Gallery

Minggu, 10 Maret 2013

Ajal

Kawan saya, Faishal bercerita tentang peristiwa tragis yang dialaminya. Ketika ia berlibur ke Batam. Waktu itu, ia naik pesawat........(tidak etis menyebutkan nama pesawatnya). Perjalanan ke Batam ditempuh sekitar 45 menit. Beberapa menit sebelum mendarat, ternyata pesawat tersebut roda depannya tidak bisa keluar. Maka sang pilot berkeliling di udara sekitar satu jam untuk menghabiskan bahan bakar.
Sekitar 5 menit sebelum pendaratan dilakukan, sang pilot dari ruang kemudi berbicara kepada seluruh penumpang agar berdo'a bersama atas keselamatan pesawat, awak pesawat dan seluruh penumpang. Dapat dibayangkan, seluruh penumpang terguncang. Pramugari mendekati penumpang yang duduk bersebelahan dengan exit emergency--pintu darurat. Dan memberikan aba-aba dan cara membuka pintu. Penumpang yang ragu-ragu digantikan dengan yang lainnya. Pak Faishal, kawan saya tadi ketakutan dan keringat dinginnya sudah sampai ke ubun-ubun. Terbayang olehnya isteri, dan dua puteranya yang masih kecil-kecil. Begitu pesawat hendak mendarat, pak Faishal mengencangkan sabuk pengaman, dan kedua tangan berpegangan erat sambil berdo'a. Semua do'a-do'a mujarab telah dibacanya. Tentu dengan "ketakutan" yang luar biasa. ADa hal yang menarik dalam peristiwa ini. Seorang China yang kebetulan duduk bersebelahan dnegan orang Aceh juga ikut-ikutan membaca: La Ilaha Illa Allah. Tiada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah. Tentu si China membaca sekenanya. Alhamdulillah, ketika pesawat mendarat, tidak terjadi apa-apa. Mulus. Selamat. Ternyata di bawah sana sudah disiapkan 200 kantong mayat untuk persiapan jikalau terjadi tragedi. Ternyata ajal itu semuanya sudah ditentukan. Ajal itu tidak bisa ditunda juga tidak dapat dipercepat. Semuanya sudah ditakdirkan. Hidup dan mati, sesungguhnya tidak berjarak. Kematian juga tidak perlu ditakuti, dan dihindari. Dalam hidup ada kematian. Dalam kematian justeru adaq kehidupan yang abadi. Yang perlu digelisahkan adalah sudah berapa bekal yang telah dipersiapkan untuk menghadapi kehiduapan sesudah kematian itu. Kematian itu adalah alami sebagaimana juga kehidupan. Semuanya mengalir. Demikian. Wa Allah a'lam.

Tidak ada komentar: