Gallery

Kamis, 19 Juli 2012

Hilal

Hilal atau bulan sabit menjadi hangat diperbincangkan. Bahkan setiap tahunnya, hilal selalu saja menjadi perbincangan penting, baik kalangan akademisi, agamawan, ataupun masyarakat biasa. Sebab, terbitnya hilal sebagai pertanda bahwa umat Islam harus menunaikan ibadah puasa Ramadhan selama sebulan penuh. Demikian pula, dengan munculnya hilal sebulan kemudian sebagai pertanda bahwa umat Islam yang sedang menunaikan ibadah puasa sudah harus berbuka, dan selanjutnya melaksanakan idul fitri. Begitu pentingnya hilal ini, sehingga Pemerintah harus turun tangan untuk penentuan kapan hilal itu terbit. Dalam literatur ilmu falak, dan kaitannya dengan terbitnya hilal, ada dua hal yang utama. Yakni wujud AL.hilal dan imkan al.rukyat. Wujud al.hilal adalah terbitnya hilal. Imkan al.rukyat adalah posisi hilal memungkinkan untuk dapat dirukyat, dilihat dengan mata kepala. Di sinilah letak perdebatan ulama yang hingga kini belum juga menemukan titik temu. Ada kelompok yang betul-betul mengambil jarak dan berseberangan dengan Pemerintah. Ada juga yang mengikuti Pemerintah. Ada juga yang melakukan hisab dan rukyat sendiri meskipun kelihatan tidak memiliki kompetensi yang memadai, baik kemampuan keilmuan keagamaannya maupun kompetensinya di bidang ilmu falak. Ada juga yang tetap mengikuti perhitungan bintang sesuai dengan penanggalan leluhur dan tradisi masa lampau. Demikian seterusnya. Mungkinkah kebersamaan dan persatuan umat ini dicapai? Apa betul ada kelompok atau ormas berbeda dengan Pemerintah hanya karena mempertahankan gengsinya? Atau hasil ijtihadnya? Sebab, sesungguhnya kewenangan menetapkan penentuan awal Ramadhan adalah Pemerintah bukan ormas.

Tidak ada komentar: