Gallery

Rabu, 06 Maret 2013

Indahnya Perbedaan

K.H. Abdurrahman Wahid yang lebih dikenal dengan Gus Dur menulis buku dengan judul: Islamku, Islam Anda, Islam Kita: Agama, Masyarakat, Negara, Demokrasi (The Wahid Institute, 2006). Buku ini memuat tulisan dan artikel Gur Dur. Ada banyak hal yang cukup inspiratif yang dapat dipedomani dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta kehidupan beragama. Pada halaman 235 buku tersebut terdapat sebuah artikel dengan judul: Tata Krama dan Ummatan Wahidatan. Dalam artikel ini dikisahkan telah perbedaan pendapat antara K.H. Hasyim Asy'ari (Rois 'Am PBNU) dengan K. H. Faqih Maskumambang wakilnya. K.H. Hasyim Asy'ari menulis sebuah artikel yang terbit pada tahun 1928 yang melarang kentongan dibunyikan sebagai tanda masuk shalat. Sedang K.H. Faqih berbeda dengan K.Hasyim Asy'ari. Maka pada suatu waktu K. Hasyim Asy'ari mengundang ulama di Tebu Ireng Jombang, lalu kedua artikel tersebut di hadapan jamaah.K. Faqih juga hadir dalam acara tersebut. Pada akhir pertemuan tersebut, K. H. Hasyim Asyari menegaskan bahwa kedua pendapat ini bebas untuk dianut. Tetapi, saya tetap mengharamkan kentongan di Tebu Ireng untuk selama-lamanya. Pada kesempatan lain, K. Faqih mengundang K. Hasyim Asyari untuk ceramah agama di pesantren beliau. Dan Kyai Faqih berpesan kepada seluruh rakyat di sana agar menurunkan dan tidak membunyikan kentongan selama Kyai Hasyim berada di kabupatennya. Sebuah teladan yang sangat baik. Berbeda tapi tidak sampai berselisih. Tokoh agama berbeda, tapi umat tetap bersatu. Inilah mungkin maksud salah satu riwayat: al-ikhtilaf ummati rahmat-un: "Perbedaan pendapat umatku adalah rahmat". Selama ini al-ikhtilaf dimaknai sebagai perselisihan, dan bukan perbedaan. Wa Allah a'lam.

Tidak ada komentar: