Wa a’lam anna qalilan yughnika khair-un min kathirin yuthghika. Wa iyyaka wa dakwat al-mazhlumi.
( Ketahuilah, sesungguhnya sesuatu yang sedikit tapi membahagiakanmu lebih baik dari pada banyak membuatmu congkak. Berhati-hatilah terhadap do’a orang teraniaya).  

4. Rasulullah Shalla Allah ‘alaih wa sallama bersabda:….wa la tukhalith illa ‘aqilan taqiyyan, wa la tujalis illa ‘aliman bashiran
     (Janganlah bercampur kecuali dengan orang alim lagi taqwa. Dan janganlah menghadiri majlis kecuali majlis orang alim lagi kasyaf)….
5.Wa  i’tazil al-fudhul taslam
(Jauhilah sikap berlebih-lebih, niscaya engkau akan selamat).


6. Umar r.a pernah berkata:
La khaira fi qawm-in laisu bi-nashihin. Wa khaira fi qawm-in la yuhibbuna al-nashihin.
(Tiada kebaikan bagi suatu kaum yang tidak ada pemberi nasehat. Tidak ada kebaikan suatu kaum yang mereka tidak menyukai pemberi nasehat).

Pada kesempatan lain, Imam al-Syafi’i pernah berkata sebagaimana dikutip Ibnu al-Qayyim dalam kitab Zadul Ma’ad, jilid 3, h. 417); Arba’atun tazidu fi al-‘aqli, tarku al-fudhul min al-kalam, wa al-siwak, wa mujalasat al-shalihin, wa mujalasat al-‘ulama. ( ada empat hal yang dapat menambah kecerdasan, yakni: menjauhi banyak bicara, selalu bersiwak/ sikat gigi, senang bersama para orang shaleh, dan sering menghadiri majlis para ulama).
Abu Zar pernah berkata: I’mal ka annaka tara, wa ‘udda nafsaka fi al-mauta, wa a’lam anna al-syarra la yunsa, wa al-khaira la yafna( berbuat baiklah, seakan-akan engkau melihat Tuhan, persiapkan dirimu untuk menjemput kematian, dan ketahuilah bahwa keburukan itu tidak mudah dilupakan, dan kebaikan  tidak akan pernah hilang).

Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari nasehat Imam al-Muhasiby agar kita dapat mengarungi carut-marut dan godaan hidup ini dengan selamat. amin

Wa Allah a’lam.


Tidak ada komentar: