Gallery

Kamis, 05 April 2012

Maulid Nabi

Istilah maulid—hari lahir-- biasa juga disebut milad, maulud, atau mulud dalam bahasa Jawa. Maulid Nabi untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Abu Said al-Qakburi, gubernur Irbil, Irak pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin al-Ayyubi (1138-1193). Kalangan Sunny merayakannya pada tanggal 12 Rabiul Awal, dan Syi’ah pada tanggal 17 Rabiul Awal bertepatan dengan hari ulang tahun Jakfar al-shadiq, ima syi’ah yang keenam.
Negara-negara mayoritas muslim biasanya menjadikan hari maulid Nabi Shalla Allah ‘alaih wa sallama sebagai hari libur, kecuali Saudi Arabiyah. Untuk perayaan Maulid Nabi Shalla Allah ‘alaih wa sallama, Dr Nico Kaptein, Belanda menulis buku khusus tentang perayaan Maulid Nabi shalla Allah ‘alaih wa sallama dengan judul: Perayaan Hari Lahir Nabi Muhammad SAW: Asal Usul dan penyebaran Awalnya; Sejarah di Maghrib dan Spanyol Muslim sampai abad ke-10/ke-16. Buku ini diterbitkan oleh INIS, tahun 1994. Di dalamnya dibahas perdebatan Imam jalal al-Din al-Suyuthy mengenai kebolehan dan kebid’ahan maulid lewat karyanya: Husn al-Maqshid fi ‘amal al-Maulid. Ada banyak karya ulama mengenai sejarah lahir dan sepak terjang Nabi Shalla Allah ‘alaih wa sallama. Imam al-Waqidy menulis kitab al-Maghazay yang di dalamnya dibahas mengenai sejarah perang yang dipimpin oleh Nabi shalla Allah ‘alaih wa sallama . Ibnu Hisyam menulis kitab Sirah al-Nabawiyah yang sangat terkenal itu. Kitab ini sangat detail membahas seluruh kehidupan Nabi Shalla Allah ‘alaih wa sallama, sejak lahir, remaja, hingga menjadi “rasul, utusan Allah Swt. Bahkan hingga wafatnya Nabi. Sejarah keluarga besar Nabi Shalla Allah ‘alaih wa sallama hingga silsilah buyut beliau sampai kepada nabi Ibrahim alaih al-salam. Sayyed Hossein Nasr, pemikir Muslim kontemporer juga menulis buku kecil tapi berdampak besar dengan judul: The Last Holy Prophet and Universal Man. Nabi Muhammad Shalla Allah ‘alaih wa sallama sebagai rasul, dan manusia agung. A good muslim must have some nobility and generosity wich always reflect this aspect of the personality of the Holy Prophet Muhammad shalla Allah ‘alaih wa sallama. Dr Ali Syari’ati juga menulis buku Muhammad saw Khatim al-Nabiyyin min al-hijrat hatta al-wafat, 1989. Buku ini menjelaskan sisi manusiawi Nabi Saw. Salah satu kisah menarik adalah ketika Nabi Shalla Allah ‘alaih wa sallama melakukan persiapan hijrah ke Medinah bersama dengan sahabat terkasih Abu Bakar al-Shiddiq. Abu Bakar sebelumnya sudah mempersiapkan dua onta, satu untuk Nabi Shalla Allah ‘alaih wa sallama, dan yang satunya lagi untuk dirinya sendiri. Nabi Shalla Allah ‘alaih wa sallama tidak mau menerima begitu saja pemberian Abu Bakar, tapi beliau membeli onta tersebut dengan harga kesepakatan mereka berdua. Hal ini memberi pelajaran yang luar biasa untuk umatnya. Bahwa dalam keadaan apa pun juga, kita harus menjaga marwah, kehormatan diri . Nabi Shalla Allah ‘alaih wa sallama selalu melantunkan do’a: Allahumma inni as’aluka al-‘iffat wa al-ghina , ya Allah aku memohon kepada-Mu agar senantiasa memberiku petunjuk ke jalan yang benar, kekuatan untuk menjaga kehormatan diri, dan kelapangan dada. Kalau orang Amerika biasa berucap: “tidak ada makan siang gratis”. Mestinya kita mencontoh akhlak rasulullah Shalla Allah ‘alaih wa sallama. Dalam sabda Nabi shalla Allah ‘alaih wa sallama: …wa la takunu kalalat ‘ala al-nas:… janganlah kalian menjadi “beban” atau tanggungan bagi orang lain. Pada bagian akhir buku ini, Ali Syari’ati dengan sangat indah menulis detik-detik terakhir wafatnya Nabi. pada saat Nabi dengan payahnya menghadapi sakaratul maut, datanglah seorang keluarga Abu Bakar yang di tangannya ada miswak ( kayu penggosok gigi). Nabi membuka kedua matanya, dan dilihatnya miswak tersebut. Keadaan Nabi sudah sangat “payah”. Nabi agung ini tidak dapat lagi mengeluarkan kata-kata, tapi A’isyah mengerti bahwa Nabi mengehendaki miswak itu. A’isyah melembutkan ujung-ujung miswak tersebut, lalu diberikannya kepada Nabi. Nabi yang mulia ini menggosok giginya dengan miswak sama kuatnya ketika Nabi masih sehat. Kebersihan adalah bagian dari keimanan Nabi Muhammad Shalla Allah ‘alaih wa sallama. Martin Ling—belakangan menganut Islam dan berganti nama: Abu bakr Siraj al-Din—menulis buku: Muhammad: His Life Based on the Earliest Sources, 1983. Buku ini ditulis dan berkisah tentang sejarah Nabi shalla Allah ‘alaih wa sallama berdasarkan sumber klasik., dari para periwayat abad VII, IX, dan X. Buku ini pernah meraih penghargaan dari pemerintah Pakistan dan terpilih sebagai biografi Nabi berbahasa Inggeris terbaik pada konferensi Sirah Nasional di Islamabad, tahun 1983. Sejak itu karya ini diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa: Prancis, Italia, Spanyol, Turki, Belanda, Tamil, Arab, Jerman, Urdu, dan Indonesia. Pada tahun 1990, Universitas al-Azhar member penghargaan kepada penulisnya ditandai dengan pemberian bintang kehormatan dari Presiden Hosni Mubarak. Ada banyak kisah yang sangat menarik untuk menjadi pelajaran hidup. Seperti penyerangan raja Abrahah, yang berakhir tragis dengan serangan burung ababil dan pokok bahasan terakhir ketika Nabi dalam sakaratul maut, nabi bergumam ayat Q.S. al-Nisa’ (4): 69; “Dengan keutamaan penduduk surge, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, para shiddiqin, para syuhada, dan orang-orang shaleh. Mereka itulah teman yang paling baik. Karya-karya lainnya yang membahas biografi Nabi, antara lain: 1. Muhammad al-Ghazali, Fiqh al-Sirah,1997. 2. DR A’isyah Binti al-Syathi’I, Nisa’u al-Nabi ‘alaih al-shalat wa al-salam, 2001. Buku ini memuat fenomena poligami dan rahasia-rahasia di bilik rumah nabi Shalla Allah ‘alaih wa sallama. 3. Karen Armstrong, Muhammad, A Bioghraphy of the Prophet, 1996. 4. Annimarie Schimmel, And Muhammad is His Messenger: The Veneration of the Prophet in Islamic Piety, 1985. Buku ini memuat penghormatan terhadap Nabi dalam Islam. Buku ini memuat puisi dan karya-karya tasawuf yang memuja Nabi Shalla Allah ‘alaih wa sallama. 5. Badiuzzaman Said Nursi, Prophet Muhammad’s Miracles, 2003. Buku ini membahas mukjizat Nabi, mengapa nabi memiliki mukjizat. Al-Qur’an adalah mukjizat Nabi yang paling besar. Dll. 6. Abul Hasan ‘Ali al-Hasani al-Nadwi, al-Sirah al-Nabawiyah, 2001. Dalam kata pengantar oleh Dr. Yusuf al-Qaradhawy, beliau memuji karya al-Nadwi sebagai karya yang otoritatif mengenai sejarah hidup Nabi. terlebih lagi, penulisnya menguasai beberapa bahasa dunia, sehingga tulisannya diperkaya oleh literature yang sangat otoritatif pula. Pada akhir bukunya, al-Nadwi menulis bab terakhir dengan judul: Lahirnya dunia dan manusia baru serta mengutip ayat Q.S. al-Anbiya’(21): 107: “Dan tidaklah kami mengutus engkau, kecuali untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta”. Cara Nabi menegur dan memperbaiki kesalahan orang lain. Muhammad shalih al-Munajjid, menulis buku dengan judul: al-Asalib al-Nabawiyah fi al-Ta’amul ma’a Akhtha’I al-Nas ( Riyadh, Dar al-Wathan, 1417 H) dan sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul: Cara Nabi Menyikapi Kesalahan Orang Lain ( Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2006). Ada kisah seorang Arab Badui menghadap Nabi untuk menanyakan perkara agama. Tapi lelaki Badui tersebut rambutnya acak-acakan dan giginya “menguning”. Sebelumnya Nabi mempersilakan yang bersangkutan untuk mandi dan menggosok gigi. Pada kesempatan lainnya, Nabi mendapatkan seorang Arab badui yang kecing dalam masjid. Para sahabat marah, dan mengusir yang bersangkutan keluar masjid. Nabi melarang yang bersangkutan bersikap kasar kepada si Arab Badui tersebut. Larangan Nabi karena kalau yang bersangkutan sedang kencing dan diusir, pastilah kencingnya melebar ke tempat yang lain. Kalau tetap di tempat, maka tempat bekas kencingnya terbatas . Pada hadis lain, ada keterangan bahwa Nabi bertanya kepada Badui tersebut, mengapa ia mengencingi masjid. Jawab Badui, sungguh saya tidak mengetahuinya, saya kira masjid sama saja dengan tanah lapang biasa. Seraya nabi bersabda: “Sesungguhnya masjid manapun tidak pantas dikencingi atau dikotori. Masjid-masjid itu dibangun untuk berzikir kepada Allah, melakukan shalat dan membaca al-Qur’an”. Demikianlah nabi menegur dengan halus, seraya menunjukkan kesalahan orang yang berbuat kesalahan. Wa Allah a’lam.

Tidak ada komentar: