Senin, 31 Desember 2012
Korupsi= Penjara?
Saya baru saja mengunjungi kawan dan sahabat mantan pejabat teras yang sedang menjalani proses hukum di Lapas. Saya terheran-heran karena sahabat saya ini segar bugar. Dan tak tampak kesedihan di balik wajahnya. Sesungguhnya kawan yang satu ini terkenal sebagai pejabat yang bersih dan teguh pendirian. Hanya karena beliau menandatangani surat yang konon ditengarai menyalahi prosedur dari sisi aturan keuangan sehingga beliau "diperkarakan", dan seterusnya "dilapaskan". Padahal beliau sebelum mengambil langkah tersebut, sudah berkonsultasi dengan pejabat yang lebih berwenang pada bidangnya dan keluarlah surat yang membolehkan tindakan beliau itu. Beliau termasuk pejabat yang sangat hati-hati tapi nyatanya juga tetap dijerat hukum.
Yang tragis adalah bagaimana mungkin orang yang sangat hati hati dan jujur, tapi nyatanya masih terkena sanksi. Kan jadinya lucu!. Di mana hukum dan keadilan itu? Di mana hati dan nurani para hakim dan jaksa penuntut umum? Apakah mereka dalam memutuskan perkara masih betul-betul obyektif atau mempunyai target tersendiri? Apa jadinya bangsa ini? Saya lalu teringat dengan film-film India yang biasanya dibintangi oleh Tuan Tagur. Sepertinya Indonesia dalam penegakan hukum pada kasus-kasus tertentu mirip-mirip dengan film India tadi. Ada ketidakadilan. Ada kecurangan. Ada pembiaran. Belakangan muncul tokoh utama pembela kebenaran untuk menyelesaikan sejumlah ketimpangan dan kecurangan tadi.
kembali ke kawan tadi. Beliau bercerita bagaimana perasaannya ketika pertama kali mendengarkan amar putusan sang hakim. Beliau hanya teringat peristiwa Nabi Yusuf yang dijebloskan ke penjara karena tertuduh berselingkuh dengan isteri raja Mesir. Padahal isteri rajalah yang tertarik kepada Yusuf. Qala Rabbi,as-sijnu ahabbu ilayya mimma yad'unani ilaih. wa illa tashrif 'anni kaidahunna ashbu ilaihinna wa akun min al-jahilin (QS. Yusuf: (12): 33). Penjara lebih saya sukai daripada apa yang mereka tuduhkan kepada saya....., tegas Nabi Yusuf.
Kepada keluarga kawan tadi, beliau berpesan bahwa mereka tidak boleh memperlihatkan kesedihan kepada saya. Kalau mau menangis: "jangan datang ke sini", imbuhnya. Saya lagi membangun sorga di sini, katanya lepas. Saya sekitar 30 menit berbincang lepas dengan beliau. Sungguh saya menemukan orang yang teguh pada pendirian. Beliau menjalani hukuman yang seharusnya beliau tidak pantas untuk mengalaminya. Beliau tidak percaya kepada oknum yang konon dapat meringankan putusan atau bahkan dapat membebaskannya. Beliau hanya percaya kepada mekanisme dan prosedur hukum yang ada. kalau ada yang tidak pas, pastilah ada hikmahnya, tandasnya. Terlihat beliau tidak ada tekanan batin sama sekali. Bicaranya tetap lantang dan bersemangat. Tanpa beban. Selamat kawan!. Semoga Tuhan melindungi dan memberi keberkahan hidup dunia-akhirat. Amin. Wa Allah a'lam.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar