Annemarie Schimmel adalah penulis mistik Islam yang paling
otoritatif dan menghasilkan karya-karya akademik yang bermutu tinggi. Hampir
semua karya Annemarie Schimmel menjadi perhatian dan kajian menarik bagi
pengkaji tasawuf. Buku-buku beliau termasuk karya yang “padat gizi”, dan sangat
kaya literatur. Hal ini dikarenakan dari penguasaan bahasa professor yang satu
ini yang sangat spektakuler. Schimmel menguasai 25 bahasa dunia.
Ia lancar berbahasa Arab, Inggeris, Jerman, Turki, Urdu, Persia, dst. Ia salah seorang professor Harvard University yang sangat produktif.
Ia lancar berbahasa Arab, Inggeris, Jerman, Turki, Urdu, Persia, dst. Ia salah seorang professor Harvard University yang sangat produktif.
Karya-karya beliau sangat simpatik dan obyektif. Di antaranya:
(a) And
Muhammad Is His Messenger: The Veneration of the Prophet in Islamic Piety,
1985; (b) Mystical Dimensions of Islam,
1975; (c) The Triumphal Sun: A Study of
the Life and Work of Maulana Jalaloddin Rumi, 1993; (d) dll.
Ada banyakk kalimat dan nasehat dari perjalanan hidup Prof.
Annemarie Schimmel yang patut menjadi “suluh” dalam kehidupan, antara lain:
1.
Surga itu adalah tidak ada hari libur.
2.
Setiap pengalaman mestilah dimasukkan dalam
kehidupan, guna memperkaya kehidupan itu. Karena tiada kata akhir untuk belajar
seperti juga tiada kata akhir untuk kehidupan…
3.
…..dan tugas paling sulit dalam hidup adalah
belajar untuk sabar
4.
Manusia sebenarnya sedang tertidur, dan ketika
mereka meninggal mereka terbangun (Annemarie Schimmel, Jiwaku adalah Wanita Aspek Feminim dalam Spiritualitas Islam, Mizan,
1999, h.14-15 ).
Dalam salah satu karya beliau—Mystical Dimensions of Islam-- ada kisah menarik mengenai seorang
belajar tasawuf yang ingin menguji kadar tawakkalnya kepada Allah Swt dengan melewati sekelompok harimau lapar. Dan matilah
ia diterkam harimau. Beliau ingin menunjukkan bahwa perilaku demikian bukanlah
“laku” tasawuf. Bukankah Nabi Shalla
Allah ‘alaih wa sallama telah mengajarkan tawakkal kepada seroang Badui: “ikatlah
lutut ontamu, baru serahkan kepada Tuhan”.
Ada lagi kisah menarik lainnya. Yaitu, seseorang bertanya
kepada Abu Hafs al-Suhrawardy: “Siapakah sufi itu?”. Beliau menjawab: “seorang
sufi tidaklah bertanya siapakah sufi itu?” Dalam ungkapan lain: “la ya’rifu al-waly illa
al-waly, seseorang tidak paham siapakah wali itu, kecuali kalau dia itu sendiri
adalah seorang wali.
Wa Allah a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar