Suatu hari, saya bertanya kepada salah seorang tokoh pendidik. Apa yang paling menyakitkan dalam hidup ini? Terhempas dari komunitas. Inilah yang paling menyakitkan yang saya rasakan. Lalu tokoh tersebut bercerita bahwa beliau pernah menjabat pada salah satu perguruan tinggi.
Setelah lama berjuang, ketika sudah tidak menjabat di perguruan tinggi tersebut, dia seakan akan dilupakan. Karya karyanya tidak dianggap. Beliau masih beruntung karena masih diberi amanah untuk memimpin perguruan tinggi kecil di sudut kota.
Masa masa kebangkitan kembali itu, beliau merasa terhempas dari komunitas. Sangat menyakitkan, kenang beliau. Dalam istilah yang lebih populer, postpower syndrom. Mungkin ini pula sehingga ada do'a yang sangat populer, wa shahiba kulla farid, wahai Tuhan pelipur lara bagi hambanya yang terhempas dari komunitas.
Sebab, pada saat turun dari jabatan itulah, seseorang sangat membutuhkan kawan. Dapat kita lihat, ada banyak teman dekat yang pada saat menjabat, terkesan sangat menikmati kursi jabatannya. Setelah tidak menjabat kewibawaan yang telah dibangunnya menjadi sirna. Kursi empuk yang selalu didudukinya mungkin juga sudah terasa panas. Teman teman yang dulunya setia dan memujanya sudah melupakannya, seakan akan dia itu bukanlah siapa-siapa. Padahal, sewaktu menjabata, terkenal sangat berkuasa. Demikian seterusnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar