Tesis Juynboll memang sering mengejutkan. Sejak beliau
menerbitkan disertasi doktornya yang berjudul: The Authenticity
of the Tradition Literature, discussions in Modern Egypt…yang memuat
perdebatan ulama Mesir mengenai otentisistas hadis dan karyanya yang lain: Muslim Tradition.Studies in Chronoly, Provenance and Authorship of Early Hadith (
Cambridge, 1983).
Koleksi artikel Juynboll: Essays Studies on the Origins and Uses of Islamic hadith (
Aldershot, 1996).
Juynboll bekerja di Rijksuniversiteit Leiden, UCLA and the
University of Exeter.
From 1985 he worked with great dedication on his research on
the early tradition literature, and could be found daily in the study hall of
eastern literature and history.
In the meantime, he didn’t cease contributing to magazines
and to the Encyclopaedia of Islam. In
2007, Juynboll concluded his life’s work with the Brill publication of his Encyclopaedia of Canonical Hadith. In an interview
with Nico Kaptein and Ilja Mottier in the SMES newsletter he called his opus
magnus “the culmination of everything I
Know”.
Karya terakhirnya yang sangat popular: Encyclopedia of Canonical Hadith, (E.J. Brills, 2007). Seperti karya Juynboll lainnya, memang pemikirannya masih dibawah bayang-bayang tesis Ignaz Goldhziher dan Joseph Schacht yanfg kedua orientalis ini sangat tidak percaya pada otentisitas hadis.
Karya terakhirnya yang sangat popular: Encyclopedia of Canonical Hadith, (E.J. Brills, 2007). Seperti karya Juynboll lainnya, memang pemikirannya masih dibawah bayang-bayang tesis Ignaz Goldhziher dan Joseph Schacht yanfg kedua orientalis ini sangat tidak percaya pada otentisitas hadis.
Dalam bukunya yang sangat tebal ini, teridiri dari 804
halaman, Juynboll kembali mengaajukan tesis yang sangat menggugah kita untuk
segera menggugatnya. Halmana, periwayat hadis yang sangat terkenal dan memiliki
tingkatan al.sanad al.’ali dalam
tradisi ilmu hadis, oleh Juynboll dianggap tokoh fiktif. Seperti Anas ibn
Malik. Anas pada umur 8 atau 9 tahun oleh Ibunya Ummu Sulaim dikirim kepada
Nabi Saw agar menjadi khadam beliau untuk membantu Nabi dalam menyelesaikan
tugas-tugas domestik di rumah beliau.
Juynboll juga tidak percaya pada al-mu’ammarun, para periwayat yang berumur panjang. Al.mu’ammarun ini hanyalah akal-akalan
saja agar antara sahabat dan tabi’in yang hidup pada masa sesudahnya terjadi ‘mulaqat’ dan mu’asharah’ meminjam istilah Imam Muslim ( penulis kitab Shahih Muslim). Mulaqat adalah pertemuan antara guru-murid dalam periwayatan. Mu’asharah adalah kesezamanan antara
periwayat.
Pada bagian akhir bukunya, Juynboll kembali menghentak
dengan tesis yang dikemukakannya mengenai pribadi Ubaidillah ibn Syihab
al-Zuhri. Ia mengajukan kritik terhadap sanad yang dipakai al-Zuhri dan
hadis-hadis yang diriwayatkannya. Contoh pertama yang diajukannya adalah hadis
atau riwayat isra’ dan mikraj Nabi Saw yang ditengarai tidak
otentik.
Catatan pinggir untuk Juynboll adalah dia terlalu tangguh
untuk ‘digugat’. Kita tentu mengapresiasi mengenai ketekunan beliau mengkaji
hadis. Untuk sementara ini—terutama di Indonesia--, kita belum menemukan sosok
sarjana muslim yang konsern dan konsisten dalam mengkaji hadis.
Tesis-tesis beliau meskipun akademik, tapi masih dibawah bayang-bayang
Ignaz Goldziher dan Joseph Schacht. Tentu kita tidak harus a priori untuk menolak atau menerima tesis beliau. Kita harus
mengkaji lebih mendalam lagi.
Pada tanggal 25 Pebruari 2011, LUCIS mengadakan acara khusus
untuk mengenang wafatnya Juynboll. Yang hadir antara lain: Prof. Leon Buskens (
Direktur LUCIS); Prof. Maribel Fierro ( Institut Filologi Madrid); Dr Joed
Elich ( Brill Publication), pkl 15.00-16.00, di ruang Matthias de Vrieshof 4,
room 08 ( Leiden).
Sedikit catatan Prof Leon
Buskens yang menerima kami waktu monitoring Short
Course di Belanda, tahun 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar