Gallery

Rabu, 28 Maret 2012

Annemarie Schimmel

Annemarie Schimmel adalah penulis mistik Islam yang paling otoritatif dan menghasilkan karya-karya akademik yang bermutu tinggi. Hampir semua karya Annemarie Schimmel menjadi perhatian dan kajian menarik bagi pengkaji tasawuf. Buku-buku beliau termasuk karya yang “padat gizi”, dan sangat kaya literatur. Hal ini dikarenakan dari penguasaan bahasa professor yang satu ini yang sangat spektakuler. Schimmel menguasai 25 bahasa dunia.
Ia lancar berbahasa Arab, Inggeris, Jerman, Turki, Urdu, Persia, dst.   Ia salah seorang professor Harvard University yang sangat produktif.
Karya-karya beliau sangat simpatik dan obyektif. Di antaranya: (a)  And Muhammad Is His Messenger: The Veneration of the Prophet in Islamic Piety, 1985; (b) Mystical Dimensions of Islam, 1975; (c) The Triumphal Sun: A Study of the Life and Work of Maulana Jalaloddin Rumi, 1993; (d) dll.
Ada banyakk kalimat dan nasehat dari perjalanan hidup Prof. Annemarie Schimmel yang patut menjadi “suluh” dalam kehidupan, antara lain:
1.       Surga itu adalah tidak ada hari libur.
2.       Setiap pengalaman mestilah dimasukkan dalam kehidupan, guna memperkaya kehidupan itu. Karena tiada kata akhir untuk belajar seperti juga tiada kata akhir untuk kehidupan…
3.       …..dan tugas paling sulit dalam hidup adalah belajar untuk sabar
4.       Manusia sebenarnya sedang tertidur, dan ketika mereka meninggal mereka terbangun (Annemarie Schimmel, Jiwaku adalah Wanita Aspek Feminim dalam Spiritualitas Islam, Mizan, 1999, h.14-15 ).
Dalam salah satu karya beliau—Mystical Dimensions of Islam-- ada kisah menarik mengenai seorang belajar tasawuf yang ingin menguji kadar  tawakkalnya kepada Allah Swt dengan  melewati sekelompok harimau lapar. Dan matilah ia diterkam harimau. Beliau ingin menunjukkan bahwa perilaku demikian bukanlah “laku” tasawuf. Bukankah Nabi Shalla Allah ‘alaih wa sallama telah mengajarkan tawakkal kepada seroang Badui: “ikatlah lutut ontamu, baru serahkan kepada Tuhan”.
Ada lagi kisah menarik lainnya. Yaitu, seseorang bertanya kepada Abu Hafs al-Suhrawardy: “Siapakah sufi itu?”. Beliau menjawab: “seorang sufi tidaklah bertanya siapakah sufi itu?”  Dalam ungkapan lain: “la ya’rifu al-waly illa al-waly, seseorang tidak paham siapakah wali itu, kecuali kalau dia itu sendiri adalah seorang wali.
Wa Allah a’lam.



Tidak ada komentar: