Gallery

Kamis, 15 Maret 2012

Intelektual Yang Merdeka

Tan Malaka pernah menulis buku yang kira.kira berjudul: Merdeka 100%. Buku karya Tan Malaka ini memuat ideologi politik yang sedang diperjuangkannya. Tapi ada satu bab yang menarik yaitu keprihatinan beliau akan pengelolaan sumber daya alam Indonesia yang melimpah. Tan Malaka mengajak anak bangsa ini agar tumbuh menjadi intelektual independen dan merdeka seratus persen. Intelektual yang independen diharapkan dapat mengelola sumber daya alam Indonesia yang demikinan melimpah. Kalau kita sejenak melihat sejarah intelektual Islam, maka kita akan menemukan sosok ulama yang independen.
Seperti Abu Hanifah, Imam Malik, Imam AL.syafi'i, Imam Ahmad ibn Hanbal adalah sosok ulama yang sangat independen. Mereka ini rela mendapatkan perlakuan yang tidak wajar bahkan kasar dari khalifah hanya karena mempertahankan independensinya untuk tidak menduduki suatu jabatan strategis yang ditawarkan sang khalifah. Mereka tidak mau tunduk pada kepentingan kekuasaan. Bahkan Imam Ahmad ibn Hanbal bukan hanya menolak jabatan, tapi juga menolak bantuan yang diberikan Pemerintah. Konon, sewaktu Imam Ahmad ibn Hanbal sudah uzur, beliau biasa meminjam uang untuk keperluan belanja dan pengobatan kepada puteranya. Aparat Pemerintah tidak kehabisan akal, bantuan diberikan lewat Putera Imam Ahmad secara sembunyi.sembunyi. Sampai suatu ketika Imam Ahmad mengetahui hal tersebut, maka beliau marah kepada puteranya dan sejak itu Imam Ahmad tidak mau lagi meminjam uang dari puteranya sendiri, dan tidak mau memakan makanan di rumah puteranya. Bahkan sampai dalam hal pengobatan penyakitnya yang sudah akut itu hingga wafatnya. Kita lihat betapa Imam Ahmad sangat menjaga muru'ah dan indepensinya sebagai seorang ulama. Imam Malik juga memiliki sikap yang sama sangat menjunjung tinggi ilmu hadis yang digelutinya. Suatu waktu, beliau didatangi oleh orang kepercayaan khalifah dan menyampaikan maksud sang khalifah yang tertarik untuk belajar kitab Muwaththa' karya Imam Malik. Imam Malik mempersilakan khalifah untuk mendatangi majlisnya di kota Madinah, tapi khalifah meminta agar Imam Maliklah yang keluar Madinah untuk menemui sang khalifah. imam Malik tetap saja pada pendiriannya. Sebab, kitab AL.Muwaththa' adalah bukan buku biasa karena memuat sabda Nabi shalla Allah 'alaih wa sallama. Sang khalifah mau saja mendatangi majlis Imam Malik yang penting diajari sendirian. Imam Malik tetap pada pendiriannya belajar bersama sama dengan jama'ah lainnya. Akhirnya, sang khalifah ikut pengajian Imam Malik bersama dengan rakyat biasa. Betapa tinggi indepensi ulama yang satu ini. imam Malik menjaga kehormatan dan martabat seorang ulama. Mungkin sosok ulama seperti inilah yang sesuai dengan sebuah riwayat: Inna AL.'ulama warathat AL.anbiya'. Ulama itu adalah pewaris Nabi. Sebab, seorang nabi tidaklah mewariskan dinar dan harta. Bagaimana dengana kita? Imam AL.Ghazali sudah pernah menyindir dengan ungkapan beliau mengenai ulama AL.dunya, ulama AL.akhirat, serta yang lebih ekstrim ada juga kelompok ulama AL.su'. Semoga kita masih memiliki komunitas ulama AL.akhirat. Wa Allah a'lam.

Tidak ada komentar: