Gallery

Sabtu, 24 Maret 2012

Nyai & Pergundikan

Dalam buku: 40 tahun jaar --empat puluh tahun studi Belanda di Indonesia--yang disunting oleh Achmad Sunjayadi, Christina Suprihatin dan Kees Groeneboer terdpat satu artikel yang mengulas tentang sejarah Nyai dan pergundikan di Hindia-Belanda. Buku tersebut ditulis oleh Reggie Baay dengan judul: De  Njai; Het Concubinaat in Nederlands-Indie--telah diterjemahkan dengan judul: Nyai & Pergundikan di Hindia Belanda, 2010. Buku ini sangat laris karena mengangkat persoalan krusial hal yang sudah lama terlupakan. Baay menulis buku ini dengan memakai referensi tidak kurang 200 buku. Tentu suatu pencapaian yang tidak sederhana.

Banyak komentar yang memuji buku ini. Sebab, sejarah pergundikan di Hindia-Belanda yang dimulai sejak Jenderal Coen VOC ingin mengembangkan ras kulit putih di daerah koloni. Maka didatangkanlah perempuan ras kulit putih ke Hindia-Belanda. Jenderal Coen tidak sabaran dalam penantiannya yang panjang. Sebab, kala itu tidak mudah untuk mendatangkan perempuan ras kulit putih dengan jarak tempuh yang cukup jauh. Tapi Jendral Coen kecewa melihat penampilan perempuan ras kulit putih tersebut yang kebanyak berperilaku tidak sopan, dan cenderung liar.
Sehingga pilihan orang Belanda adalah Nyai, perempuan pribumi. Mereka mempelajari bahsa Jawa, dan mendekati perempuan pribumi.
Nyai dalam buku ini dimaksudkan sebagai perempuan pribumi, Tionghoa dan Jepang yang hidup bersama lelaki eropa di masa Hindia Belanda.
Nyai ini tidaklah hidup bermartabat. Terkadang mereka terpaksa hanya melahirkan anak serdadu Belanda. Setelah itu, mereka dipulangkan ke kampung dan dipaksa untuk berpisah dengan kandungnya sendiri.
Sungguh merupakan penggambaran yang sempurna, tapi sangat memilukan. Betapa sebagai bangsa terjajah tidak ada enaknya.
Saya dua hari yang lalu mendengar berita radio Elshinta bahwa ternyata Belanda dan beberapa negara eropa lainnya bekerjasama dengan orang-orang tertentu untuk menjadikan Indonesia sebagai tempat pembuangan sampah pabrik industri mereka. Hal ini cukup menghentak saya, ternyata hari gini masih saja ada anak bangsa yang bermental "penjajah". di mana letak nurani mereka dengan tanpa dosa membawa sampah dan limbah industri Belanda dibuang di Indonesia. Limbah tersebut akan sangat membahayakan bagi kesehatan lingkungan kita.
Wa Allah a'lam.

Tidak ada komentar: