Gallery

Jumat, 10 Februari 2012

Abu Yusuf

Nama lengkapnya Abu Yusuf Ya’qub ibn Ibrahim al-Anshary al-Kufi (w.182 H/798 M)
, salah seorang murid terkasih dan tercerdas Abu Hanifah. Ia belajar selama 17 tahun kepada Abu Hanifah. Ia salah seorang pendiri utama mazhab Hanafiyah. Ia dikenal sebagai pemuda yang cerdas meskipun hidup dalam kemiskinan. Sejak belia, ketika Abu Yusuf mengikuti majlis Abu Hanifah, orang tuanya sering memanggilnya untuk bekerja untuk mencukupi kehidupan kesehariannya. Untuk kesekian kalinya, orang tua Abu Yusuf masih saja memanggil putranya itu untuk bekerja meskipun sedang mengikuti majlis Abu Hanifah. Abu Hanifah akhirnya mensubsidi kebutuhan keseharian Abu Yusuf. Pada setiap bulannya, sebelum bekal Abu Yusuf habis, Abu Hanifah senantiasa mengirimi kebutuhannya.
Ketika bertindak sebagai Qadhi al-Qudhat, hakim Agung, atau kepala para hakim--suatu jabatan baru yang sebelumnya tidak dikenal sepanjang sejarah peradilan agama--, Abu Yusuf mendapat tugas dari Khalifah Harun al-Rasyid agar menulis suatu buku pedoman untuk amir al-mukminin dalam menyelenggarakan birokrasi pemerintahan terutama terkait dengan pajak. Maka Abu Yusuf menulis kitab al-Kharaj yang sangat terkenal itu. Tentu saja kitab al-Kharaj ini ditulisnya disela-sela kesibukan beliau sebagai hakim agung. Pada pengantar kitab al-Kharaj, Abu Yusuf memulainya dengan komentar:
Inna amir al-mukminin ayyadahu Allah ta’ala sa’alani an adha’a lahu kitab-an jami’an ya’malu bihi fi jabayat-I al-kharaj wa al-‘usyur wa al-shadaqat wa al-jawaly wag hair zalika mimma yajibu ‘alaih al-nadzar fih wa al-‘amal bih. Wa innama arada bi-zalika raf’a al-zulm ‘an ra’iyyatih wa al-shalah li-amrihim. Waffaqa Allah ta’ala amir al-mukminin wa saddadahu wa a’anahu ‘ala ma tawalla min zalika, wa sallamahu mimma yakhafu wa yahzaru…..
Ya amir al-mukminin inna Allah wa lahu al-hamdu qad qalladaka amran ‘azim-an: thawabuh a’zamu al-thawab, wa ‘iqabuhu asyadd al-‘iqab….
La tu’akhkhir ‘amal al-yaum ila ghad-in. fa-innaka iza fa’alta zalika adla’ta. Inna al-ajla duna al-amal, fa-badir al-ajla bi al-‘amal. Fa-innahu la ‘amala ba’da al-ajli. …
Fa aqim al-haqq fi ma walla-ka Allah wa qalladaka wa lau sa’at-an min nahar-in…fa-inna as’ad al-ru’at ‘ind Allah yaum al-qiyamat ra’in sa’idat bih ra’iyyatahu…..waiyyaka wa al-amr bi al-hawa, wa al-akhdz bi al-ghadlab.
Iza nadzarta ila amrain ahadahuma li al-akhirat wa al-akhar li al-dunya, fa akhtar amr al-akhirat ‘ala amr al-dunya. Fa inna al-akhirat tabqa, wa al-dunya tafna. ( Kitab al-Kharaj, Dar al-Makrifah, h.3-4).
Pesan-pesan moral Abu Yusuf sangat menarik untuk para hakim dan penegak hukum di era sekarang. Hukum ditegakkan untuk menunaikan hak-hak masyarakat bawah. Pentingnya memberikan pelayanan cepat untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat. Seorang pejabat seharusnya lebih berorientasi pada ukhrawy dan tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan duniawy yang serba fana ini. Demikian seterusnya.  
Kitab lain yang ditulisnya, yakni: (a) Kitab al-Athar, yang memuat hadis-hadis dari ulama Kufah yang Abu Yusuf riwayatkan. Ada juga kitab (b) Ikhtilaf Abi Hanifah wa Ibnu Aby Laila. Kitab yang terakhir ini saya sempat foto copy ketika berkunjung ke KITLV, Leiden University, tahun 2009.
Banyak ulama yang memuji ketokohan dan kepakaran Abu Yusuf dalam bidang hadis dan hukum Islam. Tapi ada juga ulama yang menilainya miring karena Abu Yusuf pernah mengambil harta anak yatim sebagai investasi kekayaan pribadinya. Abu Yusuf ketika wafatnya Abu Hanifah, ia jatuh miskin lagi sampai ia menjual rumah isterinya. Mertuanya marah, dan akhirnya Abu Yusuf meninggalkan Kufah, dan selanjutnya berpindah ke Baghdad. Di Baghdad inilah menurut sebuah sumber, ia memulai karier dan mendapat kepercayaan Khalifah Harun al-Rasyid sebagai hakim agung.

( dari berbagai sumber: J. Schacht, "Abu Yusuf", dalam Encyclopedia of Islam, Jilid I, h. 164-5; Abu Yusuf, Kitab al-Kharaj, Dar al-Makrifah, 4-5; idem, Ikhtilaf Abi Hanifah wa Ibnu Aby Laila). 

Tidak ada komentar: