Gallery

Jumat, 02 Maret 2012

Fariruddin al-Attar (w. antara tahun 1220 dan 1230 M)


A.J. Arberry  menerjemahkan kitab Tazkirat al-Awliya kedalam bahasa Inggeris dengan judul: Muslim Saint and Mystic. Di dalamnya dibahas para tokoh sufi, anekdot, perjalanan hidup dan karamahnya. Karamah para oleh Arberry diterjemahkan sebagai anekdot. Yang bisa saja dipahami sebagai kisah nyata atau hanya cerita-cerita yang biasa dibuat-buat oleh pengikut wali tertentu.
Pada kata pengantar buku tersebut yang pertama dibahas adalah sekilas dan napak tilas al-Attar. al-Attar adalah seorang pedagang parfum yang sukses. Suatu ketika ia berada di tengah barang dagangannya, seorang sufi pengembara yang pipinya basah dengan air mata datang menghampiri tokonya. Al-Attar mengusir sufi pengelana itu. Sang sufi berkata: kalau saya tidak ada kesulitan untuk pergi. Karena saya tidak memiliki apa-apa kecuali selembar jubah ini. Lalu, bagaimana dengan engkau yang memiliki semua ini—maksudnya took dengan segala isinya? Sang pengelana menyuruh al-Attar agar meninggalkan toko berikut barang dagangannya. Setelah berfikir al-Attar menjual tokonya lalu bergabung dengan paguyuban sufi. Dan selanjutnya, al-Attar melakukan perjalanan ke Mekkah, dan dari perjalanannya itulah sehingga ia menghasilkan karya Tazkirat al-Awliya’. Al-Attar memiliki karya yang monumental lainnya yaitu: Manthiq al-Thair.
al-Attar, konon kabarnya wafat dibunuh oleh tentara Mongol.
Ada banyak kisah menarik dalam kitab Tazkirat al-Awliya’, antara lain:
1.      Abdullah ibn Mubarak. Pada awalnya, dia sangat tertarik dengan seorang gadis pujaan hatinya. Sampai-sampai ia tidak ingat bahwa malam sudah larut, dan fajar pun sudah menyingsing.
2.      Al-Muhasiby.
3.      Ma’ruf al-Karkhy. Toko sufi yang satu ini pertama kali saya kenal lewat karya al-Hujwiry, Kasyf al-Mahjub. Al-karkhy lebih saya kenal lagi ketika pada tahun 2004, saya mendengar pemaparan singkat seorang ilmuwan muda dari Oxford University, The Annabel Gallop yang pada waktu itu mempresentasikan hasil penelitian teranyarnya mengenai stempel raja-raja nusantara. Salah satu hasil temuannya adalah hampir semua stempel raja Islam nusantara bertuliskan “Budduh” yang dinisbahkan kepada Makruf al-Karkhy. Bahkan lanjut Annabel, sewaktu dia kecil kakeknya bercerita tentang keampuhan dan karamah syekh Makruf al-Karkhy yang apabila ada seseorang yang sulit melahirkan akan dipermudah berkat karamahnya.
4.      Sari al-Saqaty.
5.      Abu Qasim al-Junaid.

Semoga kita dapat mengikuti jejak langkah para sufi dan mulia ini. Amin.
Wa Allah a’lam.

Tidak ada komentar: