adalah Abdullah Ibn Abbas yang meriwayatkan hadis
keutamaan air Zam-zam.
Dalam pembacaan sejarah masa awal Islam yang lebih
kritis, ternyata Bani Hasyim yang menguasai Mekkah dan “aset-asetnya”, seperti
Ka‘bah dan sumur Zam-zam,
bukan hanya untuk melanggengkan dan melestarikan status sosial suku dan
marganya, tetapi lebih dari itu, mereka juga mendapatkan keuntungan finansial
(ekonomi). Siapa saja yang menguasai Ka’bah dan air Zam-zam, maka mereka itu
mendapat penghormatan yang tinggi dari kabilah-kabilah lainnya.
Dalam kaitan dengan periwayatan hadis, para periwayat
dari kalangan Bani Hasyim kelihatan “bersemangat” untuk menyebarkan hadis-hadis
keutamaan dan fadilah air Zam-zam. Ibn Abbas disebut-sebut sebagai periwayat
yang paling bertanggung jawab untuk penyebaran hadis ini. Meskipun pada jalur
sanad yang lain juga ditemukan keterangan bahwa Abu Zar dan Muawiyah juga ikut
meriwayatkan hadis yang senada.[1] al-Thayalisi
menambahkan hadis Abu Zar al-Ghifari sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh
Imam Muslim dengan kata …wa syifa>’ saqam-in (air Zam-zam sebagai obat bagi penyakit).
Al-Hakim al-Naisaburi dalam kitabnya al-Mustadrak
‘ala> al-S}ah}i>h}ayn–hadis bersumber dari Ibn Abbas—hadis marfu>‘
yang berbunyi …Ma>’u Zam-zam
li-ma> shuriba lahu> (Air Zam-zam tergantung niat yang meminumnya). Para
periwayat hadis ini adalah thiqah (rija>l-un muwaththaqun),
kecuali hadis-hadis yang diriwayatkan secara mursal. Namun, hadis-hadis
yang ke-mursal-annya diperselisihkan
tetap dinilai lebih sahih.
Hadis ini juga memiliki periwayat pendukung tingkat
sahabat (sha>hid) dari Jabir ibn Abdullah, yakni hadis yang populer
sebagaimana hadis yang dikemukakan oleh Imam al-Syafi’i dan Ibn Majah. Para
periwayatnya adalah thiqah, kecuali Abdullah ibn al-Mu’ammal al-Makki.
Makna Zam-zam adalah air yang banyak (melimpah),
dan yang berkumpul.[2]
Hadis nomor 5.617 perawinya semuanya orang Kufah—yang sudah dapat diduga para
pendukung ahl al-bayt (keluarga dekat Nabi), terutama Ali ibn Abi
Thalib.[3]
Banyak hal yang telah diceritakan oleh mereka ini
terutama mitos tentang air Zam-zam, dan perkembangan pembangunan Sumur Zam-zam.[4]
Hal-hal yang menarik adalah penguasaan air Zam-zam dan tradisi keagamaan yang
diwartakan sebagai ibadah. Hal ini cukup menarik untuk ditelaah. Keluarga Abbas
(Bani Hasyim) sangat berkepentingan untuk hal ini.[5]
[1]Lihat Imam Muslim, S{}ah}i>h} Muslim, hadis
nomor 1.637.
[2]Ibnu Hajar al-‘Asqalany, Fath} al-Ba>ry>, Jilid
III, hlm. 578-88.
[3] Lihat ibid.>, Jilid X, hlm. 96.
[4]Keterangan lebih memadai lihat Sa’id M. Bakdasy dan Ibnu
Hajar al-‘Asqalany (w. 572 H), Fad}l Ma>’i Zam-zam wa dhikr ta>rikhih
wa asma>’ih wa khas}a>’is}ih wa niyyat shurbih wa al-istishfa>’i bih
telah diterjemah dengan judul: Zam-zam, Sejarah dan Khasiatnya,
(Yogyakarta: Madani Pustaka Hikmah, cet-1, 2000). Q.S Ibrahim: 37. Para
sahabat yang terlibat dalam periwayatan hadis keutamaan air zam-zam adalah
Jabir ibn Abdullah, Abdullah ibn Abbas dan Mu’awiayh ibn Abu Sufyan. Hadis
Abdullah ibn Abbas dikemukakan oleh Imam al-Daruquthny dalam kitab al-Sunannya.
Abd al-Razzaq dalam kitab al-Mus}annaf-nya. Sedang hadis Muawiyah dalam
kitab Akhba>r Mekkah. Kata Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalany, ia mauqu>f
dan sanadnya bagus. Ini adalah sanad terbaik yang pernah saya ketahui, tegas
Ibnu Hajar. Lihat Akhba>r Mekkah, hlm. 198. Hadis yang mereka
riwayatkan ini oleh para ulama hadis dinilai S{ah}i>h}. Imam ibn
Majah, Sunan, ba>b al-h}ajj, Imam al-Baihaqy, al-Sunan
al-Kubra>, dari Abu al-Zubair (periwayat yang satu ini banyak
dipermasalahkan oleh para orientalis, sebab
ia dinilai biasa menyembunyikan catat suatu riwayat. Ada juga dengan
terang-terangan menyebutnya sebagai seorang mudallis. Untuk ini lihat
Kamaruddin Amin, “Nasiruddin al-Albani on Muslim’s Sahih: A Critical Study of
his Method” dalam Islamic Law and Society, vol.II, no. 2, 2004, hlm. 149-176.
[5]Lihat Christian Snouck Hurgronje, Het Mekkanche Feest,
diterjemahkan oleh Supardi dengan judul Perayaan Mekkah, (Jakarta: INIS,
1989), hlm. 101-104.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar