Gallery

Minggu, 17 Februari 2013

Budi Dharma

Prof Budi Dharma adalah seorang sastrawan yang juga mantan rektor IKIP Surabaya, sekarang Universitas Negeri Surabaya. Budi Dharma dikenal dengan sejumlah karyanya, baik dalam bentuk buku, novel, maupun karya terjemahan.Karya-karyanya antara lain: (1)Pengantar Teori Sastra (Buku;2005); (2) dalam bentuk novel: Olenka (1983); Rafilus (1988); Ny.Talis (1995); (3) dalam bentuk cerpen; Derabat (1977); Kecap Nomor Satu di Sekeliling Bayi (1969); Ranjang (1970); Nancy Krie (1970); Tanah Minta Digarap (1970); Mangut-Mangut Semacam Ini Biasakah (1970); Mbah Jambe (1970); Pistol (1970); Bulan (1973); Kitri (1970); Pengantin (1971); Sebelum Esok Tiba (1971); Gadis (1971); Anak (1972); Alang Kepalang (1976); Gauhati (1984); Madelun (1993); Mata yang Indah (2001); Kisah Pilot Bejo (2007); Bluke Kecil (2009); Pohon Jejawi (2010); Laki-laki Pemanggul Goni (2012); (4) Cerpen Anthology, seperti: Orang-orang Bloomington (1980); Kritikus Adinan (2002); Fofo & Senggring (2005); Orez; Laki-laki Lain dalam Sepucuk Surat: pilihan cerita (2008). Dalam bentuk essai, sebagai berikut: • Sebuah Solilokui mengenai Goenawan Mohamad (1977) • Pengaruh Zionisme atas Sastra Dunia (1978) • Sastra Amerika Masa Kini (1979) • Beberapa Gejala dalam Penulisan Prosa (1983) • Keindahan: Pandangan Romantik (1983) • Novel Indonesia adalah Dunia Melodrama (1983) • Persoalan Proses Kreatif (1983) • Kemampuan Mengebor Sukma (1984) • Perihal Kritik Sastra (1984) • Kritikus Nirdawat: Seorang Kritikus Sastra (1985) • Pengalaman Pribadi dengan Nugraho Notosusastro (1985) • Perkembangan Puisi Indonesia (1985) • Manusia Indonesia Berbicara (1987) • Kritik Sastra dan Karya Sastra (1987) • Romantika Sastra, Kita (1988) • Tanggung Jawab Pengarang (1988) • Konstalasi Sastra : Homo Comparatikus (1989) • Melihat Citra Bangsa melalui Novel (1990) • Sastra Indonesia Mutakhir (1990) • Stagnasi Kritik Sastra (1990) • Kisah Sebuah Odise (1991) • Sastra dan Kebudayaan (1992) • Novel dan Jati Diri (1993) • Manusia Konotasi dan Manusia Denotasi (1997) • Mempersoalkan Cerita Pendek (1999) • Dalang Wayang Kulit (2000) • Pendidikan Seni Pertunjukan (2000) • Suratman Markasan : Sastra Melayu Singapura (2000) • Fiksi dan Biografi (2001) • Ironi si Kembar Siam : Tentang Posmo dan Kajian Budaya (2001) • Manusia sebagai Makhluk Budaya (2001) • Sastra dan Kebangsaan (2001) • Sastra dan Pluralisme (2001) • Visi Pengembangan Kebudayaan (2001) • Memperhitungkan Masa Lampau (2004) Dalam bentuk essai Anthology, yakni: Solilokui (1983); Sejumlah Esai Sastra (1984); Harmonium (1995); Moral dalam Sastra (1981). Dan dalam bentuk karya terjemahan , yaitu: The Legacy (1996). Kalimat_kalimat Prof Budi sangat menghentak. Dan ciri novel Prof Budi adalah dalam perspektif korban. Seperti kalau beliau menceritakan sebuah pesta. Di balik kemeriahan psta tersebut ada saja pihak yang korban. Yaknitukang cuci piring, cleanig service, dan orang-orang yang mengurus tetek-bengek pesta tersebut. Mereka inilah yang paling berjasa dalam pesta itu. tapi mereka ini juga yang sering terabaikan. Mereka adalah "korban" pesta yang meriah tadi. Prof Budi pertama kali saya kenal ketika penganugerahan tokoh-tokoh berpengaruh di Indonesia. Acara tersebut diselenggarakan di hotel Sahid, Jakarta. Penganugerahan tersebut dikomandoi oleh Pak Jaya Suprana. Ada banyak tokoh yang mendapatkan penghargaan, diantaranya yang saya ingat ialah Bu Musda Mulia, Pak Ali Sadikin, mantan Gubernur DKI, ada juga bupati dari Bali, suami isteri karena kepeduliannya kepada pendidikan gratis. Prof Budi identik dengan sastra dan kritik sastra di Indonesia. Meskipun beliau telah menulis karanya yang tidak sedikit, tapi tetap saja berkomentar bahw amasih sedikit yang beliau perbuat untuk kemajuan tulis-menulis itu. Menulis itu sulit kata beliau, suatu ketika. Sebab dengan menulis, seseorang harus memiliki kecakapan dalam menggunakan bahasa yang bagus, logika yang sistematis dan runtut. Dan yang bersangkutan harus bisa meyakinkan pembacanya bahwa apa yang digagasnya masuk akal. kalau tidak, maka tulisannya akan masuk dalam kategori "sampah". Tentu saja pikiran Prof Budi, berbeda dengan orang seperti Hernowo yang memotivasi kalangan muda bahwa menulis itu "gampang", dan tidak perlu terlalu terikat oleh teori-teori yang sulit dan "mengekang". Tulis saja apa yang sedang menggelayut dalam pikiran anda. Pasti anda bisa menulis. Wa Allah a'lam.

Tidak ada komentar: