Kamis, 12 Juli 2012
Marah
Saya tertarik untuk membaca sejarah marahnya Presiden Republik Indonesia. Bung Karno kalau marah bisa meledak- ledak, tanpa tedeng aling- aling. Bahkan Bung Karno bisa sampai menempeleng bawahannya. Pak Harto lain lagi sangat halus. Konon, pak Harto agak sulit terbaca roman mukanya. Sering kali orang terdekatnya pun sulit memahami apa yang dinginkan oleh pak Harto. Suatu hari, pak Mashuri, Menteri Penerangan kala itu menghadap pak Harto untuk melaporkan peristiwa Malari, tahun 70-an. Pak Mashuri melaporkan bahwa meledaknya peristiwa Malari itu juga tidak terlepas dari keterlibatan wartawan dan sejumlah media cetak (koran). Pak Harto hanya mengucapkan satu kata: tutup. Pada kesempatan lain, pak Mashuri melanjutkan laporan perkembangan Malari lagi. Dan mengenai media cetak, juga disampaikan lagi ke Pak Harto. Pak Mashuri bertanya, apakah pembredelan koran-koran tersebut hanya sementara waktru atau permanen? Pak Harto hanya berkomentar singkat: tutup!
Pada kesempatan berikutnya, pak Mashuri datang lagi ke Pak Harto, dan menyampaikan perkembangan beberapa media cetak yang telah ditutup tersebut. Pak Mashuri bertanya lagi, apakah pembredelan masih saja diberlakukan? pak Harto sekali lagi berkomentar singkat: tutup!
Demikianlah, dua tipe pemimpin dan mantan presiden republik Indonesia. Dua presiden, dua karakter yang sangat berbeda.
Wa Allah a'lam.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar