Masagung kecil, umur 13 tahun, terpaksa banting tulang dan
bekerja keras, lalu terpaksa menjual rokok.
Ia memang terkenal anak nakal, tapi dari kenakalannya
dikenal sebagai sosok yang memiliki keberanian di atas rata-rata.
Pada saat pendudukan Jepang, ia berani bergaul dengan
tentara Jepang di Banten. Dari pergaulannya ini, ia berhasil mendapatkan
sepeda. Dari modal sepedanya ini, ia memulai bisnis rokok di Glodok. Ia membeli
meja, dan menitipkannya pada sebuah took di Glodok. Pelan tapi pasti, ia
membangun relasi dengan pengusaha rokok lainnya. Akhirnya usaha rokoknya
berkembang.
Belakangan ia menentukan usahanya hanya fokus untuk
perbukuan.
Pada saat, Belanda kalah dari Jepang, ia berani mendatangi
orang-orang Belanda tersebut agar mau menjual buku-buku tua mereka dengan
harga murah.
Singkat kata, Toko Masagung sekarang sudah berdiri kokoh
dengan karakter tersendiri. Toko Masagung memiliki segmen pasar tersendiri
yang sudah barang tentu berbeda dengan toko buku Gramedia.
Lain lagi dengan H. Mustofa, seorang pebisnis besi tua yang
buta huruf. Tapi ia memiliki modal “nekat” dan memiliki kemampuan untuk
menaksir harga besi tua. Ia sangat jujur, bekerja keras, nekat, dan berani.
Pengusaha besi tua kelahiran 1952, Bangkalan Madura ini
sampai berani memburu besi tua di Iraq, meskipun belakangan gagal. Ketika
perang teluk berkecamuk di Iraq, ia melihat peluang ini. Dalam benaknya, tentu
banyak kapal selam, kapal perang yang tenggelam. Ia pernah mengutus 3 orang
karyawannya untuk meninjau dan melihat peluang bisnis besi tua di Iraq. Hanya
saja, bisnisnya ini tidak kesampaian, karena lokasinya sangat jauh di lautan,
dan akses sarana dan pra-sarana di sana sangat sulit.
Bagi seorang pengusaha, itu hanyalah resiko sebagai
pebisnis.
Hal yang menarik, Haji Mustofa mengambil untung Rp 25-30
per-kilogram besi tua yang dijualnya. Ia berpikir bahwa dalam 8.000 kg yang
dijual pada setiap bulannya, ia dapat menarik keuntungan sekitar Rp 200 juta.
Yang jelas, pelajaran yang harus diambil dari kisah dua
tokoh ini adalah dalam berbisnis, seseorang harus memiliki:
1.
Berani mengambil resiko;
2. Menjunjung tinggi kejujuran dan integritas;
3.
Ia harus petarung;
4.
Ia haus berpikir: sedikit dalam banyak.
Wa Allah a'lam.
Wa Allah a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar