Setelah 30 tahun memerintah,
Husni Mubarak akhirnya digugat oleh rakyatnya. Husni Mubarok harus meletakkan
tampuk kepemimpinannya. Selama 30 tahun Presiden Husni Mubarok tidak memiliki
wakil Presiden. Menteri dalam negerinya terkenal bengis. Kalau ada ulama,
cendekiawan atau siapa saja yang mengkritik pemerintah, pasti ditangkapnya.
Sekuriti Mesir sangat mencekam. Militer merupakan mesin kekuatan pemerintah.
Militer penyangga kekuasaan.
Rakyat, sekitar 40 juta jiwa
terutama kalangan muda yang tetap dibiarkan menganggur. Mereka sulit
mendapatkan pekerjaan yang layak untuk hidup layak.
Hal ini sangat tampak pada
kehidupan pinggiran kota yang sangat miskin. Masyarakat hidup di bawah garis
kemiskinan. Ada komunitas penjaga kuburan yang hidup sangat memprihatinkan.
Mereka beranak-pinak di sekitar komplek makam.
Abdillah Toha menulis: Wajah Amerika di Mesir ( Kompas,
5-02-11). Ada kepentingan Amerika di balik pergolakan di Mesir. Barack H. Obama
hari-hari terakhir ini sangat gencar mengadakan rapat di gedung putih layaknya
membahas carut marut kota California. Padahal, mereka sedang membahas
perkembangan politik di Mesir.
Amerika sangat mengkhawatirkan
siapa pengganti pasca Mubarok. Jangan sampai pengganti Mubarok adalah dari
kelompok garis keras seperti kelompok Ikhwanul
Muslimin.
Jadi, sebagian pengamat
berpendapat bahwa Husni Mubarok belum turun karena masih mencari pengganti yang
tepat—yang dipersiapkan dapat mengerti dan mengakomodasi kepentingan Amerika.
Mungkinkah bergolaknya Tunisia yang berakhir dengan terjungkalnya Ben Ali
adalah kekuatan Amerika yang bermain? Atau sangat boleh jadi pergolakan di
Yaman, Yordania juga Amerika sebagai dalangnya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar