Gallery

Selasa, 05 Maret 2013

Berber

Guru saya, Prof. Dr. H.M. Syuhudi Ismail--pakar hadis--pada saat ujian promosiatau ujian pendahuluan--atau tertutup--salah seorang penguji disertasinya menanyakan: "Apa bedanya antara Barbar dengan Berber? Pak Syuhudi Ismail tentu tidak bisa menjawab dnegan baik. Babrbar adalah barbarisme. Perilaku biadab, tidak berperikemanusiaan. Tidak civilized. Sedang Berber adalah suku terasing atau salah satu suku yang hidup di pegunungan Aljazair. Prof. Mohammed Arkoun--penulis Rethinking of Islam-- salah seorang dari suku Berber. Saya bertemu dengan orang Berber ketika berkunjung ke Maroko pada tahun 2007. orang Berber tersebut memiliki kemampuan bahasa Arab fushah. Saya enak sekali bercakap dengannya. Bahasa Arabnya lancar dan gampang dimengerti. Saya berpikir, orang Berber memiliki bahasa Arab murni. Lalu, apakah sama dengan suku Badui? yang oleh Ibnu Khaldun dalam kitab Muqaddimah-nya memiliki karakter utama, sepeti: (a) karim, dermawan kepada tetamunya; (b) menjaga kehormatan diri termasuk kesucian garis keturunan--nasab; (c) memelihara tradisi syair--tradisi lisan. Kedermawanan suku Badui bukan hanya pelajaran dalam sejarah Islam awal. Tapi kedermawanan mereka juga masih dapat ditemui di era sekarang. Hal ini sesuai dengan pengalaman dan catatan Muhammad Asad penulis tafsir The Message of the al-Qur'an. Bahwa salah satu yang membuat beliau jatuh cinta kepada Islam adalah pertemuannya dengan suku Badui. Di tengah malam yang sunyi dan sedang badai, Muhammad Asad--yang dulunya bernama Leopold Weiss--Orang Yahudi Polandia--ia menumpang bernaung di gubuk salah seorang penduduk Badui di tengah gurun pasir. Pada tengah malam, beliau mendengarkan seekor domba mengembek. Ternyata Sang Badui memotong domba satu-satunya yang dimilikinya itu. Muhammad Asad menikmati hidangan domba tersebut. pagi harinya, Asad baru tahu bahwa si badui hanya memiliki domba satu-satunya telah dihidangkan untuk tamunya. lalu, Asad bertanya mengapa anda rela memotong domba satu-satunya yang anda miliki? itulah ajaran Muhammad shalla Allah 'alaih wa sallama mengajarkan kepada kami agar senantiasa menghormati tamu. Mendengarkan pengakuan si Badui, Asad terkesima dan menerawang. Bahwa ternyata ajaran Muhammad yang selama ini saya tahu lewat media Barat sangat berbeda dan kontras dengan kenyataan aslinya. Belakangan, Asad memeluk agama Islam. Salah seorang puteranya Muhammad T. Asad sekarang ini dikenal pemikir antropologi Islam. Barbar dan Berber ternyata memiliki sisi-sisi keunikan. Wa Allah a'lam.

1 komentar:

spirit-literasi.id mengatakan...

Saya mendapatkan pengetahuan baru dari artikel Pak Dr. Zain. Juga belajar konsisten menulis setiap hari, seperti idola Pak Zain,Prof. Dr. Imam Suprayogo. Terima kasih Pak Dr. Zain atas inspirasinya.