Gallery

Minggu, 20 Mei 2012

Anekdot Sufi

Syahdan, Muhyiddin Ibn Araby (1165-1240 ) menjenguk kawannya yang sedang jatuh sakit yang sebetulnya memusuhinya. Ketika, beliau tiba di rumah kawannya itu, Ibnu 'Araby meminta izin untuk masuk bilik, tapi isteri si sakit tidak mengizinkannya seraya menyampaikan pesan suaminya agar Ibnu 'Araby lebih baik ke gereja saja. Ibnu Araby tidak ada urusan di rumah ini. IBn Araby lalu ke gereja mengikuti saran musuhnya itu karena yakin tidak mungkin akan mencelakainya. Setibanya di gereja, Ibnu 'Araby duduk di pojok dan mendengarkan khotbah sang pendeta. Kebetulan saja pendetanya sedang mengkhotbahkan konsep trinitas ( thalithu thalathah). Ibnu 'Araby mengajukan pertanyaan keberatan atas khotbah sang pendeta. Lalu terjadilah perdebatan yang sengit antara keduanya. Sang pendeta menantang, atas dasar argumentasi apa saudara (ibnu 'Araby) berpendapat demikian? Coba ajukan argumentasi yang dapat kami terima, pinta sang pendeta. Ibnu 'Araby menjawab: 'silakan sang pendeta menanyakan langsung ke patung itu, seraya menunjuk patung seorang perempuan menggendong bayi yang disimbolkan sebagai Bunda Maryam yang menggendong Yesus Kristus. Pendeta heran, dan berkata: bagaimana mungkin patung ini bisa menjawab? Dengan karamah Ibnu 'Araby, patung tersebut memberi jawaban bahwa dia bukanlah anak Tuhan. Maka dengan serta merta semua isi gereja menyatakan memeluk Islam termasuk sang pendeta. Si sakit, musuh Ibnu 'Araby heran dan bertanya-tanya ada apa gerangan dengan Ibnu 'Araby? Demikian karamah Ibnu 'Araby. Pada suatu waktu, Ibnu 'Araby melaksanakan ibdah haji dan sedang thawaf di Baitullah. Pada hari jum'at, Fakhruddin al-Razy,penulis tafsir Mafatih al-Ghaib-- mufassir besar dan sangat dihormati karena ketinggian dan kedalaman ilmunya dijadwalkan sebagai khatib. Ketika beliau memasuki Masjidil Haram, semua jama'ah berdiri sebagai bentuk penghormatan kepada al-Razy. Ibnu 'Araby yang juga sedang berada di dekat Ka'bah, Baitullah bersikap biasa-biasa saja. Imam al-Razy bergumam dalam hati, siapa gerangan anak muda ini yang tidak memberi hormat kepada saya sebagaimana halnya dengan jama'ah lainnya. Setelah itu, Imam al-Razy naik mimbar, dan mengucapkan salam kemudian berseru: Saudara-saudara kaum muslimin! Imam al-Razy tidak bisa berkata-kata apa pun, dan turun mimbar. Imam al-razy melupakan semua onsep-konsep yang ingin disampaikannya. Ketika beliau sampai di rumah, beliau bermunajah kepada Allah, ada apa gerangan sehingga saya dipermalukan demikian itu. Ketika beliau tidur, ia bermimpi bahwa Imam al-Razy harus meminta ma'af kepada pemuda tadi. Seketika Imam al-Razy terbangun, dan bergegas keluar rumah untuk mencari pemuda tersebut. Tapi dibalik pintu, Ibnu 'Araby sudah mengetuk-ngetuk pintu rumah Imam al-Razy. Demikian karamah Ibnu 'Araby. Wa Allah a'lam.

Tidak ada komentar: