Edward De Bono
Buku-buku De Bono banyak yang menginspirasi dunia termasuk dunia industri padahal beliau berlatar belakang psikologi dan dokter. Namun pikiran-pikiran De Bono sangat inspiratif dalam hal penting berpikir kreatif ( creative thinking). De bono sudah menulis buku 82 buku. Diantara bukunya yang sangat terkenal yang juga sebagai karya pertamanya adalah: the Use of Lateral Thinking.
Think! Before it’s too
late ( 2009), berfikirlah sebelum semuanya terlambat. Buku ini mengajarkan
kita akan pentingnya berpikir kreatif dan inovatif agar kita dapat melakukan
lompatan-lompatan besar. Universitas atau kampus sebagai pabrik kreatifitas.
Orang-orang kreatif, kalau diberi huruf “t”
Dia akan menambahkan huruf a, menjadi “at” ( pada)
Dia juga bisa menambahkan huruf “c” menjadi “cat” ( kucing).
Dia bisa lagi menambah huruf “o” menjadi “coat” (mantel).
Dia bisa juga menambahkan huruf “r” menjadi “actor” (
actor).
Demikian seterusnya.
Suatu hari saya mendapat undangan dari pak Ciputra untuk
mengikuti teleconference dengan
belasan sarjana Indonesia yang sedang mengikuti “magang” di Kauffman Fondation,
U.S.A. Acara tersebut dipimpin oleh Prof Fasli Jalal yang waktu itu
menjabat sebagai Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan
Nasional. Sementara itu, di ruang rapat dikumpulkan sekitar 30-an orang calon
entrepreneur muda dengan berbagai latar belakang. Saya diajak pak Ciputra duduk
disamping beliau. Sedang disamping kanan pak Ciputra ada seorang perempuan
peneliti muda yang sedang melakukan riset geliat dan gerakan entrepreneurship
di negara-negara sedang berkembang. Pak Ci—sapaan untuk pak Ciputra—rupanya juga
bertindak sebagai penerjemah sang peneliti muda tersebut.
Saya sangat menikmati kegiatan tersebut. Karena mengajak banyak kaum
muda untuk berpikir kreatif dan berinovasi tinggi. Ada testimony bagaimana mencari
uang tanpa uang. “Making money without money. Ada seorang “pengusaha muda” yang
melihat tumpukan sampah pepsodent di sekitar tempat tinggalnya. Lapisan aluminium
pepsodent tersebut dikumpulkannya, lalu diangkutnya ke tukang jahit tas. “Sampah-sampah
pepsodent” tadi disulap menjadi tas yang dijualnya senilai Rp. 250 ribu. Hebat
kan?
Ada juga orang kreatif yang mengumpulkan bekas poster
pilkada di Tangerang. Diangkutnya poster-poster tersebut ke tukang jahit tas. Kain
bekas poster tersebut tentulah dari bahan kain yang kuat, sehingga sangat bagus
untuk bahan tas. Menarik, bukan?
Ternyata, orang-orang kreatif dan inovatif sangat didambakan.
Ada perkataan anak muda bahwa Jakarta setiap harinya selalu mendamba anak-anak
kreatif. Dan sebaliknya, Jakarta akan menolak dan “mengusir” orang-orang masa
bodoh. Semoga kita termasuk manusia kreatif, sukses, hidup mulia dan bermartabat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar