Gallery

Minggu, 19 Februari 2012

Keutamaan Sedekah

Di antara keutamaan berderma (sedekah) adalah dapat menolak bala’ atau musibah yang akan menimpa kita, dapat menyembuhkan penyakit yang menahun, dapat memperpanjang umur, dan dapat menyuburkan harta yang disedekahkan.[1]
          Dalam kaitan ini, Nabi shalla Allah 'alaih wa sallama bersabda, “Takutlah kalian kepada api neraka, walaupun sebiji kurma. Kalau kalian tidak menemukannya, maka cukuplah dengan perkataan yang baik.” (ittaqu> al-na>r wa law bi-shiqqi tam-rin, fa-in lam tajidu> fa-kalimat-un t}ayyibat-un).[2]
Bahkan ada dosa yang hanya akan diampuni oleh Allah Swt. hanya dengan bersedekah. Seperti orang yang telah men-zihar istrinya, maka ia harus membayar kaffarat dengan memberi makan 60 orang miskin. (Q.S al-Muja>dilah(58): 4).

فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَتَمَاسَّا فَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَإِطْعَامُ سِتِّينَ مِسْكِينًا ذَلِكَ لِتُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ أَلِيمٌ (4)

Barangsiapa yang tidak mendapatkan (budak), maka (wajib atasnya) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bercampur. Maka siapa yang tidak kuasa (wajiblah atasnya) memberi makan enam puluh orang miskin. Demikianlah supaya kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan itulah hukum-hukum Allah, dan bagi orang-orang kafir ada siksaan yang sangat pedih.

يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ.(276)

Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa ( Q.S. al-Baqarah [2]:276).

أَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ هُوَ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَأْخُذُ الصَّدَقَاتِ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ (104)

Tidakkah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat, dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang?  (Q.S. al-Taubah [9]:104).

إِنَّهُ كَانَ لَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ الْعَظِيمِ (33) وَلَا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ (34)

Sesungguhnya dia dahulu tidak beriman kepada Allah Yang Maha Besar. Dan juga dia tidak mendorong (orang lain) untuk memberi makan orang miskin.  (Q.S. al-Haqqah [69]:33-34).

Hadis-hadis Nabi saw. yang menganjurkan bersedekah antara lain:
a. hadis bersumber dari Abu Hurairah, Nabi bersabda: inna al-s}adaqat la-tamna’u maitat al-su>’i, wa innaha> la-taqa’u fi> yad Alla>h qabl an-taqa’a fi> yad al-sa>’il (sesungguhnya sedekah itu pasti mencegah orang yang bersedekah itu dari mati dalam keadaan buruk. Sesungguhnya, sedekah itu akan tiba di tangan Allah sebelum tiba di tangan si penerima (sedekah).
Yang dimaksud maitat al-su>’i (mati dalam keadaan buruk) adalah seperti mati tenggelam, terbakar, dimakan binatang buas, dan lain-lain. Sedang sedekah itu lebih dulu tiba di tangan Allah, karena orang yang bersedekah berniat ikhlas hanya kepada Allah semata[3].
b. Hadis lain berbunyi, dari Abu Hurairah, Nabi pernah ditanya, ayyu al-s}adaqat afd}al? Fa-qa>la, al-s}adaqat ‘ala dhy}> al-rah}im al-ka>shih} (Sedekah yang bagaimana yang paling utama?. Jawab Nabi, sedekah kepada keluarga dekat (yang menyembunyikan permusuhan dengan kita). Sebab, dengan sedekah semoga mereka dapat padam rasa permusuhannya kepada kita.
c. Dari Salman ibn ‘Amir al-Dhabby, Nabi shalla Allah 'alaih wasallama bersabda: al-s}adaqat ‘ala> al-miski>n s}adaqat-un, wa hiya ‘ala> dhy> al-rah}im thinta>ni, s}adaqat-un wa s}ilat-un. (Sedekah kepada orang miskin adalah sebagai sedekah (saja). Sedang sedekah kepada keluarga dekat memiliki makna dua, yakni sebagai sedekah dan silaturahim.
d. Dari Abdullah ibn Mas’ud, ia berkata: al-s}adaqat maghnam-un, wa tarkuha> maghram-un (sedekah adalah investasi yang pelakunya akan beruntung, dan bagi yang meninggalkannya adalah kerugian besar).
e. Dari Abdullah, Nabi bersabda: man aqa>ma al-s}ala>t wa lam yu’addi al-zaka>t fa-la> s}ala>t lahu> (Barang siapa yang mendirikan shalat, tetapi tidak menunaikan zakat, maka hilanglah pahala shalatnya)[4].

          Jadi, bersedekah bukan hanya memiliki nilai pahala yang tinggi di sisi Tuhan, tetapi dapat menjadikan hubungan yang baik dengan keluarga dekat atau siapa saja yang diberi sedekah. Bahkan, sedekah itu sendiri akan berdampak sangat positif bagi orang yang gemar melaksanakannya. Terlebih lagi, sedekah itu bukan berarti harta yang disedekahkan berkurang, melainkan bertambah keberkahannya.
          Bersedekah juga bukan hanya dimaknai sebagai ibadah, melainkan harus dipahami sebagai ajaran yang menganjurkan kepada umatnya untuk bekerja keras agar dapat memberi sesuatu yang bernilai dan bermakna bagi sesamanya. Oleh sebab itu, orang yang tidak bekerja keras atau bermalas-malasan tentu sangat sulit untuk mendapatkan harta yang berkecukupan untuk diri dan keluargannya. Sehingga, ia tentu sulit untuk bersedekah.
Wa Allah a'lam.

[1]Tentang keutamaan berderma banyak peristiwa yang dapat dijadikan pelajaran untuk ini. Umpamanya, Ustaz Yusuf Mansur menceritakan bahwa suatu hari ada seseorang yang datang ke kantornya untuk meminta pandangan dan atau jalan keluar dari utang 30 juta yang sedang meililitnya. Orang tersebut menemui salah seorang staf di kantor Ustaz Yusuf Mansur. Staf tersebut menyarankan agar orang yang terlilit utang tersebut menjual motor Vespa tua yang sedang dikendarainya. Hasil penjualannya itu disedekahkan kepada orang yang lebih membutuhkannya. Wal-hasil, pada sore harinya, orang tersebut bermaksud menjual motor Vespa tuanya. Ia sedang tawar-menawar dengan si pembeli. Ketika itu, pesan singkat masuk di hand phone-nya. Ternyata adiknya yang sedang bekerja di Swiss baru saja mengirimkan uang ke rekeningnya sebanyak 30 juta. Lihat Wawancara Ustaz Yusuf Mansur, “Dialog”, Harian Republika, 19 Mei 2006, hlm. 5; lihat juga Ustaz Yusuf Mansur, Mencari Tuhan yang Hilang 35 Kisah  Perjalanan Spiritual Menepis Azab dan Mencari Rahmat (Jakarta: Zikrul Hakim, 2006).
Kisah yang lainnya, ada seorang Ustaz yang bersedekah kepada temannya sebelum ia berangkat dengan keluarganya ke Bogor. Di jalan tol ia tertabrak mobil. Anehnya, mobil yang ditumpangi sang ustaz tadi tidak apa-apa, sedang mobil yang menabraknya hancur. Ini berkat sedekah yang baru saja disedekahkan oleh ustaz tadi. Tentu saja masih sangat banyak kisah serupa, baik yang terjadi dalam kehidupan keseharian kita maupun yang tertulis indah dalam kitab-kitab klasik.
[2]Hadis riwayat Imam al-Bukary, Imam Muslim dan Imam Ahmad ibn Hanbal bersumber dari ‘Ady ibn Hatim (seorang sahabat). 
[3]Lihat Abu Ubaid al-Qasim ibn Sallam, Kita>b al-Amwa>l, (Beirut: Dar al-Fikri, 1408 H./1988 M), hlm. 438.
[4]Lihat ibid., hlm. 443.

Tidak ada komentar: