Nama lengkapnya Abu Yusuf Ya’qub ibn Ibrahim al-Anshary
al-Kufi (w.182
H/798 M)
, salah seorang murid terkasih dan tercerdas Abu Hanifah. Ia belajar
selama 17 tahun kepada Abu Hanifah. Ia salah seorang pendiri utama mazhab Hanafiyah.
Ia dikenal sebagai pemuda yang cerdas meskipun hidup dalam kemiskinan. Sejak
belia, ketika Abu Yusuf mengikuti majlis Abu Hanifah, orang tuanya sering
memanggilnya untuk bekerja untuk mencukupi kehidupan kesehariannya. Untuk
kesekian kalinya, orang tua Abu Yusuf masih saja memanggil putranya itu untuk
bekerja meskipun sedang mengikuti majlis Abu Hanifah. Abu Hanifah akhirnya
mensubsidi kebutuhan keseharian Abu Yusuf. Pada setiap bulannya, sebelum bekal
Abu Yusuf habis, Abu Hanifah senantiasa mengirimi kebutuhannya.
Ketika bertindak sebagai Qadhi
al-Qudhat, hakim Agung, atau kepala para hakim--suatu jabatan baru yang
sebelumnya tidak dikenal sepanjang sejarah peradilan agama--, Abu Yusuf
mendapat tugas dari Khalifah Harun al-Rasyid agar menulis suatu buku pedoman untuk
amir al-mukminin dalam menyelenggarakan birokrasi pemerintahan terutama terkait
dengan pajak. Maka Abu Yusuf menulis kitab
al-Kharaj yang sangat terkenal itu. Tentu saja kitab al-Kharaj ini ditulisnya disela-sela kesibukan beliau sebagai
hakim agung. Pada pengantar kitab
al-Kharaj, Abu Yusuf memulainya dengan komentar:
Inna amir al-mukminin ayyadahu Allah ta’ala sa’alani an adha’a lahu kitab-an jami’an ya’malu bihi fi jabayat-I al-kharaj wa al-‘usyur wa al-shadaqat wa al-jawaly wag hair zalika mimma yajibu ‘alaih al-nadzar fih wa al-‘amal bih. Wa innama arada bi-zalika raf’a al-zulm ‘an ra’iyyatih wa al-shalah li-amrihim. Waffaqa Allah ta’ala amir al-mukminin wa saddadahu wa a’anahu ‘ala ma tawalla min zalika, wa sallamahu mimma yakhafu wa yahzaru…..
Inna amir al-mukminin ayyadahu Allah ta’ala sa’alani an adha’a lahu kitab-an jami’an ya’malu bihi fi jabayat-I al-kharaj wa al-‘usyur wa al-shadaqat wa al-jawaly wag hair zalika mimma yajibu ‘alaih al-nadzar fih wa al-‘amal bih. Wa innama arada bi-zalika raf’a al-zulm ‘an ra’iyyatih wa al-shalah li-amrihim. Waffaqa Allah ta’ala amir al-mukminin wa saddadahu wa a’anahu ‘ala ma tawalla min zalika, wa sallamahu mimma yakhafu wa yahzaru…..
Ya amir al-mukminin
inna Allah wa lahu al-hamdu qad qalladaka amran ‘azim-an: thawabuh a’zamu
al-thawab, wa ‘iqabuhu asyadd al-‘iqab….
La tu’akhkhir ‘amal
al-yaum ila ghad-in. fa-innaka iza fa’alta zalika adla’ta. Inna al-ajla duna
al-amal, fa-badir al-ajla bi al-‘amal. Fa-innahu la ‘amala ba’da al-ajli. …
Fa aqim al-haqq fi ma
walla-ka Allah wa qalladaka wa lau sa’at-an min nahar-in…fa-inna as’ad al-ru’at
‘ind Allah yaum al-qiyamat ra’in sa’idat bih ra’iyyatahu…..waiyyaka wa al-amr
bi al-hawa, wa al-akhdz bi al-ghadlab.
Iza nadzarta ila
amrain ahadahuma li al-akhirat wa al-akhar li al-dunya, fa akhtar amr
al-akhirat ‘ala amr al-dunya. Fa inna al-akhirat tabqa, wa al-dunya tafna.
( Kitab al-Kharaj, Dar al-Makrifah,
h.3-4).
Pesan-pesan moral Abu Yusuf sangat menarik untuk para hakim
dan penegak hukum di era sekarang. Hukum ditegakkan untuk menunaikan hak-hak
masyarakat bawah. Pentingnya memberikan pelayanan cepat untuk pemenuhan kebutuhan
masyarakat. Seorang pejabat seharusnya lebih berorientasi pada ukhrawy dan
tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan duniawy yang serba fana ini. Demikian
seterusnya.
Kitab lain yang ditulisnya, yakni: (a) Kitab al-Athar, yang memuat hadis-hadis dari ulama Kufah yang Abu
Yusuf riwayatkan. Ada juga kitab (b) Ikhtilaf
Abi Hanifah wa Ibnu Aby Laila. Kitab yang terakhir ini saya sempat foto
copy ketika berkunjung ke KITLV, Leiden University, tahun 2009.
Banyak ulama yang memuji ketokohan dan kepakaran Abu Yusuf
dalam bidang hadis dan hukum Islam. Tapi ada juga ulama yang menilainya miring
karena Abu Yusuf pernah mengambil harta anak yatim sebagai investasi kekayaan pribadinya.
Abu Yusuf ketika wafatnya Abu Hanifah, ia jatuh miskin lagi sampai ia menjual
rumah isterinya. Mertuanya marah, dan akhirnya Abu Yusuf meninggalkan Kufah,
dan selanjutnya berpindah ke Baghdad. Di Baghdad inilah menurut sebuah sumber, ia
memulai karier dan mendapat kepercayaan Khalifah Harun al-Rasyid sebagai hakim
agung.
( dari berbagai sumber: J. Schacht, "Abu Yusuf", dalam Encyclopedia of Islam, Jilid I, h. 164-5; Abu Yusuf, Kitab al-Kharaj, Dar al-Makrifah, 4-5; idem, Ikhtilaf
Abi Hanifah wa Ibnu Aby Laila).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar