Senin, tanggal 7 desember 2010 yang lalu, saya menginap di
Hyatt Regency, Paris. Saya keliling kota, dari stasiun kereta ke stasiun
berikutnya, hanya untuk menikmati keindahan kota Paris. Saya takjub dengan hightich masyarakatnya yang serba
“terburu-buru”. Tentu sangat kontras dengan keadaan kita di Asia yang serba
“telat”. Kalau berjalan ibarat orang yang sedang mengantar pengantin. Kalau
kita berjalan di lift, maka kalau mau agak lambat berdirilah atau berjalanlah pada
jalur kanan. Sebab, pada sebelah kiri adalah jalur cepat. Kalau kita tetap
berdiri atau berjalan lambat pada jalur kiri, orang akan menyambar kita.
Hari kedua, tgl 8 desember 2010, kami menyempatkan diri
untuk shalat zuhur di masjid Paris yang berada di tengah kota. Setelah itu,
kami ( pak Dirjen Prof Mohammad Ali, Prof Amin Abdullah dan Enji soedarsono)
berkunjung ke salah satu perpustakaan di sekitar Masjid. Institut Du Monde Arabe ( al-Ma’had al-‘Alam al-‘Araby),
Librairie-Boutique 1, rue des Fosses-Saint-Bernard-Place Mohammad V, 75236
Paris Cedex 05.
Saya dan Prof Amin Abdullah langsung menyerbu perpustakaan
arab tersebut, dan kami langsung mencari buku karena keterbatasan waktu, pukul
21.05 kami take off Paris-Dubai.
Saya sempat membeli beberapa buku, antara lain:
1.
Ibrahim M. Abu-Rabi’ (ed.), The Contemporary Arab Reader on Political Islam, 2010.
Dalam buku ini Ibrahim Abu Rabi’
mengelaborasi dan menerjemahkan banyak artikel para pakar termasuk Ramadhan
al-Buthy. Ia membedakan antara fundamentalisme dan islamisme. Ia lebih familiar
dengan sebutan Islamisme bagi komunitas muslim ‘garis keras’ ketimbang memakai
fundamentalisme Islam. Ia juga banyak mengelaborasi lebih jauh mengapa gerakan
islamisme muncul sebagai jawaban atas gagalnya komunisme di Rusia ( sosialisme?)
dan gagalnya kapitalisme Barat. Kapitalisme tidak membuat tatanan dunia menjadi
damai. Kapitalisme selalu mencari dan menciptakan musuh, tanpa musuh
kapitalisme tidak bisa hidup.
2.
Alison Pargeter, The
Muslim Brotherhood the Burden of tradition, 2010.
3.
Al-Mustasyar Muhammad Sa’id al-‘Asymawy, Ma’alim al-Islam, 2004.
4.
Hassan Hanafi, Hiwar
bain al-Masyriq wa al-Maghrib, 2010.
5.
Ibnu Hazm al-Andalusy (w. 456 H), Thauq al-Hamamah fi al-Ulfat wa al-Ullaf), 2003.
6.
Sachiko Murata, William C. Chittik, Tu Weiming, The Sage Learning of Liu Zhi, Islamic
Thought in Confucian Terms, 2009.
7.
Ada juga buku lain yang berjudul, Ali:, The Crisis of Islamic Civilization. Buku
ini saya tidak beli karena sebelumnya saya sudah beli di Singapore. Buku ini
saya kesan bahwa Islam Indonesia banyak dari segi jumlah dan kuantitas, tapi
jarang sekali dirujuk dan dijadikan referensi dalam kancah pergumulan pemikiran
dunia. Pakar yang banyak dirujuk adalah Mesir, Pakistan, Iran, dll. Sementara
dari kawasan Asia jarang dikutip. Apakah kita kurang “passion” dan kurang
fascination? Kurang gairah dalam hal kemajuan keilmuan?
Ada buku David Powers mengenai ma kana Muhammadun aba ahadin min
rijalikum….QS al-Ahzab: 35. Buku ini banyak membahas status Nabi Muhammad
sebagai ayah angkat dan system kewarisan arab pada masa itu. Buku ini sangat
menarik. Hanya saja karena sangat mahal, di atas harga satu juta, tidak jadi
saya beli. Lagi kurang duit. Saying sekali. Ketika Pak Amin tahu bahwa saya
tidak jadi membelinya, beliau sangat menyesal karena tidak saya beri tahu.
Waktunya juga tergesa-gesa. Mau makan siang, juga memburu jadwal pesawat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar