Gallery

Selasa, 11 Desember 2012

Warren Buffett

Seseorang dapat berteduh hari ini karena ada seseorang yang sudah lama menanam pohon. Warren Buffett tidak akan mejadi seorang kaya raya di bidang investasi kalau saja bukan jasa mentornya, Benjamin Graham. Dia cemerlang dan melejit karena berdiri di atas pundak raksasa. Graham adalah mentor yang luar biasa dan menulis buku yang sangat inspiratif serta melegenda. The Intelligent Investor karya Graham adalah buku terbaik tentang investasi ysng pernah ditulis dan tak ada tandingannya, kesan Warrant Buffett terhadap karya gurunya itu. Buku Graham ini bahkan dianggap sebagai kitab suci dalam berinvestasi. Tidak dapat dibayangkan, kalau saja Buffett tidak menemukan mentor sehebat Graham. Buffett bukanlah siapa-siapa.Sebermula dia hanyalah seorang penjual di konter took kelontong kakeknya sampai ia bertemu dan berguru dengan Graham yang waktu itu sebagai Dekan Wall Street. Sesungguhnya kedua orang ini bertemu, dan langsung memercikkan “api”, dan terus menyala hingga melegenda. Buffett terkenal sangat konsisten dalam bisnisnya, dan sangat tenang menghadapi kepanikan pasar global. Buffett sampai sekarang belum tertandingi dalam kecermatan berinvestasi. Ia memang dahsyat. Steven Covey menyebutkan bahwa tugas seorang mentor atau leader adalah menunjukkan potensi seseorang. Ibarat sebiji jati yang dapat bertumbuh menjadi sebuah pohon besar yang berbatang kokoh, berdaun rindan, dan berakar menhumjam ke perut bumi. Covey menyatakan:….you have to change fundamentally the way you think about people. You have to believe that people are the most valuable organizational assets, and that they are capable of immense achievement. And you have to help them believe it, too. In other words, you have to see the oak tree in the acorn, and you have to anderstand the process of helping that acorn become the giant oak tree. ( Rowan Gibson (ed.), kata pengantar oleh Alvin & Heidi Toffler, Rethinking the Future, 1997, h. 37). Tugas seorang pimpinan adalah meyakini dan menunjukkan bahwa karyawan adalah aset organisasi yang paling berharga. Anda harus menggiring mereka untuk mencapai sukses luar biasa. Anda harus melihat pohon jati pada biji buah jati, dan Anda harus membantu proses buah jati menjadi pohon jati raksasa. Tentu pandangan covey di atas, sangat kontras dengan kebijakan PHK bagi perusahaan yang collaps. Atau sebuah perusahaan yang mau bangkrut. Atau sebuah lembaga pemerintah yang kebanyakan pegawainya yang sejak rekrutmentnya sudah “cacat” dari lahirnya. Pegawai yang kurang profesional hanyalah menjadi beban bagi sebuah perusahaan atau lembaga. Apakah seperti ini pegawai masih merupakan asset? Jangan-jangan memang merupakan beban bagi perusahaan atau lembaga. Bahkan jangan-jangan juga sarjana yang dilahirkan oleh perguruan tinggi yang abal-abal hanyalah menjadi beban baru bagi masyarakat. Mereka hanyalah bisa mengkritik kebijakan pemerintah tapi miskin konsep untuk solusi alternatif. Ada banyak contoh, di mana di republic ini banyak orang yang hanya pandai bicara dan bersilat lidah. Setelah itu, mereka tidur pulas. Dahlan Iskan, Menteri BUMN pernah berkata bahwa salah satu syarat kemajuan Negara berkembang adalah konstruksi sosialnya yang dimotori oleh para sarjana teknik. Sudah menjadi takdir, republic Indonesia kebanyakan memproduksi sarjana social. Hal ini perlu menjadi renungan dan mengubah arah kebijakan perguruan tinggi. Wa Alla a’lam.

Tidak ada komentar: