Ali Audah mengeluh dengan suasana azan shubuh di Bogor yang
suasana sangat gaduh. Mungkin saja beliau kebetulan waktu tidurnya justeru
setelah shalat shubuh karena beliau menulis dan membaca sampai dini hari.
Apakah azan yang suara yang keras masih relevan sekarang ini? Sebab, azan itu
dimaksudkan untuk pemberitahuan kepada khalayak bahwa waktu shalat telah tiba.
Dulu pada masa Nabi Shalla Allah ‘alaih wa sallama, belum dikenal adanya jam
atau wekker. Sehingga, setiap waktu shalat suara mu’azzin sangat penting.
Bagaimana dengan orang yang sedang sakit/ bagaimana dengan
seorang bayi atau anak kecil yang sedang sakit? Apakah mereka juga butuh azan?
Bagaimana dengan orang tua yang sudah uzur, apakah mereka juga butuh suara
azan?
Saya jadi teringat suasana kota Kairo, Mesir. Di Mesir
azannya seragam, indah dan syahdu. Setiap waktu shalat tiba, maka serentak
seluruh penjuru kota terdengar azan yang seragam. Serentak, seragam, dan
syahdu. Tentu berbeda dengan di Indonesia. Saya juga teringat dengan suasana
kota Shana’a Yaman. Azannya disamping tidak syahdu juga tidak seragam. Kelompok
sunny lafaz azannya sama dengan mayoritas umat Islam di Indonesia. Sedang bagi
kelompok syi’ah, terdengar suara azan yang berbeda. Terutama pada shubuh hari.
Di Indonesia dan kebanyakan Negara-negara yang berpenduduk muslim mayoritas,
ada tambahan lafaz: al-shalat-u khair-un min al-naum ( shalat lebih baik
daripada tidur). Bagi kelompok syi’ah, lafaznya berbeda, yakni: al-shalat-u
‘ala khair al-‘amal ( seruan untuk melaksanakan shalat sebagai wajud kebaktian
yang lebih utama). Ditambah lagi dengan suara yang tidak merdu. Padahal, dalam
tata karma azan, mestinya yang azan itu adalah mereka yang memiliki suara yang
merdu. Pada masa Nabi shalla Allah ‘alaih wa sallama, Bilal ibn Rabah itulah
yang ditunjuk sebagai mu’azzin professional. Bilal memiliki suara yang merdu.
Itulah sebabnya, biasanya di kampung, tukang azan itu diberi gelar: “bilal”.
Di barat ada orang tertentu yang rindu azan terutama bagi
mereka yang mengambil program Ph.D di barat. Rindu akan suasana kampung mereka.
Bojong gede, 1 Pebruari 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar