Konon, ada tiga ekor ikan. Ada ikan pandai, agak pandai dan yang satunya lagi ikan bodoh. Ketiga ikan tersebut berada dalam satu kolam. Seorang nelayan sedang mempersiapkan jala untuk menangkap ketiga ikan tersebut. Ikan pintar sudah mengetahui gelagat si nelayan, dan mencari akal bagaimana bisa lolos dari penangkapan. Sebelum si nelayan membuang jalanya, si ikan pintar meloncat keluar kolam dan jatuh tepat di dekat salah satu kaki sang nelayan. Ikan pintar menahan napas, dan berpura-pura mati.
Si nelayan heran, mengapa tiba-tiba ada ikan di dekat kakinya. Dan ikan itu mati. Ia pun segera melemparkan ikan pintar itu masuk ke kolam. Beberapa detik kemudian, ikan pintar berkelebat dan mencari tempat perlindungan di ceruk kolam. Terbebaslah ia dari tangkapan si nelayan. Melihat peristiwa tersebut, ikan yang agak pintar pun mencontoh dan mengulangi cara ikan pintar. Melompat keluar kolam, jatuh tepat di dekat kaki si nelayan, dan tahan napas. Si nelayan heran, tapi tetap memasukkan ikan agak pintar tadi dalam kepitnya. Hanya saja, si nelayan lupa menutup tutup kepitnya. Ikan agak pintar meliuk-liuk, dan berusaha keras untuk mencapai pinggir kolam, dan segera melompat. Walhasil, selamatlah ikan agak pintar itu. Sekarang giliran ikan bodoh. Ia mengikuti contoh kedua temannya. Melompat keluar kolam, menjatuhkan diri dekat kaki si nelayan. Tapi dasar ikan bodoh, ia lupa menahan napas. Sang nelayan masih terheran-heran, mengapa ada tiga ikan yang terjatuh di kaki saya. Dan ia sejenak berpikir, daripada tidak mendapatkan ikan sama sekali, si nelayan langsung menangkap ikan bodoh tadi, dan memasukkannya ke kepitnya--tempat ikan--dan menutupnya rapat-rapat. Ikan bodoh tertangkap. Ini kisah alegoris Idris Shah, sang sufi modern. Hikmah dari kisah ini, "jangan ikut-ikutan berbuat sesuatu apa pun kecuali didasari dengan ilmu pengetahuan"(dikutip dari Saif El-Sutha, Mutiara Hikayat, 2005). Wa la taqfu ma laisa laka bihi 'ilm-un. inna al-sam'a wa al-bashara wa al-fu'ada kullu ula'ika kana 'anhu mas'ul-an. Demikian perintah al-Qur'an. Ilmu itu sangat mahal, dan dapat menyelamatkan si empunya ilmu, di dunia maupun di akhirat kelak. Sebuah riwayat menyebutkan: "Tuntutlah ilmu, walaupun di tanah China.
Demikian. Wa Allah a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar