Gallery

Kamis, 23 Februari 2012

Islam Kritis

Izinkan saya bercerita mengenai kisah inspiratif Prof. Jeffry Lang. Ia adalah seorang profesor pada Departemen Matematika pada University of Kansas, AS. Ia pada awalnya adalah seorang penganut Kristen. Ibunya juga seorang penganut Kristen yang taat. Suatu hari di hotel, ia mendengarkan azan yang sangat merdu yang menyebabkannya terpikat dengan ajaran Islam. Suara azan tersebut membuatnya bergetar. Dan setelah itu, ia mencari tahu bagaimana ajaran Islam itu.
Ia dan keluarganya berkelana ke Saudi Arabiyah, negara tempat lahirnya Islam. Ia dan keluarga melaksanakan ibadah haji. Meskipun kecewa dengan perilaku kebanyakan umat Islam di sana, dan tidak sepenuhnya berkesesuaian dengan al-Qur’an dan sunnah Nabi  Saw. Perjalanannya itu, ia abadikan dalam buku yang berjudul: Even Angels Ask: A Journey to Islam in America, 1997.[1]
 Suatu hari ia bertemu dengan seorang wanita di Swalayan. Wanita tersebut tidak diberi kesempatan untuk shalat jama’ah di mesjid. Ia juga tidak habis fikir dengan adanya mutawwa’, polisi yang mengawasi gerak-gerik orang lain. Ini sangat menggelikan, pikirnya. Apakah memang di Arab, akhlak secara individual lebih dipentingkan ketimbang akhlak sosial atau etika secara universal? Seperti keadilan, kejujuran, responsibility, tanggung-jawab, kemaslahatan bersama, dll.
Hal yang menarik dari Jeffry Lang ini adalah:
(a)    Ia mengusung ber-Islam yang kritis. Ia banyak mempertanyakan doktrin-doktrin Islam dengan kritis. Islam yang kritis yang diusungnya bukannya melemahkan imannya tapi justeru memperkuat iman-islamnya.
(b)   Ia tetap mempertahankan Islam rahmatan li al-‘alamin. Islam itu adalah ajaran dan agama universal, bukan agama Arab. Tidak ada arabisasi, yang ada adalah islamisasi. Seperti terma Alhamdulillah, bukan diucapkan Alhamdulillah bagi komunitas Islam non-Arab, tapi tetap memakai  Thank’s God. Tentu pikiran seperti ini sangat kontras dengan kebiasaan sebagian dari kita yang sering melafalkan kalimat-kalimat islami, seperti Alhamdulillah, subhanallah, Allah akbar, masya Allah, Insya Allah, dst. Meskipun terkadang mereka ini bersikap eksklusif dalam pergaulan sehari-hari. Dalam artian, mereka berkeyainan bahwa kelompok merekalah yang paling benar. Dan dalam batas-batas tertentu hanya merekalah pemilik kebaikan dan kemuliaan. Dan sangat boleh jadi mereka mempermaklumkan diri sebagai calon penghuni sorga, sedang yang lain “belum tentu”.
(c)    Pijakan argumentasi Jeffry Lang adalah Q.S al-Baqarah (2): 31, ketika para malaikat mengajukan protes kepada Tuhan tentang akan diciptakannya makhluk baru, yaitu Adam a.s. Mengapa Tuhan akan menciptakan Adam, bukankah kami ini yang sejak penciptaan awal, kami selalu memuji-Mu, mensucikan-Mu, dan tidak pernah melanggar perintah-Mu? Dari sinilah, sehingga Prof Lang tambah mantap dengan iman-Islam.

Islam kritis bukan Islam Keturunan. Apakah selama ini kita sudah pernah bertanya terhadap Islam-iman kita? Apakah aqidah dan tauhid kita sudah benar? Apakah cara wudhu’ dan shalat kita sudah benar? Apakah tata cara bertutur kita sudah benar? Apakah cara kita mempergauli pasangan hidup kita sudah benar? Apakah cara kita mengendarai mobil, motor sudah tepat? Apakah ketika kita tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas termasuk dosa sosial? Apakah membunyikan klakson mobil sudah benar? Apakah cara baca (tajwid dan tartilnya) al-Qur’an kita benar? Apakah kita sudah bersyahadat dan memahaminya dengan benar? Apakah makna agama dalam kehidupan kita? Apa betul kita sudah beragama yang benar? Apakah kita sudah memosisikan agama sebagai way of life? Ataukah agama hanya sekedar lipstik belaka? Atau agama hanya sebagai “tameng”? kalau sudah “berperkara” di pengadilan baru memakai simbol-simbol agama? Apakah kita beramagama hanya sekedar “menggugurkan” kewajiban ataukah sudah menjadi sebuah kebutuhan? Atau kita beragama karena kesadaran batin? Ataukah kita beragama karena ikut-ikutan?

Wa Allah a'lam.

         [1] Jeffry Lang sudah menulis beberapa buku lainnya, yakni: (a) Struggling to Surrender, 1994, Buku ini telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh Suharyono dengan judul: Berjuang untuk Berserah Pergulatan Sang Professor Menemukan Iman, Serambi, 2008, dan (b) Losing My Religion: A call for Help, 2004. Buku ini juga telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Agung Prihantoro dengan judul: Aku Menggugat, maka Aku kian Beriman, Serambi, 2008.

Tidak ada komentar: