Gallery

Jumat, 30 Maret 2012

Bali

Bali dikenal sebagai pulau dewata. Mungkin karena banyak dewa sehingga disebut sebagai pulau dewata. Walter Spies menyebutnya sebagai surga dunia, island of paradise, jannatil firdaus. Tapi, apakah orang Bali juga merasakan Bali sebagai surga. Konon, Bali itu laksana potongan surga bagi turis. Bali bagi orang Bali hanyalah tempat hunian biasa. Ketika pengambilan dan penggarapan film Bali, seorang wartawan bertanya kepada warga Tanah Ubud mengenai keindahan Ubud.
Ia menjawab, biasa biasa saja. Tidak ada yang luar biasa. Bahkan, The Jakarta Post, 29 maret 2012 melaporkan betapa tersiksanya masyarakat Bali dengan sampah yang ditinggalkan para turis itu. Mereka menikmati eksotisme Bali, tapi menyisakan sampah sampah untuk orang Bali. Dan sangat boleh jadi mereka juga datang dan meninggalkan budaya barat ya.g sangat merusak orang timur. Di pantai Kuta,Sanur,dan Legian sudah sangat terkenal sebagai tempat para turis menjemur diri. Tentu mereka juga membawa seperangkat budaya mereka, seperti minuman bir, pakaian minim ala kadarnya yang hanya menutupi bagian bagian tertentu pada tubuhnya. Bahkan saya mendapat cerita bahwa di Legian, pada malam harinya betul betul menjadi sorga bagi para turis itu. Akankah Bali dan tempat tempat eksotis lainnya akan bernasib sama? Masyarakat setempat hanya sebagai tukang warung. Atau yang paling kelihatan hanyalah menjadi tukang pijat. Mengapa kita tidak memberi keterampilan khusus agar mereka dapat hidup layak. Saya juga mendengar cerita bahwa ada turis tertentu yang pelit seperti dari Jepang, Korea, Italia. Kalau mereka naik taksi, recehanpun dimintanya. Berbeda dengan orang Ustralia yang terkenal dermawan. Jadi, tidak semua turis itu adalah orang kaya, mungkin juga ada yang kere. Sama juga dengan Tki ke arab saudi atau di timur tengah, banyak juga diantara mereka yang hidup pas pasan, hanya karena mereka menjaga status sosial sehingga mencari pembantu rumah tangga.

Tidak ada komentar: