Gallery

Rabu, 07 Maret 2012

Nur Muhammad

Adalah Prof. Dr. K.H. Sahabuddin yang telah menulis dua buku mengenai konsep Nur Muhammad. Yaitu: (a) Nur Muhammad: Pintu Menuju Allah Telaah Sufistik atas Pemikiran Syekh Yusuf al-Nabhani, (Logos, 2002), dan (b) Menyibak Tabir Nur Muhammad (Renaisan, 2004). Buku pertama memuat sebagian besar hasil penelitian disertasi Prof. Sahabuddin, dan buku kedua memuat perdebatan Nur Muhammad, baik pembelanya maupun yang menentang konsepsi Nur Muhammad.
Salah seorang ulama yang konsern terhadap konsepsi Nur Muhammad adalah Syekh Yusuf ibn Ismail al-Nabhany. Al-Nabhany menganggap bahwa Nur Muhammad adalah wasilah (penghubung) antara manusia dan hamba-Nya. Seorang hamba tidak bisa langsung bertemu (liqa’) dengan Allah swt. Nur Muhammad sebagai “babu Allah”, pintu menuju Tuhan. Nur Muhammad adalah tercipta, bahkan makhluk yang pertama tercipta, darinyalah semuanya tercipta. Nur Muhammad bagi al-Nabhany tidak “melimpah” (al-faidh) sebagaimana teori emanasi Plotinus. Nur Muhammad tidak  juga al-ittihad (menyatu) dengan Tuhan. Nur Muhammad tidak seperti al-hulul (“melebur”) al-Hallaj. Nur Muhammad tida seperti yang digambarkan oleh Ibnu ‘Araby lewat teori wihdat al-wujud-nya. Konsepsi al-Nabhany juga berbeda dengan al-Karim al-Jili dengan teori al-Insan al-Kamil-nya (manusia paripurna). Meskipun Nur Muhammad yang digagasnya berbuah al-Insan al-Kamil. al-Nabhany memang unik. Bahkan oleh al-Nabhany, Nur Muhammad adalah qadim sekaligus hadis (baru). Ia qadim bukan karena qadim bi nafsih, tapi qadim karena “diqadimkan” oleh Allah Swt. Dalam kaitan ini, tentu konsep Nur Muhammad yang demikian itu akan mengandung dan mengundang kontroversi. Apatah lagi jika dihubungkan dengan mindset ilmu kalam.   
Pandangan al-nabhany yang demikian itu dapat ditelaah lewat dua karyanya yakni: (a) al-Anwar al-Muhammadyah, dan (b) Jawahir al-Bihar fi Fadha’il al-Nabiy al-Mukhtar.
V.I Braginsky dalam bukunya: Yang Indah, Berfaedah dan Kamal menghabiskan 26 halaman untuk membahas Nur Muhammad dalam sastra Melayu. Menelaah Braginsky lebih elaboratif tentu sesuatu yang lebih menarik lagi.
Wa Allah a’lam.

Tidak ada komentar: