Adalah Bob Sadino yang menginirasi banyak orang bahwa untuk menjadi seorang entrepreneur sejati gampang. Yakni, tinggalkan bangku kuliah. Sebab, semakin tinggi sekolah seseorang, maka yang bersangkutan semakin banyak berteori, dan semakin menjadi penakut untuk mengambil sebuah resiko. Teori ini sepertinya juga memiliki banyak pengikut.
Padahal, seseorang yang memiliki titel sarjana, lalu berwirausaha, tentu lebih dapat berpikir sistematis.
Majalah SWA baru saja menurunkan rubrik, ilmuan entrepreneur. Di dalamnya dibahas, bagaimana kisah banyak ilmuan yang juga sekaligus seorang entrepreneur. Selama ini ada pameo bahwa seorang dosen, peneliti, dan ilmuan hanya berkutat dengan buku, dan teori semata. Seorang ilmuan harus hidup sederhana, dan pada masa tuanya terkadang hidup tragis. Di kala mereka sakit, mereka kesulitan biaya pengobatan. Atau ada ilmuan yang hidup susah karena gaji pensiun yang diandalkannya tidak bisa menutupi kebutuhan hidupnya.
Laporan majalah SWA membantah dan menampilkan sosok sosok ilmuan yang konsisten meneliti, mengembangkan ilmu pengetahuan, dan menambah hak paten bagi temuan mereka, dan mereka tetap saja menjadi kaya. Hal ini penting untuk kita usung bersama. Dalam sejarah Islam, kita mengenal tokoh Imam Abu Hanifah, seorang pendiri Kasman, seorang fuqaha,tapi juga kaya. Meskipun dalam menjalani kehidupan kesehariannya, Abu Hanifah hidup bersahaja. Ia dikenal sebagai seorang entrepreneur. Ia memiliki relasi bisnis mancanegara. beliau juga pernah tercatat memenangkan tender pembangunan waduk sungai Tigris, Baghdad. Beliau juga dikenal seorang yang memiliki toko tekstil di Baghdad, Iraq.
Sehingga, di era sekarang mestinya bercermin kepada Imam Abu Hanifah. Seorang ulama terkemuka sekaligus seorang yang kaya. Dan beliau juga dikenal seorang sufi yang sangat menjaga kesucian diri.
wa Alla a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar