Gallery

Senin, 06 Februari 2012

G.H.A Juynboll

G.H.A Juynboll (1935-19 desember 2010) dikenal sebagai pengkaji Islam yang memiliki spesifikasi kajian hadis. Ia sudah menghabiskan lebih dari 35 tahun masa hidupnya untuk meneliti hadis. Kata muridnya atau orang yang pernah bersentuhan dengan beliau—Prof Alef Theria Wasim, Kamaruddin Amin—bahwa Juynboll setiap harinya berkunjung ke Perpustakaan Leiden University mulai jam 9 pagi sampai pukul 17 sore hari. Juynboll hanya membaca, menulis di perpustakaan. Ia tidak banyak mengajar di kelas. Ia lebih senang membimbing disertasi doctoral, itupun sangat selektif.
Tesis Juynboll memang sering mengejutkan. Sejak beliau menerbitkan disertasi doktornya yang berjudul:  The Authenticity of the Tradition Literature, discussions in Modern Egypt…yang memuat perdebatan ulama Mesir mengenai otentisistas hadis dan karyanya yang lain: Muslim Tradition.Studies in Chronoly, Provenance and Authorship of Early Hadith ( Cambridge, 1983).
Koleksi artikel Juynboll: Essays Studies on the Origins and Uses of Islamic hadith ( Aldershot, 1996).
Juynboll bekerja di Rijksuniversiteit Leiden, UCLA and the University of Exeter.
From 1985 he worked with great dedication on his research on the early tradition literature, and could be found daily in the study hall of eastern literature and history.
In the meantime, he didn’t cease contributing to magazines and to the Encyclopaedia of Islam. In 2007, Juynboll concluded his life’s work with the Brill publication of his Encyclopaedia of  Canonical Hadith. In an interview with Nico Kaptein and Ilja Mottier in the SMES newsletter he called his opus magnus “the culmination of everything I Know”.
Karya terakhirnya yang sangat popular: Encyclopedia of Canonical Hadith, (E.J. Brills, 2007). Seperti karya Juynboll lainnya, memang pemikirannya masih dibawah bayang-bayang tesis Ignaz Goldhziher dan Joseph Schacht yanfg kedua orientalis ini sangat tidak percaya pada otentisitas hadis.
Dalam bukunya yang sangat tebal ini, teridiri dari 804 halaman, Juynboll kembali mengaajukan tesis yang sangat menggugah kita untuk segera menggugatnya. Halmana, periwayat hadis yang sangat terkenal dan memiliki tingkatan al.sanad al.’ali dalam tradisi ilmu hadis, oleh Juynboll dianggap tokoh fiktif. Seperti Anas ibn Malik. Anas pada umur 8 atau 9 tahun oleh Ibunya Ummu Sulaim dikirim kepada Nabi Saw agar menjadi khadam beliau untuk membantu Nabi dalam menyelesaikan tugas-tugas domestik di rumah beliau.
Juynboll juga tidak percaya pada al-mu’ammarun, para periwayat yang berumur panjang. Al.mu’ammarun ini hanyalah akal-akalan saja agar antara sahabat dan tabi’in yang hidup pada masa sesudahnya terjadi ‘mulaqat’ dan mu’asharah’ meminjam istilah Imam Muslim ( penulis kitab Shahih Muslim). Mulaqat adalah pertemuan antara guru-murid dalam periwayatan. Mu’asharah adalah kesezamanan antara periwayat.
Pada bagian akhir bukunya, Juynboll kembali menghentak dengan tesis yang dikemukakannya mengenai pribadi Ubaidillah ibn Syihab al-Zuhri. Ia mengajukan kritik terhadap sanad yang dipakai al-Zuhri dan hadis-hadis yang diriwayatkannya. Contoh pertama yang diajukannya adalah hadis atau riwayat isra’ dan mikraj Nabi Saw yang ditengarai tidak otentik.

Catatan pinggir untuk Juynboll adalah dia terlalu tangguh untuk ‘digugat’. Kita tentu mengapresiasi mengenai ketekunan beliau mengkaji hadis. Untuk sementara ini—terutama di Indonesia--, kita belum menemukan sosok sarjana muslim yang konsern dan konsisten dalam mengkaji hadis.
Tesis-tesis beliau meskipun akademik, tapi masih dibawah bayang-bayang Ignaz Goldziher dan Joseph Schacht. Tentu kita tidak harus a priori untuk menolak atau menerima tesis beliau. Kita harus mengkaji lebih mendalam lagi.

Pada tanggal 25 Pebruari 2011, LUCIS mengadakan acara khusus untuk mengenang wafatnya Juynboll. Yang hadir antara lain: Prof. Leon Buskens ( Direktur LUCIS); Prof. Maribel Fierro ( Institut Filologi Madrid); Dr Joed Elich ( Brill Publication), pkl 15.00-16.00, di ruang Matthias de Vrieshof 4, room 08 ( Leiden).
Sedikit catatan Prof  Leon Buskens yang menerima kami waktu monitoring Short Course di Belanda, tahun 2009.

Tidak ada komentar: