Gallery

Senin, 11 Februari 2013

Abdullah Yusuf Ali

Nama Abdullah Yusuf Ali sering diperkenalkan oleh Prof. Nurcholish Madjid. Jauh sebelumnya H.O.S Cokroaminoto sudah memperkenalkan tafsirnya: The Holy Qur"an. Oleh Cak Nur, The Holy Quran terjemahan Abdullah Yusuf Ali adalah karya terjemahan kedalam bahasa Inggris yang terbaik. Abdullah Yusuf Ali lahir pada tanggal 14 April 1872 – 10 Desember 1953. Beliau adalah sarjana Muslim kelahiran India yang termahannya tke dalam bahasa Inggeris dianggap paling terkenal.His translation of the Qur'an is one of the most widely-known and used in the English-speaking world. Ali lahir di Bombay. Ali kecil hidup dalam bimbingan dan pendidikan agama yang baik. Ali juga belajar menghafal al-Qur'an sejak usia belia. Dia lancar berbahasa Arab dan Inggeris. Dia belajar sastra Inggeris di beberapa universitas di Inggeris. Terjemahan al-Qur'an karyanya berjudul: The Holy Qur'an: Text, Translation and Commentary, ditulisnya sejak tahun 1934 dan dipublikasikan pada tahun 1938 oleh Sh. Muhammad Ashraf Publishers di Lahore,India (belakangan Lahore masuk wilayah Pakistan). Ali mempromosikan karyanya itu lewat Masjid al-Rasyid--masjid ketiga-- di Amerika Utara,di Edmonton, Alberta, Canada, pada bulan desember 1938. Akhir hidupnya beliau wafat di Inggeris dan dimakamkan di pekuburan Muslam di sana, dekat makam Marmaduke Pickthall ( salah seorang penulis terjemahan al-Qur'an dalam bahasa Inggeris yang juga karyanya banyak dikutip para pengkaji al-Qur'an--The Meaning of the Qur'an--). Kehidupan pribadi Abdullah Yusuf Ali cukup berliku. Pada awalnya beliau sangat tersohor dengan kemampuan bahasa Ingeris di India. Beliau sering mendapatkan penghargaan karena kemampuan bahasa Inggerisnya itu. Belakangan beliau mendapatkan pujaan hatinya dari keluarga kerajaan Inggeris. Pada awalnya, isteri dan puetra-puterinya itu ikut memeluk Islam sebagaimana Abdullah Yusuf Ali. Tapi pada masa tuanya, Ali memutuskan bercerai dengan isterinya karena isterinya kembali memeluk agama Kristen. Tragisnya, putera-puterinya juga ikut ibunya. Ali hidup dalam kegalauan dan pergulatan batin yang laur biasa. Untung, beliau "lari" kepada Al-Qur'an. Konon, beliau wafat sendirian karena kedinginan di Inggeris. Padahal, ketokohan dan ketenaran beliau yang demikian tersohor itu sangat kontras dengan kondisi akhir hidupnya. Hidup sendiri di kala usia senja. Wa Allah a'lam.

Tidak ada komentar: