Gallery

Rabu, 21 Maret 2012

Membangun Trust

Awal Desember 2009, saya mendapat kesempatan untuk berkunjung ke KITLV Leiden University, Belanda. Sebelum pulang ke Indonesia dan sambil menunggu pesawat, saya mengunjungi toko buku bandara Schipol, Amsterdam. Ada banyak buku novel, majalah, koran yang dijual. Saya tertarik untuk membeli buku Stephen M.R. Covey dengan judul: The Speed of Trust The One Thing That Changes Everything, 2006.
The Speed of Trust challenges our age-old assumption that trust is merely a soft, social virtue and instead demonstrates that trust is a hard-edged, economic driver—a learnable and measurable skill that makes organizations more profitable, people more promotable and relationships more energizing.
Buku ini merekomendasikan betapa pentingnya  trust dalam menjalankan roda kehidupan ini.
Stephen M.R. Covey adalah putera Stephen R. Covey. Stephen R. Covey adalah penulis buku bestseller seperti: The 7 Habits of Highly Effective People; First Things First, Principle-Centered Leadership, The 7 Habits of Highly Effective Families, Living The 7 Habits (2001),The 8 habit From Effectiveness to Greatness, (2004).  The Leader in Me, Predictable Results of Unpredictable Times, Great Work, Great Career, The Nature of Leadership. Dan yang terbaru adalah The 3rd Alternative Solving Life’s Most Difficult Problems, (2011).
Stephen M.R.Covey merekomendasikan beberapa hal dalam membangun trust, antara lain:
a.       Kita harus membuat suatu system yang dapat dipercaya (trustworthy). Dari system tersebut, masyarakat akan melihat dan memahami apa yang sedang kita kerjakan.
b.      Kita memulai membangun trust dari diri kita sendiri. Ibarat menanam bibit unggul di pekarangan rumah harus di atas tanah yang subur. Bibit unggul akan tumbuh mekar di atas lahan dan tanah yang subur. Kalau tanah pekarangan rumah kita tandus, maka kita harus membenahinya terlebih dahulu. Kita harus membangun culture of trust. Sama dengan sebuah organisasi harus dilakukan penyehatan organisasi terlebih dahulu. Tidak ada yang instan harus melalui proses.
c.       Ada tiga tahapan yang harus ditegakkan untuk mencapai the high trust culture, yaitu: pertama, mengidentifikasi kepemimpinan yang kuat; kedua, menciptakan ekspektasi atas prilaku, dan ketiga, proses reinforcement dalam membangun kepercayaan dalam organisasi (dikutip dari Kristina Anissa, Stephen M.R.Covey Pengalaman Mengajarkan tentang Kepercayaan, Majalah SWA, seri 27, 4 januari 2012, h.20-21).   
Buku lain yang ditulis Stephen M.R. Covey, Smart Trust Creating Prosperity, energy, and Joy in a Low-Trust World, 2012. Buku ini merupakan implementasi dari buku The Speed of Trust. Bahwa apa yang digagas dalam buku The Speed of Trust dapat dipraktikkan di perusahaan, organisasi ataupun dalam kehidupan keseharian.
Negara yang low-trust, tingkat kepercayaan yang rendah pasti akan banyak menghabiskan uang dan biaya yang tinggi untuk membangun trust.
Di negara kita, ada banyak badan pengawasan keuangan dan kinerja aparatur negara, seperti BPKP, BPK, dan KPK, tapi korupsinya tidak surut. Ada lagi pengawasan dan audit internal, tapi tetap saja kinerja aparatur terpuruk dan kebocoran keuangan Negara juga terjadi. Apa masalahnya? Karena trust belum terbangun dengan baik. Dalam dunia birokrasi, terkadang satu program diperiksa oleh beberapa lembaga atau badan yang berwenang dengan biaya pemeriksaan yang tidak sedikit. 
Suatu hari, sahabat Nabi shalla Allah 'alaih wa sallama bertanya kepada beliau: "siapa gerangan kelompok manusia yang paling cepat masuk surga"? Jawab Nabi: al-tajir al-shaduq: pengusaha yang jujur. Betapa kejujuran itu sangat utama dan mulia. Dalam riwayat lain disebutkan: "peliharalah kejujuran itu, karena berbuat jujur pasti mendatangkan ketenteraman hati. Dan jauhilah berbuat bohong dan manipulatif, karena ketidakjujuran pasti akan mendorong kita ke jurang kahancuran (neraka). Ada pameo yang berbunyi: "orang jujur pasti mujur".
Wa Allah a’lam.

Tidak ada komentar: