Gallery

Senin, 06 Februari 2012

Mesir Bergolak

Mesir adalah kota “bencong”, indah pada malam harinya. Di siang hari, Mesir adalah kota penuh debu, pinggiran kota Mesir kumuh. Hanya tempat-tempat tertentu yang kelihatan eksotik yang menjadi obyek wisata, seperti Mathaf ( Museum Mesir), Giza ( Piramida), Sungai Niel, Iskandariyah ( Perpustakaan dan pantainya seperti yang terlihat dalam Film Ayat-ayat Cinta), Masjid ‘Amr ibn al-‘Ash, Istana Sulthan Hasan, Masjid Husein, Pasar Husein, dll.

Setelah 30 tahun memerintah, Husni Mubarak akhirnya digugat oleh rakyatnya. Husni Mubarok harus meletakkan tampuk kepemimpinannya. Selama 30 tahun Presiden Husni Mubarok tidak memiliki wakil Presiden. Menteri dalam negerinya terkenal bengis. Kalau ada ulama, cendekiawan atau siapa saja yang mengkritik pemerintah, pasti ditangkapnya. Sekuriti Mesir sangat mencekam. Militer merupakan mesin kekuatan pemerintah. Militer penyangga kekuasaan.
Rakyat, sekitar 40 juta jiwa terutama kalangan muda yang tetap dibiarkan menganggur. Mereka sulit mendapatkan pekerjaan yang layak untuk hidup layak.
Hal ini sangat tampak pada kehidupan pinggiran kota yang sangat miskin. Masyarakat hidup di bawah garis kemiskinan. Ada komunitas penjaga kuburan yang hidup sangat memprihatinkan. Mereka beranak-pinak  di sekitar komplek makam.

Abdillah Toha menulis: Wajah Amerika di Mesir ( Kompas, 5-02-11). Ada kepentingan Amerika di balik pergolakan di Mesir. Barack H. Obama hari-hari terakhir ini sangat gencar mengadakan rapat di gedung putih layaknya membahas carut marut kota California. Padahal, mereka sedang membahas perkembangan politik di Mesir.
Amerika sangat mengkhawatirkan siapa pengganti pasca Mubarok. Jangan sampai pengganti Mubarok adalah dari kelompok garis keras seperti kelompok Ikhwanul Muslimin.
Jadi, sebagian pengamat berpendapat bahwa Husni Mubarok belum turun karena masih mencari pengganti yang tepat—yang dipersiapkan dapat mengerti dan mengakomodasi kepentingan Amerika. Mungkinkah bergolaknya Tunisia yang berakhir dengan terjungkalnya Ben Ali adalah kekuatan Amerika yang bermain? Atau sangat boleh jadi pergolakan di Yaman, Yordania juga Amerika sebagai dalangnya?


Tidak ada komentar: