Gallery

Minggu, 08 Juli 2012

Misteri Kematian

Seorang kawan bercerita tentang misteri yang telah dialaminya sekitar 20 tahun yang lalu. Pada awal tahun 1990-an, kawan saya itu baru berumur belasan tahun dan sedang sekolah di Madrasah Aliyah kelas dua. Sebagai anak remaja, ia dan teman-temannya merakit di sebuah danau di lereng gunung berapi di perbatasan Jambi-Padang. Kawan saya itu, dan teman-temannya sedang asyik mendayung rakitnya ke tengah danau. Tiba-tiba ada barang bawaan mereka yang jatuh ke danau. Kawan saya meloncat ke danau untuk mengambil barang tersebut. Di kedalaman danau, ia masih melihat benda yang jatuh tadi. Ia berupaya untuk meraihnya. Tapi, ia tertarik oleh kekuatan gaib yang ia sendiri tidak sanggup untuk mengelaknya. Ia hanya mengikuti kekuatan gaib tersebut sampai ia tenggelam sekitar satu jam. Teman-temannya sudah sibuk mencari pertolongan dan menelpon orang tua kawan saya tadi ke kampung. Keadaan gempar. Wal hasil, teman saya tadi menyaksikan kejadian-kejadian aneh di kehidupan bawah air. Ia melihat hal-hal gaib seperti ada cahaya, ada suara yang menuntunnya keluar dari kehidupan gaib tadi. Ada tangan, dll yang sulit digambarkan. Iapun mengikuti suara gaib tadi, dan seketika ia bangkit. Dan ternyata, ia sudah berada di danau dengan kedalaman sampai di pusat. Badannya dipenuhi lumut danau termasuk bagian kepalanya. Setelah kejadian ini, kawan saya tadi sudah tidak takut lagi dengan kematian. Ia tambah mantap mengarungi kehidupan di dunia fana ini. Ia tambah berani mengambil resiko dalam hidup. Benar kutipan Mulla Shadra dalam kitabnya al-Asfar al-Arba’ah, yang konon kalimat ini dinisbahkan kepada Imam Ali ibn abu Thalib, dan selanjutnya ada yang berpendapat bahwa kalimat tersebut adalah sabda Nabi Muhammad shalla Allah ‘alaih wa sallama: al-nas kulluhum niyam-un wa iza matu qad intabahu. Semua manusia yang hidup di dunia fana ini sedang tertidur, ia terbangun setelah ia meninggal. Sesungguhnya, kita tidak boleh takut mati. Jarak antara hidup dan mati sangatlah tipis. Orang yang berbuat baik dan banyak amal kebajikannya, pastilah merindukan mati. Sebab, mati itu juga biasa dikenal wafat. Wafat dalam bahasa Arab salah satu maknanya adalah sempurna. Maksudnya, kebaikan seseorang hanyalah dapat dibalas secara sempurna ketika yang bersangkutan telah melewati mati. Berarti, sesungguhnya orang yang takut mati, berarti yang bersangkutan belum yakin akan kebajikan yang telah diperbuatnya. Atau yang bersangkutan masih saja bergelimang dengan dosa. Atau yang bersangkutan masih saja sangat mencintai kehidupan dunia yang fana ini. Kehidupan dunia yang penuh godaan. Syahdan, Jalaluddin Rumi dalam kitabnya Fihi Ma Fihi mengisahkan bahwa pada satu kesempatan seorang pertapa (sufi) mengalami kedinginan yang sangat dahsyat. Si Pertapa berjalan di sepanjang jalan di kota Konya, Turki yang sedang dilanda banir. Dalam keadaan dingin yang merambah ke tulang sumsum itu, sekelompok anak kecil menunjukkan baju wol yang berada di balik sungai. Sebab, waktu itu, kota yang ditempatinya sedang dilanda banjir. Ternyata baju wol yang ditunjuk anak kecil itu adalah bulu beruang yang tergerus banjir tadi. Ketika sang pertapa meraba baju wol itu, ia pun kena cakar beruang Anak-anak berteriak. Apa yang terjadi sang pertapa? Apakah Anda tidak berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan diri? Lalu sang pertapa menyahut dari bawah sungai, aku tidak dapat melepaskan diri. Dan bagaimana mungkin saya melepaskan diri karena “Dia” yang menginginkannya. Maksudnya, kematian bagi sang pertapa adalah peristiwa yang diidam-idamkan, dan bukan sesuatu yang menakutkan. Wa Allah a’lam.

Tidak ada komentar: