Di antara keutamaan berderma (sedekah) adalah dapat menolak bala’
atau musibah yang akan menimpa kita, dapat menyembuhkan penyakit yang menahun,
dapat memperpanjang umur, dan dapat menyuburkan harta yang disedekahkan.[1]
Dalam kaitan ini, Nabi shalla Allah 'alaih wa sallama bersabda, “Takutlah
kalian kepada api neraka, walaupun sebiji kurma. Kalau kalian tidak
menemukannya, maka cukuplah dengan perkataan yang baik.” (ittaqu> al-na>r
wa law bi-shiqqi tam-rin, fa-in lam tajidu> fa-kalimat-un t}ayyibat-un).[2]
Bahkan ada dosa yang hanya akan diampuni oleh Allah Swt. hanya dengan
bersedekah. Seperti orang yang telah men-zihar istrinya, maka ia harus
membayar kaffarat dengan memberi makan 60 orang miskin. (Q.S al-Muja>dilah(58):
4).
فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَتَمَاسَّا فَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَإِطْعَامُ سِتِّينَ مِسْكِينًا ذَلِكَ لِتُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ أَلِيمٌ (4)
Barangsiapa yang
tidak mendapatkan (budak), maka (wajib atasnya) berpuasa dua bulan
berturut-turut sebelum keduanya bercampur. Maka siapa yang tidak kuasa
(wajiblah atasnya) memberi makan enam puluh orang miskin. Demikianlah supaya
kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan itulah hukum-hukum Allah, dan bagi
orang-orang kafir ada siksaan yang sangat pedih.
يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ.(276)
Allah
memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang
yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa ( Q.S. al-Baqarah [2]:276).
أَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّ
اللَّهَ هُوَ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَأْخُذُ الصَّدَقَاتِ
وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ (104)
Tidakkah mereka
mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima
zakat, dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang? (Q.S. al-Taubah [9]:104).
إِنَّهُ
كَانَ لَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ الْعَظِيمِ (33) وَلَا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ
الْمِسْكِينِ (34)
Sesungguhnya dia
dahulu tidak beriman kepada Allah Yang Maha Besar. Dan juga dia tidak mendorong
(orang lain) untuk memberi makan orang miskin.
(Q.S.
al-Haqqah [69]:33-34).
Hadis-hadis Nabi
saw. yang menganjurkan bersedekah antara lain:
a. hadis
bersumber dari Abu Hurairah, Nabi bersabda: inna al-s}adaqat la-tamna’u
maitat al-su>’i, wa innaha> la-taqa’u fi> yad Alla>h qabl an-taqa’a
fi> yad al-sa>’il (sesungguhnya sedekah itu pasti mencegah orang yang
bersedekah itu dari mati dalam keadaan buruk. Sesungguhnya, sedekah itu akan
tiba di tangan Allah sebelum tiba di tangan si penerima (sedekah).
Yang dimaksud maitat
al-su>’i (mati dalam keadaan buruk) adalah seperti mati tenggelam,
terbakar, dimakan binatang buas, dan lain-lain. Sedang sedekah itu lebih dulu
tiba di tangan Allah, karena orang yang bersedekah berniat ikhlas hanya kepada
Allah semata[3].
b. Hadis lain
berbunyi, dari Abu Hurairah, Nabi pernah ditanya, ayyu al-s}adaqat afd}al?
Fa-qa>la, al-s}adaqat ‘ala dhy}> al-rah}im al-ka>shih} (Sedekah
yang bagaimana yang paling utama?. Jawab Nabi, sedekah kepada keluarga dekat
(yang menyembunyikan permusuhan dengan kita). Sebab, dengan sedekah semoga
mereka dapat padam rasa permusuhannya kepada kita.
c. Dari Salman
ibn ‘Amir al-Dhabby, Nabi shalla Allah 'alaih wasallama bersabda: al-s}adaqat ‘ala> al-miski>n
s}adaqat-un, wa hiya ‘ala> dhy> al-rah}im thinta>ni, s}adaqat-un wa s}ilat-un.
(Sedekah kepada orang miskin adalah sebagai sedekah (saja). Sedang sedekah
kepada keluarga dekat memiliki makna dua, yakni sebagai sedekah dan
silaturahim.
d. Dari Abdullah
ibn Mas’ud, ia berkata: al-s}adaqat maghnam-un, wa tarkuha> maghram-un
(sedekah adalah investasi yang pelakunya akan beruntung, dan bagi yang
meninggalkannya adalah kerugian besar).
e. Dari
Abdullah, Nabi bersabda: man aqa>ma al-s}ala>t wa lam yu’addi al-zaka>t
fa-la> s}ala>t lahu> (Barang siapa yang mendirikan shalat, tetapi
tidak menunaikan zakat, maka hilanglah pahala shalatnya)[4].
Jadi, bersedekah
bukan hanya memiliki nilai pahala yang tinggi di sisi Tuhan, tetapi dapat
menjadikan hubungan yang baik dengan keluarga dekat atau siapa saja yang diberi
sedekah. Bahkan, sedekah itu sendiri akan berdampak sangat positif bagi orang
yang gemar melaksanakannya. Terlebih lagi, sedekah itu bukan berarti harta yang
disedekahkan berkurang, melainkan bertambah keberkahannya.
Bersedekah
juga bukan hanya dimaknai sebagai ibadah, melainkan harus dipahami sebagai
ajaran yang menganjurkan kepada umatnya untuk bekerja keras agar dapat memberi
sesuatu yang bernilai dan bermakna bagi sesamanya. Oleh sebab itu, orang yang
tidak bekerja keras atau bermalas-malasan tentu sangat sulit untuk mendapatkan
harta yang berkecukupan untuk diri dan keluargannya. Sehingga, ia tentu sulit
untuk bersedekah.
Wa Allah a'lam.
[1]Tentang keutamaan berderma banyak peristiwa yang dapat
dijadikan pelajaran untuk ini. Umpamanya, Ustaz Yusuf Mansur menceritakan bahwa
suatu hari ada seseorang yang datang ke kantornya untuk meminta pandangan dan
atau jalan keluar dari utang 30 juta yang sedang meililitnya. Orang tersebut
menemui salah seorang staf di kantor Ustaz Yusuf Mansur. Staf tersebut
menyarankan agar orang yang terlilit utang tersebut menjual motor Vespa tua
yang sedang dikendarainya. Hasil penjualannya itu disedekahkan kepada orang
yang lebih membutuhkannya. Wal-hasil, pada sore harinya, orang tersebut
bermaksud menjual motor Vespa tuanya. Ia sedang tawar-menawar dengan si
pembeli. Ketika itu, pesan singkat masuk di hand phone-nya. Ternyata adiknya
yang sedang bekerja di Swiss baru saja mengirimkan uang ke rekeningnya sebanyak
30 juta. Lihat Wawancara Ustaz Yusuf Mansur, “Dialog”, Harian Republika,
19 Mei 2006, hlm. 5; lihat juga Ustaz Yusuf Mansur, Mencari Tuhan yang
Hilang 35 Kisah Perjalanan Spiritual
Menepis Azab dan Mencari Rahmat (Jakarta: Zikrul Hakim, 2006).
Kisah yang lainnya, ada seorang Ustaz yang bersedekah
kepada temannya sebelum ia berangkat dengan keluarganya ke Bogor. Di jalan tol
ia tertabrak mobil. Anehnya, mobil yang ditumpangi sang ustaz tadi tidak
apa-apa, sedang mobil yang menabraknya hancur. Ini berkat sedekah yang baru
saja disedekahkan oleh ustaz tadi. Tentu saja masih sangat banyak kisah serupa,
baik yang terjadi dalam kehidupan keseharian kita maupun yang tertulis indah
dalam kitab-kitab klasik.
[2]Hadis riwayat Imam al-Bukary, Imam Muslim dan Imam Ahmad
ibn Hanbal bersumber dari ‘Ady ibn Hatim (seorang sahabat).
[3]Lihat Abu Ubaid al-Qasim ibn Sallam, Kita>b
al-Amwa>l, (Beirut: Dar al-Fikri, 1408 H./1988 M), hlm. 438.
[4]Lihat ibid., hlm. 443.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar