Senin, 11 Februari 2013
Eselon Bajaj
Suatu waktu, Prof. Imam Suprayogo, Rektor UIN Maliki Malang melontarkan humor kepada saya. Saya yang kebetulan Kepala Sub direktorat "diledekin" Prof Imam sebagai "eselon Bajaj". Mungkin karena Kepala Subdit itu masih eselon tiga sehingga digelarinya sebagai eselon Bajaj. Atau mungkin itu, karena eselon tiga masih terbatas kewenangannya pada subdit yang dipimpinnya. Atau karena eselon tiga belum bisa mengambil kebijakan strategis. Atau karena kewenangan eselon tiga terbatas, sehingga kendaraan bajaj itu hanya untuk transportasi dalam kota, itupun pada jarak tempuh yang sangat terbatas. Hanya pada lorong-lorong kota. Bajaj juga jalannya pelan, sehebat apapun sopirnya tetap saja lambat. Atau juga karena Bajaj adalah kendaraan kota penyumbang polusi udara nomor wahid. tentu tidak termasuk Bajaj di India yang sudah tidak memakai solar.
Tapi, Prof Imam lupa bahwa eselon Bajaj itu adalah eselon tertinggi sebagai pejabat karier dalam suatu kementerian atau lembaga. Sebab, eselon di atasnya, yakni eselon dua dan eselon satu sudah masuk dalam ranah pejabat politis. Artinya, seseorang pejabat yang menduduki posisi eselon dua dan satu sewaktu-waktu dapat diganti sesuai dengan kebijakan menteri yang memimpin suatu kementerian. Sementara eselon tiga, tidak mudah diganti kecuali yang bersangkutan melanggar aturan atau melakukan tindakan amoral atau korupsi. jadi, meskipun eselon Bajaj tapi awet dan bisa tahan lama.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar